Chasing Your Heart - Bab 124 Menukar Kembali.

"Siapa?" Dokter Smith menyembunyikan dengan cepat cek uang barunya, lalu berbalik membuka pintu.

Seorang pria asing paruh baya berdiri di luar. Tapi pria itu terlihat seperti bukan pria baik. Tanpa sadar tubuh dokter Smith menjadi ketakutan.

"Siapa kamu?"

Pria paruh baya itu mamainkan bajunya, hanya dengan gerakan itu dokter Smith mematung di tempat dan pria paruh baya itu masuk ke dalam ruangan.

"Aku hanya ingin mencari bantuanmu saja!"

Pria paruh baya tersebut duduk di atas sofa, bicaranya agak kasar, terlihat seperti ada ancaman. Tentu saja akan lebih baik kalau abaikan pistol yang ada di balik lengan bajunya.

Kedua kaki dokter Smith hampir tak bisa berdiri tegak, dengan sulit dokter Smith menahan di atas meja. Tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Dokter Smith tahu kehidupan di Amerika tidak terlalu damai. Tapi ini pertama kalinya dokter Smith melihat ada yang menyodorkan pistol ke arahnya.

"Kaa.. kamu ingin aku membantu apa?'

Pria paruh baya itu berdiri menghampiri dokter Smith, "Barusan ada seseorang kemari untuk menukar sebuah barang. Tukar barang itu lagi."

Dia musuh?

Dokter Smith menggeleng, memutuskan untuk tidak mengatakan hal yang barusan terjadi. Jika tidak, dirinya tak lagi memiliki tempat di rumah sakit ini.

"Aku tak tahu apa yang kamu bicarakan. Barusan aku selalu berada di luar, aku baru masuk kemari tak lama kemudian."

Pria paruh baya itu mendekati lagi selangkah, "Tentu saja aku tahu itu belum lama. Tapi aku juga tahu di koridor tadi kamu bertemu dengan seorang pria. Dia memberikanmu cek uang 2 juta dolar amerika untuk tutup mulut."

Wajah dokter Smith berubah kaku. Bagaimana ini?

"Tentu saja, kalau kamu menukarnya lagi juga akan ada imbalan. 5 juta dolar ditambah 2 juta dolar tadi. Semuanya milikmu."

Eh? Hal yang bagus sekali.

Jelas sekali ucapan pria paruh baya itu belum selesai, "Tapi jika kamu tak melakukannya, maka kamu harus tahu. Masalah kecil seperti ini, terkadang tak memerlukan dirimu juga masih bisa dilakukan."

Ancaman yang blak-blakan. Dokter Smith hanya bisa setuju dengan wajah kaku.

Seluruh dokumen yang ada di rumah sakit memiliki e-dokumen juga, hal ini juga menghemat banyak prosedur. Dari komputer dengan cepat dokter Smith mengeluarkan data milik Arthur Sheng dan Rizky Mo. Bahkan tak sempat melihat, dokter Smith langsung mencetak lalu mencari amplop dokumen dan menukar ulang.

"Bagus sekali. Sekarang kamu ambil cek 7 juta dolarmu lalu pergi sejauh mungkin. Jangan muncul lagi di sini."

Selesai bicara, pria paruh baya itu langsung pergi. Hanya tersisa dokter Smith yang berdiri mematung di tempat. Ini... 7 juta dolar?

Dokter Smith tak berani percaya dalam sekejap dirinya memiliki 7 juta dolar. Dokter Smith berbalik dan melihat di atas mejanya ada cek berisi 5 juta dolar amerika, ditambah lagi dengan cek yang barusan dia sembunyikan, totalnya 7 juta dolar.

Selembar dokumen bisa membuat orang membuang 7 juta dolar? Setelah Smith tenang, hatinya mulai merasa kacau. Bukankah dirinya sudah memasuki pertarungan besar?

Dokter Smith menatap intens cek 7 juta dolar yang ada di tangan, akhirnya Smith memutuskan membereskan barangnya dan pergi. Dengan seperti ini, kalau mereka ingin mencari dirinya, mereka tak akan bisa menemukan dirinya.

Lalu pria paruh baya keluar dari rumah sakit dan menatap ke rumah sakit yang ada di belakangnya, lalu memainkan ponselnya.

Di saat yang sama, dari ponsel nyonya Sheng muncul beberapa kata: "Misi selesai."

Melihat deretan huruf di ponselnya, wajah nyonya Sheng yang selalu redup, akhirnya memiliki tanda-tanda akan cerah.

Regina Mo, kali ini, jangan pernah bermimpi dirimu bisa masuk ke dalam keluarga kami.

Saat ini Regina Mo memiliki keberanian dan dukungan dari Arthur Sheng, hari-harinya juga tidak sulit dilewati.

Sekarang Regina Mo ingat, dari masalah muncul sampai sekarang, dirinya belum menelpon ibunya untuk melapor. Muncul penyesalan dari hati Regina Mo, lalu Regina Mo buru-buru menerima telepon tersebut.

Suara ibu Mo yang tenang terdengar dari telepon, "Aku sudah melihat berita itu."

Regina Mo langsung paham. Dia merasa canggung karena tak tahu harus berkata apa, "Bu, maaf membuatmu khawatir."

"Nanti pulanglah sebentar. Sekarang di luar toko bunga sudah tidak ada wartawan."

Regina Mo mengangguk, lalu teringat bahwa mereka bicara di telpon, Regina Mo menjawab dengan yakin: "Aku tahu. Setelah aku menjemput Rizky, aku pulang."

Regina Mo tak tahu sebenarnya bagaimana sikap ibunya sekarang, mendukung atau malah menentang. Suara ibunya terlalu tenang hingga tak diketahui perasaan ibunya. Inilah yang membuat Regina Mo sangat khawatir.

Regina Mo beres-beres dengan cepat, lalu pergi untuk menjemput Rizky. TK Rizky bersekolah sangat dekat, keluar pintu, belok kiri lalu dalam 10 menit sampai. Kebetulan sekarang waktu pulang sekolah akan tiba, Regina Mo berencana membawa Rizky pulang ke rumah ibunya.

"Bu, kenapa hari ini ayah masih belum pulang?" Tiba-tiba di jalan Rizky teringat ayahnya. Mungkin setelah menelpon, Rizky merindukan ayahnya.

Regina Mo memencet pelan hidung Rizky, "Anak kecil ini tega sekali. Sudah lama sekali nenek tak melihatmu, kamu tak pernah merindukan nenekmu, hanya tahu ayahmu saja."

Rizky tahu yang dilakukannya salah, anak itu buru-buru mendekati Regina Mo "Aku juga merindukan nenek. Hanya saja kemarin ayah bilang, besok aku bisa bertemu dengannya. Tapi aku ingin sekarang bertemu dengan ayah."

Diam-diam Regina Mo menghela napas. Tentu saja hari ini tak bisa.

"Hari ini kita harus pergi ke rumah nenek, jadi tentu saja tak bisa bertemu ayah. Kamu harus tahan, besok kita sudah bertemu dengan ayah."

Rizky tak memiliki alasan apapun, selamanya anak itu mempercayai ucapan Regina Mo.

Tak lama kemudian mereka sampai di depan toko bunga.

Demi menunjukan dirinya menyukai nenek, baru saja turun dari mobil, Rizky langsung menerobos masuk ke dalam, "Nenek!!! Kesayanganmu datang."

Regina Mo mengikuti di belakang. Dia hanya takut Rizky jatuh karena tak hati-hati.

Ibu Mo mendorong kursi rodanya pelan-pelan. Rizky sudah menampilkan ekspresi menggemaskannya, mencoba membuat ibu Mo merasakan kerinduannya akan nenek.

Ibu Mo dibuat tertawa, "Anak kecil nakal ini. Hari ini nenek membuatkan daging udang yang paling kamu sukai. Ayo cepat cicipi. Semuanya ditaruh di atas kursi kecil. Kamu ambil sendiri."

Rizky gembira sekali sampai melupakan ibunya lalu langsung melesat ke dapur.

Regina Mo masuk ke dalam dengan tak enak hati. Beberapa hari ini dirinya dan Arthur Sheng menjalani hari dengan rasa tak tahu malu, ditambah lagi dokumen DNA, dirinya lupa untuk mengabarkan ibunya. Sial!

"Maaf, bu. Aku salah!"

Hm! Regina Mo merengek, baginya, mengakui kesalahan terlebih dahulu tidak ada salahnya.

Ibu Mo menghela napas, "Kamu ini. Akhir-akhir ini apa kamu baik-baik saja? Sebenarnya bagaimana masalah tentang Rizky?"

Regina Mo menggeser kursi kecil lalu duduk di sebelah ibu Mo. Mungkin kalau memiringkan tubuhnya sedikit lagi, Regina Mo bisa  menyentuh kaki ibunya.

"Baik. Tapi saat ini anggota keluarga Sheng meminta tes DNA. Arthur bilang dia akan memikirkan jalan keluar, aku juga tak gelisah lagi."

Di Wajah Regina Mo juga ada kekhawatiran yang tak hilang.

Tapi ibu Mo bukanlah orang biasa. Sekali lihat ibu Mo langsung tahu kekhawatiran Regina Mo.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu