Chasing Your Heart - Bab 209 Rizky Hilang

Regina Mo juga sedikit terguncang. Lagi pula, dua orang telah melihatnya dengan jelas sendiri. Mereka mengatakan bahwa dirinya benar-benar telah melakukan hal seperti itu. Dia mengangguk dan buru-buru pulang. Tidak peduli apa masalahnya, hal pertama yang harus dipastikan adalah keselamatan Rizky.

Seluruh rumah gelap, dan hati Regina Mo tenggelam. Setelah membuka pintu dan masuk, tentu saja, Arthur Sheng belum kembali. Dia cepat-cepat menyeka keringat dan berlari ke seluruh ruangan untuk mencarinya. Suaranya yang mulai serak meneriakkan nama Rizky Mo.

Dia tidak ada, benar-benar hilang.

Regina Mo menjatuhkan diri ke sofa kelelahan. Apa yang terjadi?

"Regina Mo, keluar! Buka pintumu. Aku tahu kau ada di dalam!" Begitu Nyonya Sheng keluar dari mobil, dia berteriak sambil menggedor pintu.

Kepala Regina Mo sediit lagi meledak. Mengapa hari ini begitu kacau? Apa yang terjadi?

Tetapi sebelum dia bisa mengerti, Nyonya Sheng bergegas masuk bersama Shannon Luo. Nyonya Sheng bergegas ke depan dengan langkah yang kuat dan langsung menampar Regina mo. dia ingin menghindar, tapi Shannon Luo tidak memberinya kesempatan.

Dia sudah lama membenci Regina Mo setengah mati. Selain itu, ia juga mengancamnya kemarin. Jadi ketika dia tahu Nyonya Sheng sedang mencari Regina Mo untuk memberikannya pelajaran, dia pun ikut.

Shanon Luo meraih tangan Regina Mo. Tangan Nyonya Sheng sepertinya cukup kuat, melihat dalam tiga atau dua pukulan wajah Regina Mo sudah dipenuhi noda darah.

"Kamu bajingan, kamu berani memberiku obat. Apa kamu tahu aku hampir mati karena sakit kemarin?" Meskipun Nyonya Sheng lahir dari keluarga besar, jiwa amarahnya sama seperti preman di pedesaan.

Regina Mo masih tidak mengerti apa yang terjadi, ditambah Shanon Luo yang ada di belakangnya. Otaknya seakan sudah berhenti bekerja.

“Katakan, apa kamu ingin aku cepat mati? Kemarin kamu bertingkah begitu hebat. Kenapa kamu tidak bicara hari ini?” Nyonya Sheng meraih kuncinya, sepertinya sedang menginterogasi tahanan, sementara darah Regina Mo sudah mengucur dari pipinya ke tanah.

Regina Mo nyaris tidak bisa membuka matanya. "Bu, apa yang kamu bicarakan? Apa yang aku lakukan kemarin? Aku bersama Arthur Sheng kemarin."

Nyonya Sheng sudah lama tahu bahwa dia tidak akan mengakuinya begitu saja, tapi tidak apa-apa. Dia tidak butuh pengakuannya. Tidak ada yang percaya hal seperti itu,

Lagi pula, bagaimana mungkin Regina Mo, seorang istri yang melakukan pekerjaan dengan baik, dapat memarahi ibu mertuanya?

Nyonya Sheng tersenyum kejam. "Tidak apa-apa. Aku tidak butuh kamu mengakuinya. Tapi aku masih ingat apa yang kamu lakukan padaku kemarin. Hari ini, aku sang nenek tua datang ke sini untuk mengajarimu."

Regina Mo berpikir bahwa hal-hal hari ini begitu aneh, tetapi sekarang ia tidak peduli tentang apa pun. Ia hanya ingin mencari Rizky dulu. Jika tidak, kepalanya akan penuh dengan kepanikan dan dia tidak memiliki kemampuan untuk berpikir.

"Bu, bagaimana mungkin aku berbicara seperti itu? Ibu adalah ibu Arthur Sheng, ibu mertuaku, Shanon Luo, lepaskan aku, aku akan mencari Rizky." Regina Mo berjuang untuk melepaskan diri dari tangannya.

Shanon Luo memelototinya dengan keras dan mengeluarkan ejekan sarkastik, "Tidak ada lagi gunanya berpura-pura. Jika bukan karenamu, bagaimana mungkin bibi kemarin marah hingga hampir jatuh sakit? Kita harus membuat Tuan Sheng menceraikan wanita seprertimu lebih awal."

Nyonya Sheng juga memandang Regina Mo, dengan kebencian yang lebih dalam di wajahnya. "Orang sepertimu seharusnya tidak bersama Arthur. Cepat atau lambat, wanita yang tidak tahu malu dan kejam sepertimu akan menghancurkan Arthur. Ketika dia kembali, dia harus langsung menceraikanmu, dan menendang jiwa keruhmu secepatnya."

Wajah Regina Mo berubah ketika dia mendengar kata-kata terakhir, tetapi prioritasnya sekarang adalah menemukan Rizky.

Memikirkan hal ini, dia tidak peduli dengan dua orang. Dia langsung bergegas keluar. Yang lain bisa ditunda, setidaknya hingga ia menemukan Rizky kemabli.

“Rizky! Rizky Mo! Kamu dimana" Regina Mo khawatir. Sudah lebih dari tiga jam sejak Rizky menghilang. Jika dia tidak bisa menemukan dirinya, dia akan melapor ke polisi.

Suaranya hampir parau. Petugas di area yang lewat terkejut melihatnya. Bagaimanapun, ini adalah area hunian kelas atas. Sekarang tiba-tiba ada seorang wanita dengan darah di wajahnya dan rambut acak-acakan, seperti seorang wanita yang baru disiksa.

"Nona, apakah kamu sedang mencari anakmu?" Seorang ibu tua tidak tahan untuk datang kepadanya dan bertanya.

Regina Mo meraih tangannya seperti orang yang sekarat dan kehabisan akal. "Ya, apa kamu tahu di mana bayiku? Aku tidak dapat menemukan anakku! "

Dua baris air mata langsung jatuh di wajahnya. Betapapun buruknya keadaan hari ini, aku tidak peduli. Tapi jika Rizky hilang, apa yang harus kulakukan? Rizky adalah hidupnya!

Wanita tua itu menepuk bahu Regina Mo sambil tersenyum. “Jangan khawatir, lingkungan di sini sangat baik. Selama anak mu di dalam sini, mereka tidak mungkin dalam bahaya. Anak-anak pada umumnya suka berkumpul dan bermain. Kamu bisa pergi ke gedung nomor tiga dan memeriksa. Ada taman bermain kecil di sana."

Regina Mo tertegun sejenak. Setelah mengucapkan terima kasih kepada wanita tua itu, ia bergegas ke gedung ketiga.

Ibu itu hanya tersenyum pahit. Anak-anak, adalah jantung hati ibu!

Taman hiburan kecil ini dibangun ketika komunitas itu dibangun. Hanya saja Regina Mo tidak pernah berkeliling, jadi ia tidak tahu.

Dari kejauhan, ia melihat seorang anak laki-laki duduk di bawah Perosotan. Itu seperti pakaian yang dikenakan Rizky saat dia ke sekolah. Regina Mo berlari dan memeluk Rizky dengan penuh semangat, dan wajahnya yang sakit menjadi berkaca-kaca.

“Kemana saja kamu?” Ketakutan Regina Mo meredam dalam beberapa menit, dan perlahan dia melepaskan Rizky dan membelai kepalanya.

Rizky masih sangat bersemangat saat dipeluk, namun saat melihat darah di mulut Regina Mo dan pipi bengkaknya, dia berkata, "Bu, bukankah kamu membeli es krim untukku? Kenapa kamu terluka?"

Mata Regina Mo memancar ketidakpercayaan. "Apa yang kamu bicarakan?"

Rizky menyentuh wajah Regina Mo dengan lembut. "Lupakan itu. Bu, aku tidak ingin es krim. Ayo pergi dan obati wajahmu. Wajahmu pasti sakit."

Sekujur tubuh Regina Mo merinding. Dia merasa seperti sedang diawasi oleh ular dingin, dan bulu kuduknya berdiri. Pertama, Jessy Liang menuduhnya, lalu Rizky dijemput oleh seseorang, dan kemudian Nyonya Sheng sedang mencarinya. Ini semua membuat kepalanya seakan hampir meledak.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu