Chasing Your Heart - Bab 122 Menganggapnya Seperti Anak Sendiri.

Arthur Sheng pulang dengan wajah muram.

Melihat situasinya, Tisno Wen kembali mengeluarkan ide, "Bagaimana kalau kita mencoba di luar negeri?"

Jika di luar negeri, jangkauan keluarga Sheng pasti tak begitu luas. Tapi Arthur Sheng agak ragu, jika dirinya menyogok, di luar negeri memang lebih mudah, tapi jika keluarga Sheng juga ingin menyogok, itu akan lebih mudah bagi mereka.

"Tak ada waktu, kamu jangan pikirkan lagi. Bukankah di luar negeri ada Harry? Suruh dia pergi ke rumah sakit St. Mary. Kalau di sana, itu bisa membuat mereka lebih yakin."

Harry adalah teman Arthur Sheng yang pria itu kenal sewaktu di luar negeri. Tidak seperti Arthur Sheng, yang pria itu sukai adalah bidang penelitian. Sekarang jika bukan karena tidak ada yang bisa dipercaya, Arthur Sheng tidak akan pernah memikirkan Harry.

"Ya, aku akan menelponnya."

Tapi berdasarkan sifat Harry, Arthur Sheng tak tahu apakah pria itu akan menyanggupi. Hal ini juga termasuk penipuan.

Saat malam tiba, Regina Mo baru tahu rencana Arthur Sheng. Hati wanita itu gelisah sekali, Regina Mo tak tahu siapa ayah dari anaknya ini. Jika hal ini diketahui, Regina Mo tak bisa melakukan apapun. Lagipula kalau dirinya menghilang dalam sesaat, tidak akan ada orang yang mengenalinya, tapi bagaimana dengan Arthur Sheng?

Di acara besar, Arthur Sheng mengakui dengan mulut pria itu sendiri bahwa itu anaknya. Tapi kalau ketahuan itu salah, apakah Arthur Sheng masih memiliki muka? Dan juga media, orang-orang media sangat jahat, Regina Mo pernah merasakannya sendiri. Dan jika mereka kembali, mereka hanya akan lebih brutal dari sebelumnya.

Arthur Sheng sudah bersiap. Begitu naik ke lantai atas, pria itu melihat Regina Mo melihat ke luar jendela dengan wajah gelisah.

"Rizky sudah pulang. Kamu tidak ingin melihatnya?"

Regina Mo berbalik, "kamu mengatakan untuk menguji DNA, bagaimana jika tidak diuji? Seberapa besar pengaruhnya terhadap dirimu?"

Arthur Sheng menikmati perhatian dari istri cantiknya. Wajah Arthur Sheng berpura-pura khawatir, "Itu... sebenarnya aku tak tahu. Tapi yang aku tahu, kali ini pasti dia benar anak laki-lakiku."

Dia berucap penuh keyakinan. Tiba-tiba ada sebuah pemikiran yang muncul dari hati Regina Mo, "Kamu ingin diam-diam menukarnya?"

"Tidak. Aku berencana untuk memalsukan data."

Dengan hati-hati Arthur Sheng menarik tubuh kurus itu masuk ke dalam pelukannya, "Percaya padaku. Walaupun Rizky bukan anakku, aku tetap menganggapnya sebagai anak kandungku. Aku tidak akan memperlakukannya dengan berbeda."

Walaupun seperti itu, wajah Regina Mo masih terlihat khawatir.

Arthur Sheng juga tidak lagi memaksa. Tunggu sampai tes itu keluar, baru pria itu tahu.

Di hari kedua, pagi sekali Arthur Sheng mengantar Rizky ke sekolah lalu Arthur Sheng kembali ke rumah. Hari ini Arthur Sheng malas lagi untuk ke kantor. Terlalu banyak ditunda, masalah akan menumpuk, lebih baik sedari awal diselesaikan.

Kebetulan nyonya Sheng menelpon untuk bertanya tentang keputusan Arthur Sheng. Arthur Sheng langsung menjawab bahwa dia akan menganggap Rizky sebagai anaknya sendiri.

Pria itu juga memberitahu bahwa hasil tes DNA berasal dari rumah sakit St. Mary.

Bagi keluarga Sheng, kualitas rumah sakit St. Mary sudah bisa dipastikan. Mendengar nada suara Arthur Sheng yang yakin, nyonya Sheng tidak menasehati lagi. Jika segalanya diucapkan, pasti dia tak bisa memasuki gerbang kediaman keluarga Sheng.

Setelah menyepakati waktu, Regina Mo pergi ke taman kanak-kanak untuk mengurus izin sekolah Rizky, lalu mengemasi barang-barangnya dan bersiap berangkat ke Amerika Serikat.

Awalnya hanya sampel darah dari dua orang yang dibutuhkan, tapi mereka berdua tidak bisa percaya satu sama lain. Akhirnya, keduanya pergi, jadi kebetulan ini menjadi sebuah liburan!

Arthur Sheng menyuruh Tisno Wen mengajukan jadwal penerbangan untuknya dan sore harinya mereka sudah tiba di bandara.

Pesawat pribadi Arthur Sheng dengan cepat tiba di lokasi yang dituju. 30 menit kemudian, mereka sudah duduk dengan tenang di posisi masing-masing. Tapi Arthur Sheng memeluk Rizky, karena berbahaya jika anak umur 3 tahun duduk sendiri.

Pesawat pribadi dibandingkan dengan pesawat komersial tak berbeda jauh. Demi menyesuaikan dengan kesukaan Arthur Sheng, kemarin bagian dalam pesawat sudah di dekor dengan cepat. Ruangan di dalam pesawat tidak hanya besar, tapi juga banyak tempat yang mirip seperti di rumah, sangat hangat dan nyaman.

"Bu, lihat ke sana. Tinggi sekali!"

Melihat pesawat yang ada di luar jendela, Rizky berteriak keras. Dari lahir sampai sekarang, Rizky belum pernah menaiki pesawat.

Yang duduk di hadapan Regina Mo adalah nyonya Sheng. Jelas sekali wajah wanita paruh baya itu sudah kesal. Regina Mo hanya tersenyum pada Rizky tanpa bicara.

Perlahan-lahan pesawat terbang, Rizky duduk dengan patuh di dalam rangkulan Arthur Sheng, tak lama kemudian anak itu tertidur.

Hati Regina Mo gugup kembali, sebentar lagi dirinya harus bagaimana?

Arthur Sheng menepuk-nepuk tangan Regina Mo untuk menenangkannya.

Nyonya Sheng tak memperdulikannya, wanita paruh baya itu hanya memejamkan mata. Penerbangan selama sepuluh jam, jika dia terus marah, bukankah dia akan mati mendadak karena terus marah?

Saat tengah malam, beberapa orang mulai terbangun. Arthur Sheng melihat waktu menunjukkan jam 4 pagi lalu Arthur Sheng membangunkan Rizky.

Rizky bangun setengah sadar dan berpikir dia masih berada di rumah. Melihat bintang yang sangat dekat, dengan suara keras Rizky berkata: "Ayah, lihat! Aku mengambil bintang."

Arthur Sheng tersenyum lalu menggendong Rizky agak ke depan, membiarkan anak itu mendekati bintang dengan jarak lebih dekat.

Merasa suara Rizky terlalu keras, nyonya Sheng mengerutkan dahinya dan langsung mengkritik Regina Mo, "Begini caramu mengajarkan anak?"

Regina Mo yang malang masih setengah sadar. Wanita itu dikritik, tapi tak sadar.

Melihat Regina Mo yang bingung, Arthur Sheng tertawa, lalu menolehkan kepalanya menghadap nyonya Sheng, "Aku suka anakku aktif begini."

Hanya tersisa beberapa jam, tak lama lagi mereka akan tiba. Setelah Regina Mo bangun sepenuhnya, Regina Mo merasa atmosfirnya tak benar, tapi Arthur Sheng tak bicara apapun, Regina Mo juga berpura-pura tak tahu apapun.

Di Rumah sakit St. Mary.

Jelas sekali ada ekspresi panik di wajah Regina Mo. Nyonya Sheng yang mengikuti di belakang tersenyum puas. Sebentar lagi Regina Mo akan benar-benar menghilang dari hadapannya.

"Ayah, kenapa kita datang ke rumah sakit?"

"Hari ini kita kemari untuk mengikuti tes, jadi membutuhkan darah ayah dan Rizky. Hanya sedikit saja. Apa Rizky berani?"

Rizky ragu sesaat, tapi ketika mendengar ayahnya juga mau, Rizky langsung mengangguk, "Pasti berani. Aku ingin melakukannya bersama ayah."

Rizky yang masih polos dibujuk seperti itu untuk mengambil sampel darah.

Nyonya Sheng mengikuti Rizky dan Arthur Sheng, khususnya saat mengambil darah. Mata nyonya Sheng hampir tak berkedip, yaitu demi tak membiarkan mereka curang.

Karena hasil tes tidak keluar dalam waktu singkat, maka setelah mengambil darah ketiganya langsung pulang ke negaranya.

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu