Chasing Your Heart - Bab 308 Aku Sungguh Akan Membunuhnya.

Melihat dirinya sudah menembak banyak tapi tak bisa melukai Arthur Sheng, sorot haus darah di mata Cherry semakin dalam.

Cherry tak menyangka Arthur Sheng lihai bersembungi, sepertinya dirinya meremehkan pria ini!

Lalu Cherry menatap dengan tak sabar ke arah bawahannya.

Kalau membicarakan jumlah orang, seharusnya Arthur Sheng tak bisa kabur. Anggaplah jika kumpulan orangnya yang banyak ini tak ada yang terluka, tapi ini... tak disangka sudab ambruk beberapa orang!

Yang paling membuat Cherry tak tenang adalah setelah Arthur Sheng berlari masuk gudang, bayangan pria itu sama sekali tak terlihat.

"Kumpulan sampah!" Cherry memaki kasae. Cherry kembali menggerakkan pistolnya, lalu dengan langkah besar berjalan ke arah paling depan, mengarah ke posisi Arthur Sheng dan menembak beberapa kali.

"Maju kalian semua! Cepat cari dia!" Cherry marah besar pada beberapa bawahannya.

Sebenarnya saat itu mereka agak tak berani mendekati Arthur Sheng.

Bagaimanapun juga ada pistol di tangan pria itu dan di tanah sudah berjejer mayat teman-temannya, ini bukan bercandaan.

Sebagai manusia, pasti akan takut dengan kematian, kan?

Melihat bawahannya ragu-ragu, Cherry berteriak marah, "Cepat! Ya sekumpulan brengsek!"

Beberapa orang saling pandang, lalu berjalan ke depan.

Tangannya yang memegang pistol bercucuran keringat dingin, beberapa orang memeriksa dengan sangat hati-hati, takut nyawanya terancam.

Seperti bisa menebak apa yang mereka pikirkan, saat itu entah darimana tiba-tiba sebuah peluru melintas. Satu orang dari beberapa orang itu melototkan matanya lalu tubuhnya ambruk ke tanah.

Di dahinya bercucuran darah, membuat orang-orang takut.

Saat ini, tidak hanya para bawahan, bahkan Cherry sendiri agak panik.

Ternyata menghadapi Arthur Sheng sangat memakan banyak energi. Sekarang pria itu bersembunyi, tapi kecepatan pelurunya bukan main. Kalau tak berhati-hati, mungkin nyawanya terancam.

Cherry mengambil napas dalam-dalam, melewati bawahannya yang sudah ambruk di tanah, mengira-ngira posisi Arthur Sheng lalu menembak dengan brutal ke arah sana.

Walaupun suara nyaring itu membuat orang panik ketakutan, tapi selain pelurunya yang muncul, Arthur Sheng masih tak kelihatan jejaknya.

"Arthur, keluar kalau berani!" Cherry tak peduli dengan beberapa orang yang melarangnya, Cherry tetap maju ke depan sambil berteriak.

Hanya satu pria sepele, tapi sekarang malah membuatnya sangat marah. Dalam hidupnya, ini pertama kalinya dirinya sangat tak sabar sampai keluar keringat di dahi.

"Nona Cherry, hati-hati!" Saat itu, beberapa peluru mengarah ke Cherry, bagusnya beberapa bawahannya menarik Cherry, jadi hanya lengannya yang tergores.

Kali ini Cherry sudah tahu jelas posisi Arthur Sheng, Cherry langsung mendorong orang di sampingnga lalu berjalan ke arah Arthur Sheng.

"Arthur, keluar!"

Cherry berjalan ke depan tangki minyak yang besae, Cherry mengangkat pistol yang ada di tangannya, samar-samar muncul urat nadi di dahinya.

Saat itu dari belakangnya tiba-tiba muncul sebuah bayangan hitam.

Cherry buru-buru menarik pelatuk pistol, menembakkannya beberapa kali.

Setelah beberapa suara tembakan terdengar, orang di depannya tiba-tiba tak terlihat. Cherry panik, ketika kembali mencari bayangan Arthur Sheng, tiba-tiba tangannya menjadi kosong.

Ketika Cherry belum sadar, pelatuk yang dingin sudah berada di dahinya.

Setelah mencerna sebentar, Cherry langsung tahu yang mengarahkan pistol padanya adalah Arthur Sheng.

Melihat situasinya, para bawahan Cherry tercengang.

Yang benar itu mereka yang harusnya membunuh Arthur Sheng, tapi kenapa Cherry jatuh ke tangan pria itu?

"Kamu!" Sambil merasa malu, Cherry juga merasa seluruh darah di tubuhnya akan keluar. Dengan amarah Cherry berkata pada bawahannya, "Jangan pedulikan aku, cepat bunuh dia!"

Cherry kemari demi membalaskan dendam Sean Xiao, lagipula orangnya sudah tak ada, jika darahnya dan Sean Xiao bisa sama-sama berceceran di sini, Cherry tak merasa menyesal.

“Nona Cherry……”

Nyawa bukanlah hal sepele, beberapa bawahan Cherry saat itu merasa tak mungkin mendengar perintah bosnya.

Ketika Cherry masih ingin mengatakan sesuatu, Arthur Sheng mendekatkan pelatuk pistol beberapa senti ke Cherry, lalu bicara dengan nada dingin pada bawahan Cherry, "Jika kalian tak pergi, aku sungguh akan membunuhnya!"

Suaranya sangat mengancam, orang-orang itu menjadi ragu.

Beberapa orang saling bertatapan, lalu perlahan-lahan menurunkan pistol.

Cherry berteriak marah, "Apa kalian tahu apa yang sedang kalian lakukan? Cepat bunuh dia, kalau tidak nanti pasti aku akan..."

Baru bicara setengah, Arthur Sheng langsung menginterupsi dengan dingin, "Masih belum pergi?!"

Jelas sekali, di antara keduanya, suara Arthur Sheng yang paling kuat.

Setelah mereka terkejut, perlahan-lahan mereka pergi.

"Sialan!"

Mata Cherry memerah, tiba-tiba langsung bergerak, mengangkat kakinya ke arah Arthur Sheng.

Merasa Cherry menjauh dari pelatuk pistol, wajah Arthur Sheng sangat dingin lalu menembak ke arahnya.

Jarak keduanya sangat dekat, walaupun peluru tidak menyakiti bagian vital Cherry, tapi peluru melintas ke bahu Cherry.

Di rasa sakit itu, Cherry berteriak tak rela. Cherry langsung memungut pistol di sebelah tangannya lalu mengarahkannya ke Arthur Sheng.

Cherry mengarahkan ke bagian perut Arthur Sheng.

Jari Cherry menutupi erat bagian bahunya, ekspresi wajahnya sangat kesakitan, lalu memaksakan diri menampakkan senyuman.

Dibandingkan dengan luka yang diberikan Arthur Sheng, yang dia lukai lebih parah.

Bibir Arthyr Sheng sangat pucat, tubuhnya yang besar dan tinggi goyah, bahkan pistol di tangannya lepas.

Cherry menahan rasa sakit yang amat besar, kembali mengarahkan pistol ke Arthur Sheng dan saat itu, tiba-tiba terdengar suara dari pintu.

Cherry gemetar, lalu sadar situasinya tak bagus untuknya. Melihat jendela di samping terbuka, Cherry langsung melompat keluar.

Ketika Billy Gu masuk, pas sekali dia melihat bayangan Cherry yang kabur, lalu berteriak pada bawahannya, "Cepat kejar!"

Saat ini Arthur Sheng sudah koma, melihat lukanya banyak darah, Billy Gu panik lalu langsung menggendong Arthur Sheng di punggungnya dan berlari keluar.

Regina Mo yang panik kebetulan melihat pemandangan darah tersebut.

Setelah mengikuti masuk ke dalam mobil, Regina Mo kembali menyalahkan dirinya sambil bicara pada Billy Gu, "Cepat bawa Arthur ke rumah sakit. Dia mengeluarkan banyak darah..."

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu