Chasing Your Heart - Bab 229 Tidak Membiarkan Kalian Hidup Di Dunia

Regina Mo memimikkan kata "Tolong aku" begitu dia mendongak. Ini adalah kesempatan yang akhirnya dia menangkan, dan dia tidak boleh melewatkannya.

Dokter tidak bisa mengerti. Dia mengerutkan kening dan mengerutkan alisnya untuk memintanya mengatakannya lagi.

Regina Mo dengan cepat memposisikan dirinya di hadapan dokter yang menghalangi kepala Regina Mo. "Tolong aku!" Keluar dari mulutmu lagi.

Dokter yakin ia tak salah dengar, tetapi dia memiliki keraguan di dalam hatinya. Mengapa dia harus meminta bantuan? Bukankah pria ini ayahnya? Ia hampir membuka mulut, tapi kemudian teringat demam tingginya dan terhenti.

Bahkan jika sekarang sedikit dingin, itu tidak cukup dingin untuk membuat tubuh seseorang mengalami demam tinggi 39 derajat. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah dia tidak dirawat dengan baik. Tetapi, dia sadar bahwa wanita di ranjang rumah sakit tidak bergerak dari awal hingga akhir. Sangat mungkin jika dia disekap.

"Aku lihat tangan kirimu tidak cocok untuk penusukan jarum. Pembuluh darahnya terlalu tipis, jadi hanya bisa di tangan kanan. Jangan khawatir. Kalau ada apa-apa, panggil saja anggota keluargamu." Dokter itu menyipitkan mata, memandang Regina Mo, dan kemudian berbalik ke sisi lain.

Gadis ini seumuran dengan putrinya. Sebagai seorang ibu, dia secara alami memiliki simpati yang lebih dalam.

Regina Mo menutup matanya lagi. "Terserah." Ia membalas dengan suara tidak terlalu senang.

Dia dengan cepat menusuk jarum dan meresepkan beberapa obat lagi. "Minum obat ini tiga kali sehari, dan kamu harus meminumnya tepat waktu. Untungnya, kamu memanggil dokter tepat waktu. Jika saja terlambat beberapa jam, kamu harus dibawah ke ruang darurat."

Dokter menoleh ke arah Ayah Mo.

Ayah Mo menatap Regina Mo, mengangguk dengan muram dan meminta pengawal untuk mengirimnya keluar.

Regina Mo bisa merasakan cairan perlahan mengalir dari pipa ke tubuhnya. Sekarang dia hanya berdoa agar dokter keluar dan memanggil polisi, sebelum pria itu bisa berpikir jauh. Bagaimanapun, akting yang buruk seperti barusan mudah dideteksi.

Benar saja, setelah dokter keluar, Ayah Mo keluar dari kamar, duduk di sofa dan berpikir dalam-dalam. Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba berkata kepada pengawalnya, "Ayo siap-siap, kita akan segera pergi dan tinggal di tempat lain."

Meskipun bingung mendengar arahan Ayah Mo, tetapi dia tahu bahwa perintah majikan adalah segalanya. Yang bisa dia lakukan hanyalah mematuhi.

Pengawal berjalan ke dalam, melepaskan ikatan kaki Regina Mo, mencabut jarum dari tangannya, dan menariknya keluar ruangan.

"Apa yang kamu lakukan?" Regina Mo berhenti berpura-pura lemah, tatapannya kini dipenuhi dengan ketegasan.

Ayah Mo berkata dengan senyuman yang kejam, "Telah menjalani separuh hidup, aku masih juga ditipu oleh gadis kecil sepertimu. Apa kamu sedang mencari pertolongan? Jika tebakanku benar, seharusnya sekarang dokter sedang menelepon polisi, dan polisi akan datang ke sini?"

Regina Mo panik sejenak, tetapi dia segera menjadi tenang. Dia tidak bisa membiarkan ketakutannya terbaca, ia harus mengulur waktu selama mungkin.

"Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti!"

Ayah Mo melirik ke luar jendela. "Sekarang cuaca memang dingin, namun demam hingga empat puluh derajat, satu-satunya cara hanya lah mengandalkan air di kamar mandi, kan? Apa kamu benar-benar berpikir kamu bisa mengelabuhiku? Sudah kubilang, jangan bermimpi!"

Regina Mo tertawa pelan, "Begitukah? Bukankah sekarang kamu sudah tertipu."

Mata Ayah Mo tertuju padanya, dan dia berkeringat dingin. "Kalau begitu tunggu dan lihatlah."

Pengawal sampai di ruang tamu kamar dari kamar sebelah bersama Ibu Mo.

"Apa yang telah kamu lakukan pada ibuku?" Regina Mo melihat Ibu Mo yang tidak sadarkan diri, dan amarahnya langsung mengarah ke Ayah Mo.

"Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya membuat dia tidur nyenyak. Ini adalah hal yang paling dia inginkan!"

Ayah Mo mengedipkan mata pada pengawal itu. Pengawal itu meletakkan Ibu Mo di tanah dan mendekati Regina Mo selangkah demi selangkah.

Regina Mo dengan spontan melangkah mundur. "Apa yang kamu inginkan?"

Dia mengeluarkan tali dan mengikat tangan dan kaki Regina Mo dua atau tiga putaran.

"Ring ring ..." Bel pintu berbunyi, "Buka pintunya!"

Ayah Mo panik sesaat, tapi kemudian dia melihat tatapan bangga Regina Mo dan berkata dengan marah, "Jangan berpuas diri. Apa menurutmu polisi bisa menyelamatkanmu? Kamu terlalu optimis!"

Setelah itu, dia membawa Regina Mo ke kamar, begitu pula dengan Ibu Mo.

Ayah Mo mengeluarkan dua handuk dari kamar mandi dan memasukkannya ke dalam mulut, dengan tatapan sinis di mata mereka. "Dengar baik-baik, diam dan ikut perintahku, atau nyawamu tidak akan kujamin."

Regina Mo tidak bisa berhenti menggigil. Ayah Mo senang melihatnya seperti itu. Dia menepuk kepalanya seperti ayah yang baik dan berbalik.

Merapikan bajunya, Ayah Mo dengan tenang membuka pintu.

Tiga polisi muda.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Polisi itu mengeluarkan sebuah buku kecil dan bertanya dengan serius.

"Aku adalah warga Amerika keturunan Tiongkok. Datang ke sini untuk investasi dengan Perusahaan Sheng dari Kota A."

Sepertinya begitu. Dia memang kaum elit di industri. Tetapi mengingat pesan dari laporan yang baru mereka terima, dia masih bersikeras memeriksa tanpa pandang bulu. Karena jika ia melewatkan tersangka, itu berarti ia telah gagal menjalankan tugasnya. Sebagai abdi masyarakat, ia harus melindungi kepentingan rakyat.

"Berapa banyak orang yang tinggal di ruangan ini?"

"Tiga orang, putriku dan aku serta pengawal!"

Pria ini dapat menjawab pertanyaan apa pun dengan sangat baik. Jika ia menjawab apa adanya, mungkin laporan barusan adalah ulah saingan bisnis, etapi jika laporan itu benar, dia pasti penjahat yang kejam. Setelah memikirkannya, polisi itu membuat alasan.

"Dalam beberapa hari terakhir, ada banyak imigran illegal, jadi kita perlu menyelidiki semua pendatang. Aku harap kalian bisa bekerja sama."

Ayah Mo berpikir cepat dalam benaknya, hanya selama tiga detik, "Oke, bekerja sama dengan polisi adalah tugas kita!"

Tiga polisi dengan rendah hati masuk ke kamar, melihat setiap sudut ruangan satu per satu, semuanya rapi, seakan tak tersentuh.

Ketika sampai pada kamar yang terakhir, Ayah Mo menahannya dengan hati-hati dengan raut wajah yang waspada. "Kawan polisi, ini kamar putriku, tetapi ia sedang terkena penyakit menular. Hati-hati."

Mendengar kata "Penyakit", kaki ketiga orang itu berhenti sejenak.

Regina Mo sangat cemas. Hanya tinggal satu langkah terakhir. Mereka harus masuk. Namun, ketika dia mendengar langkah terhenti, hatinya terangkat. Dia tidak bisa menunggu dan menaruh harapannya pada orang lain.

Perlahan ia menggesek seluruh tubuhnya ke depan, setiap kali ia bergerak terasa sakit yang menusuk tubuhnya, tetapi dia tidak bisa menyerah, harapan terakhirnya ada di luar pintu.

Ketika Regina Mo sampai di depan pintu, Regina Mo berpikir sejenak. Melihat kaca di dinding, ia mengangkat kakinya yang terikat dan menendang dengan keras. Serpingan kaca jatuh di atas lantai marmer, membuat suara berderak.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu