Chasing Your Heart - Bab 52 Hadiah

Arthur Sheng melirik samar-samar, saat berikutnya, ia meninggalkan kartu namanya di sebelah seolah merupakan suatu hal yang tidak penting, Bola mata Regina Mo membesar, seolah hasil kerja kerasnya hancur begitu saja, matanya memerah marah.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Ini tidak terlalu berguna, target yang aku inginkan, kamu tidak mendapatkannya sama sekali!" kata Arthur Sheng datar.

Regina Mo mengerutkan dahinya, dengan tidak senang berkata: "Kalau begitu kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal! kamu tidak tahu, demi kartu nama ini, aku menemani mereka dan bahkan harus minum bir, gangster itu bahkan hampir......"

Memikirkan adegan ia dikejar di jalanan tadi, Regina Mo merasa sangat sedih dan terluka, ia mengalihkan tatapannya keluar jendela, mencoba menenangkan hatinya yang sedang jengkel saat ini.

Melihat kondisi ini, Arthur Sheng segera membuang raut wajahnya yang ingin mempermainkan wanita tersebut, ia segera menjelaskan: "Aku juga tidak bilang kalau kamu gagal dalam pengujian ini, melihatmu pertama kali berpartisipasi dalam jamuan kali ini, bisa dikatakan kamu menyelesaikan tugasmu cukup baik hari ini!"

Regina Mo segera memutar kepalanya dan menatap Arthur Sheng dengan terkejut, ia tidak menyangka dapat lulus dari ujian iblis ini, ia benar-benar tidak menyangka!

Melihat Regina Mo yang tersenyum, Arthur Sheng pun merasa gembira samar-samar dalam hatinya, seolah senyum wanita itu sangat menular dan dapat mempengaruhi hatinya yang beku itu.

Regina Mo tiba-tiba memutar bola matanya, ia tersenyum nakal: "Karena aku sudah lulus uji test, apakah ada hadiah?"

Arthur Sheng tertegun sejenak, tidak ada orang yang berani meminta hadiah kepadanya, tetapi wanita ini malah menginginkan hadiah. Akan tetapi senyum nakal di wajahnya ini, terlihat seperti anak kecil yang menginginkan sebuah permen. sangat polos dan alami.

Tisno Wen yang sedang mengendarai di kursi depan pun ikut berkata: "Benar, Nona Regina Mo melakukan tugas dengan cukup baik kali ini, pautut di beri hadiah!"

Mata hitam Arthur Sheng tampak tidak senang, seolah Tisno Wen telah merusak suasana yang ada, ia melirik Tisno Wen dengan tatapan dingin seolah akan membunuhnya dalam seketika.

"Kamu tidak perlu berbicara!"

Tisno Wen merasa ia telah menginjak ladang ranjau Arthur Sheng secara tidak sengaja, kepolosannya malah menjadi boomerang untuknya, dia tidak punya pilihan lain selain menolehkan kembali kepalanya dan fokus mengemudi.

Regina Mo yang melihat situasi itu pun tahu tidak ada lagi harapan untuk hadiahnya itu, ia pun cemberut sedih seperti anak kecil yang tidak bisa mendapatkan permen: "Dasar pelit!"

Melihat situasi ini, Arthur Sheng pun memegangi dahinya tak berdaya dan bertanya: "Kalau begitu, hadiah apa yang kamu inginkan?" ini pertama kalinya ia bisa berkompromi di haapan wanita ini.

"Aku ingin makan! aku tidak makan apa pun di perjamuan tadi, aku sangat kelaparan sekarang!" Regina Mo menyentuh perutnya dan merasa sangat lapar.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi ke Hotel Mercure!"

Regina Mo menggeleng-gelengkan kepalanya, mendengar hotel ini, pastilah ini sebuah hotel bintang lima, hanya untuk makan saja merepotkan sekali.

"Aku tidak terbiasa, kita pergi ke rumah makan biasa saja!"

Tanpa diduga, Arthur Sheng juga tidak keberatan, Tisno Wen merasa seolah matahari sudah akan terbit dari barat, ia tidak punya pilihan selain membawa mereka ke sebuah jalan yang ramai, di sana ada banyak tempat makan sederhana, sangat ramai dan banyak sekali orang disana. Mobil tidak bisa masuk, apalagi jika ingin mencari tempat parkir.

Tak berdaya, Tisno Wen hanya bisa memarkirkan mobilnya di tepi jalan, dan mereka bertiga berjalan masuk.

Arthur Sheng terus mengerutkan dahinya, tatapan matanya sangat dingin, tampak tidak terbiasa sama sekal. Pria itu sangat jarang mendatangi tempat ramai seperti ini, ada begitu banyak pedagang asongan, toko-toko kecil, sangat ramai, tidak ada ruang lagi.

Kotor dan berantakan, hanya inilah kata-kata yang ada di benar Arthur Sheng, wajahnya terlihat jijik, seolah satu langkah ke depan saja akan langsung membunuhnya.

Sebaliknya, Regina Mo merasa sangat gembira, Arthur Sheng takut ia akan hilang di tengah kerumunan itu dan hanya bisa menggandeng tangan wanita tersebut, Regina Mo juga tidak terlalu peduli, sebaliknya ia malah memegang tangan Arthur Sheng dan terus mendesaknya untuk berjalan dengan cepat.

Regina Mo membeli beberapa tusuk sate di jalanan, Tisno Wen bisa saja menerima situasi lingkungan seperti ini, tapi, melihat wajah suram Arthur Sheng, ia tahu bawa lingkungan seperti ini sangatlah beracun dan mematikan bagi orang yang terobsesi dengan kebersihan seperti Arthur Sheng ini.

Regina Mo tampaknya tidak menyadari sama sekali, ia malah memberikan tusuk sate itu kepada Arthur Sheng.

Arthur Sheng memandangi tusuk sate di hadapannya, kepalanya terus berpikir, apakah makanan-makanan disini memenuhi standar? apakah bahan yang digunakan masih baru dan segar? apakah ini semua aman?

"Direktur Sheng, kamu yang menyetujui hal ini dengan Nona, kamu tidak boleh seperti itu." Tisno Wen mengingatkan dengan nada bercanda.

Arthur Sheng memandangi Tisno Wen dengan dingin, saat ini, barulah Arthur Sheng menyadari, betapa bodohnya dia telah menyetujui hal semacam ini.

Dan pelakunya itu, masih melompat kegirangan di hadapannya, seolah burung yang dipenjara akhirnya kembali ke dunianya yang bebas, ia bersorak kegirangan.

Melihat kondisi ini, rasa ketidakpuasan yang dari tadi menggerogoti dirinya seolah tidak bisa ia katakan.

Regina Mo menoleh ke belakang, lampu di sekitarnya terlihat redup dan penuh sesak, ia tersenyum dan melihat pria yang ada di belakangnya, "ini adalah tempat yang sangat aku sukai dulu, dulu setelah pulang sekolah, aku sering datang kesini membeli cemilan kecil, setelah selesai makan barulah pulang kerumah, akhirnya aku kekenyangan dan tidak bisa menyantap makan malamku lagi......"

Regina Mo terus berbicara, ia merasa seolah telah kembali ke masa kanak-kanak yang bebas dari rasa khawatir.

Setelah terus berjalan, mereka tiba di sebuah pintu warung kecil.

"Tidak di sangka sudah bertahun-tahun lamanya, rumah makan ini ternyata masih ada!" Regina Mo menunjuk ke arah rumah makan tersebut dan tersenyum seindah bunga.

Arthur Sheng tertegun sejenak, senyum wanita itu menyatu dengan cahaya di sekitarnya, memberikan orang sebuah perasaan hangat dan tenang.

"Ayo jalan! kenapa kamu diam saja?" desak Regina Mo.

Arthur Sheng menghentikan langkah kakinya, wajahnya terlihat jijik: "Tidak, kamu masuk saja dan pesan makananmu, aku akan menunggu disini!"

Regina Mo melangkah maju dan meraih tangannya kemudian memaksa seperti anak-anak: "Ayolah masuk bersama, kamu belum pernah datang kan sebelumnya?"

Namun Arthur Sheng tetap menolak: "Tidak bisa, kebersihan di dalam benar-benar sangat buruk!" itu benar-benar di luar toleransi pria tersebut.

Tisno Wen melihat keadaan sekitar yang kurang memungkinkan: "Meja-meja di sana penuh dengan preman-preman muda, keamanan disini benar-benar kurang baik, sebaiknya jangan makan disini!"

Detik selanjutnya, terdengar sebuah suara gerutuan, kedua pria itu tanpa direncanakan melihat ke arah Regina Mo secara bersamaan.

Wajah Regina Mo seketika berubah menjadi sangat merah, bahkan lebih merah dari lampu yang ada di jalanan tersebut.

Kedua pria itu tertawa, Regina Mo benar-benar ingin mencari tembok dan menabraknya, hari ini dia benar-benar merasa sangat malu.

Setelah beberapa saat, barulah Arthur Sheng berkata dengan enggan dan tak berdaya: "Baiklah, aku akan menemanimu masuk, tapi kamu harus makan dengan cepat, setelah makan kita langsung pergi, mengerti?"

Mendengar hal tersebut, wajah Regina Mo bersinar dan ia tertawa dengan sangat manis, ia mengangguk dengan penuh semangat dan menyetujuinya.

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu