Chasing Your Heart - Bab 132 Apa Kamu Mencintainya?

Hal yang diungkap dulu tidak hanya menyakiti Rizky dan dirinya, Arthur Sheng juga menerima rasa sakit yang luar  biasa. Regina Mo tahu, hanya saja Arthur Sheng pikir Regina Mo tak tahu.

Ada begitu banyak masalah di perusahaan, ada begitu banyak telepon masuk setiap hari. Bagaimana mungkin tidak ada masalah?

Hanya saja Regina Mo tak bicara. Regina Mo tahu perasaan Arthur Sheng, pria itu hanya mengingatnya dalam hati dan tak membicarakannya.

Tapi kali ini berbeda. Situasi kemarin sudah cukup besar, hal yang akan terungkap kali ini akan lebih parah dari yang dulu. Sampai saat itu tiba, bagaimana Arthur Sheng menghadapinya?

Bukannya Regina Mo tak percaya pada Arthur Sheng, dia hanya tak mau pria itu kelelahan saja.

Sesampainya di rumah, Arthur Sheng sadar Regina Mo tak berada di ruang tamu. Arthur Sheng pikir mungkin Regina Mo malu, bagaimanapun juga di rumah ini tidak ada orang yang Regina Mo kenal.

"Regina, ada apa? Wajahmu kelihatan tak baik." Ketika masuk, Arthur Sheng melihat Regina Mo sedang melamun, bahkan wanita itu tak sadar dirinya berjalan mendekat.

Regina Mo memaksakan senyum, "Tidak apa. Hanya saja hari ini aku pergi keluar lalu kelelahan. Ah ya, hari ini aku membelikanmu hadiah." Regina Mo menjawab sambil berjalan ke lemari baju mengeluarkan pengait kancing kemeja.

Melihat barang itu dari merek yang dia sukai, Arthur Sheng langsung gembira, sambil menarik ujung bibirnya berkata, "Hm, kelihatan bagus."

Arthur Sheng yang jelas-jelas adalah orang yang keras dan kaku tapi melihat pria itu seringkali tersenyum di hadapannya, hati Regina Mo terasa perih.

Dirinya harus meninggalkan pria ini seolah tak ada yang terjadi. Tidak memberikan sedikitpun kesempatan agar orang lain menyakiti Arthur Sheng dan tidak meninggalkan sedikit harapan pun untuknya.

Segalanya adalah karma. Ada sebab ada akibat, ini sudah ditakdirkan. Mungkin dirinya memang tak cocok untuk Arthur Sheng. Bahkan jika pria ini begitu baik padanya, tapi pada akhirnya dia tetap tak cocok untuk Regina Mo.

Rizky terlambat pulang sekolah, secara khusus kakek mengirimkan sebuah mobil untuk menjemput anak tersebut.

Ketika Rizky pulang sekolah, orang-orang di rumah menyambutnya, selain nyonya Sheng dan tuan besar Sheng. Karena merasa ada masalah, mereka pindah tempat tinggal. Semua orang tahu kenapa mereka seperti itu, tapi yang lain tak mengatakan apapun!

"Bu, aku pulang!" Melihat ibunya berdiri di depan pintu menyambutnya, Rizky bersemangat sekali dan langsung berlari ke arah Regina Mo, anak itu berlari dan hampir jatuh karena batu kecil.

Regina Mo memaksakan senyum sedikit lalu langsung berjongkok memeluk erat Rizky. Diam-diam air mata Regina Mo merembes masuk ke pakaian Rizky.

Rizky berpikir ibu merindukannya, lalu Rizky menenangkan ibunya: "Bu, lihat! Aku bisa pulang sendiri. Hari ini aku patuh sekali, aku tidak nakal saat bermain dengan teman-teman."

Setelah mengontrol emosinya, baru Regina Mo berdiri tegak, "Ya, Rizky kita paling hebat! Apakah guru memberikanmu hadiah bunga merah?"

Rizky mengerutkan bibirnya, "Bu, aku sudah besar. Orang dewasa tak membutuhkan bunga lagi."

Regina Mo menatap pasrah ke orang dewasa berumur 3 tahun itu.

Setelah makan malam dengan kakek, Rizky langsung mengantuk. Mungkin karena waktu beraktivitas anak itu besar. Baru menempel pada kasur, Rizky langsung tertidur. Setelah menyelimuti Rizky, Regina Mo keluar ruangan dengan hati-hati.

"Sudah tidur?" Entah kapan Arthur Sheng sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi.

Regina Mo berbalik, melihat Arthur Sheng sudah mengenakan gaun mandi . Tubuh tinggi itu pergi menuju lemari baju. Jelas-jelas itu gaun mandi biasa, tapi dipakai Arthur Sheng malah terlihat mahal.

"Hm. Mungkin hari ini dia main terlalu malam, jadi dia tidur lebih awal." Regina Mo teringat tadi. Sedetik sebelumnya Rizky ingin mendengarkan cerita, tapi detik selanjutnya terdengar dengkuran kecil Rizky, Regina Mo tak kuasa untuk tertawa.

Arthur Sheng maju selangkah, dengan mata agak buram berkata: "Oh begitu. Kita juga harus istirahat."

Regina Mo buru-buru berlari masuk ke kamar mandi, wajahnya memanas...

Tapi hari ini dirinya sungguh tak ingin melakukan hal itu...

Regina Mo yang sudah naik ke atas ranjang masih berpikir harus bagaimana menolak Arthur Sheng agar terlihat alami. Hasilnya malah pria itu hanya tidur sambil memeluk dirinya saja.

Kebetulan Regina Mo meletakkan kepalanya ke dalam pelukan Arthur Sheng. Tapi hati Regina Mo selalu memikirkan ucapan Diana Song. Regina Mo membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur, tak bisa tidur.

"Kamu... belum mengantuk?" Suara curiga Arthur Sheng terdengar di telinga Regina Mo. Napas hangat pria itu menggelitik telinga Regina Mo, membangkitkan sebuah hasrat.

Regina Mo tak tahu harus menjawab apa, "Kamu tidur duluan saja. Sebentar lagi aku tidur."

Arthur Sheng kembali menarik Regina Mo masuk ke dalam pelukannya, "Karena kamu tak bisa tidur, mari kita lakukan sesuatu yang berarti untuk membantumu tidur."

Selesai bicara, bibir Arthur Sheng mulai menekan. Regina Mo ingin mengelak tapi takut Arthur Sheng curiga. Pada akhirnya Regina Mo hanya bisa menahan di dalam hati dan  melayani Arthur Sheng.

Suasana kali ini sangat harmonis. Dan Arthur Sheng merasa sekarang Regina Mo sudah memiliki kesadaran untuk bergerak sendiri. Arthur Sheng dalam hati kesenangan. Sepertinya Regina Mo sudah menerima dirinya.

Satu jam kemudian, Arthur Sheng mulai melepas Regina Mo lalu kembali memeluk wanita itu dan tertidur pulas.

Setelah Arthur Sheng tertidur, Regina Mo bangun, pelan-pelan keluar dari ruangan, menutup pintu lalu menghubungi ibu Mo.

Setelah menceritakan keseluruhan cerita, hati Regina Mo yang tadinya menghangat, kembali mendingin, "Menurut ibu aku harus pergi atau bertahan?"

Ibu Mo agak terkejut, "Apa kamu mencintainya?"

Regina Mo juga tak tahu, "Ya mungkin mencintainya." Jika tidak, tidak mungkin yang dipikirkan Regina Mo pertama kali adalah masalah tentang Arthur Sheng.

"Kalau begitu kita pergi saja. Jangan membebaninya."

Keputusan ibu Mo selalu keluar dengan cepat.

"Hm. Ibu jangan pergi dulu. Ibu harus mengobati penyakit ibu."

Ibu Mo tak bicara apapun, bisa dianggap ibu Mo setuju.

Jam 4 subuh, sebelum fajar adalah waktu yang paling gelap. Regina Mo kembali ke kamarnya. Regina Mo tahu ini adalah waktu dimana Arthur Sheng tertidur sangat pulas dan tahu kalau sekarang dirinya pergi, pria ini takkan sadar.

Wajah tertidur Arthur Sheng tidak dingin seperti wajah saat pria itu bangun. Kepribadian Arthur Sheng sepertinya lembut tapi tertutupi oleh malam yang gelap.

Regina Mo menatapinya lama, terlalu lama berjongkok hinga kakinya mati rasa, baru Regina Mo berdiri. Regina Mo menatapnya untuk terakhir kalinya dan ciuman perpisahan jatuh di dahi Arthur Sheng, lalu Regina Mo berjalan keluar ruangan.

Regina Mo berbelok dan masuk ke dalam kamar Rizky. Mengambil barang yang sudah dirapikannya tadi pagi, menggendong Rizky, lalu di gelapnya malam mereka pergi.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu