Chasing Your Heart - Bab 204 Mesin Pembunuh dan Boneka

Di dalam sebuah kamar presidential hotel bintang lima, foto Regina Mo terpajang menghias dinding, foto tersenyum, menangis, makan, terkikik, bahkan sampai ke fotonya bersama dengan Arthur Sheng, terlebih lagi selama dua tahun terakhir ini.

Pria paruh baya yang berada di balkon itu mengguncang gelas anggur merahnya dengan keras, matahari yang terbenam, membuat bayangan tampan wajahnya terlihat lebih jelas, hanya saja senyum jahat di wajahnya membuat orang merasa tidak nyaman.

Di tangannya terdapat sebuah dokumen, jika melihatnya dengan seksama, di dalamnya terdapat berbagai macam informasi tentang Arthur Sheng, dan seorang wanita cantik yang ada bersamanya, duduk di sampingnya dengan sebuah kamera di tangannya, yang berisi segala sesuatu tentang Regina Mo.

Gerakan Regina Mo, sikap Regina Mo, Regina Mo yang sedikit mengernyit, juga dia yang sedang tersenyum, kecantikannya terpancar dalam setiap gerakan dengan sangat jelas, beberapa saat sekali, dia menelusuri dengan tangannya, mempelajari gerakan Regina Mo dengan heran.

Pria paruh baya itu meletakkan gelas anggurnya, lalu menggerakkan dokumen itu, "Sepertinya nasib Regina Mo sangat tidak sama, semenjak dia mengenal pria itu, seperti dia sudah berubah seutuhnya, dan kehidupannya ternyata begitu menarik."

Wanita cantik itu tertawa, "Iya, tidak disangka kisah tentang Cinderella dan pangerannya bisa dilihat di kehidupannya, bukankah itu menarik? Tapi ini adalah bagian yang paling kusukai, aku juga ingin belajar mendapatkan pangeran seperti itu tergenggam di telapak tangannya."

Pria paruh baya itu menyipitkan mata dan melihat ke arah dokumen yang sudah diremasnya di tangannya lalu mendengus kesal, "Keinginanmu itu tak lama lagi akan terwujud, itu juga akan membuatnya merasakan bagaimana rasanya jatuh dari awan. Tapi ini masih belum cukup, tanah debu terpuruk adalah tempat yang paling cocok baginya."

Wanita cantik itu meletakkan kamera dari tangannya, matanya menatap ke arah paman paruh baya itu, "Hm, rasa kebencian akan membuat kita berubah menjadi semakin rumit, kesialan merekalah yang akan membuat kita semakin senang, tapi aku ini masih muda, begitu aku berjalan pastilah seketika akan terbongkar."

Pria paruh baya itu tertawa, "Ini bukan masalah besar. bisa saja diselesaikan sembari jalan bukan?"

Pria paruh baya itu terbelalak seakan menyadari sesuatu, "Aku tahu apa maksudmu, kamu menginginkan Oki Ye bukan?"

Wanita cantik itu sepertinya tidak menyangka dia akan begitu terang-terangan sebuah rona merah seketika tampak di kulit putih wajahnya, tapi rona merah itu hilang dengan cepatnya juga, "Baguslah jika kamu tahu."

Paman paruh baya itu juga sedikit memahami emosi temperamen wanita cantik itu, "Baiklah, kemarin aku sudah mengetahuinya, hari ini dia akan datang, dan akan menemanimu baik-baik."

Rasa panas di wajah wanita cantik itu pun kembali lagi, bahkan semakin panas lagi dari sebelumnya, seakan sekujur tubuhnya masuk ke dalam air panas yang mendidih, meskipun dia baru bertemu dengan pria itu satu kali saja, tapi kesan yang ditinggalkannya dalam hatinya sangatlah dalam,tapi dia hanya berharap hari ini pria itu tidak akan membuatnya kecewa lagi.

Melihat wajah wanita itu yang penuh ekspresi, pria paruh baya itu mengernyitkan dahi, dan berkata dengan suara mulus: "Jangan lupa apa yang akan kita lakukan, juga Oki Ye adalah orang yang seperti apa, kamu boleh bermain-main, aku tidak akan mengatakan apa pun, tapi jika kamu bersungguh-sungguh, maka......"

Kedua mata wanita cantik itu terbelalak lebar, "Aku mengerti, kamu sudah mengatakan hal ini berpuluh-puluh kali, apakah aku begitu tidak bisa diandalkan?"

Pria paruh baya itu masih ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi wanita cantik itu segera mengemasi barang-barangnya, dan berbalik untuk meninggalkan kamar itu.

Menjelang malam, datanglah seorang pria lain di kamar presidensial itu, singkat kata dia adalah seorang pria yang begitu sempurna, anggun luar biasa, elegan dengan amat sangat, mata biru tua yang hanya terlihat sekilas itu, seakan seperti mampu menarik menenggelamkan seseorang.

Dia adalah Oki Ye.

Sama seperti namanya, Oki Ye, seorang kesatria di malam hari, dari dirinya terpancar aura tidak ingin menyerah, dinginnya sedingin malam, tidak ada sedikitpun perasaan yang terpancar di mata biru tuanya, biru matanya seakan sebuah laut luas, tapi juga terlihat seolah seperti laut mati.

Wanita cantik itu belum mendengar gerakan apapun, tapi dia sudah muncul di kamar itu.

"Kamu sudah datang." Sebuah rasa terkejut tampak di mata wanita cantik itu, dia meremas ujung roknya dan berlari mendekat, dia mendekat dengan hati-hati, dia tahu orang ini tidak suka saat orang lain terlalu dekat dengannya, setiap kali dia menguji seberapa dekat jarak yang bisa diraihnya.

Setelah berjalan ke hadapannya, seluruh tubuh wanita cantik itu seketika menjadi santai, dan dia merasa orang di sampingnya itu sedingin pendingin ruangan.

Seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin, bukan rasa dingin seperti pada umumnya, seakan seperti sebongkah es yang terpendam selama ribuan tahun.

Tidak hanya itu, mata yang seperti laut mati itu menyorotkan kekosongan dan darah, seperti seorang tentara yang telah melewati perbatasan, bahkan lebih menakutkan daripada itu, seluruh tubuh Oki tampak kaku, tidak ada perasaan sedikitpun, seakan seperti sebuah mesin, yang hanya bergerak mengikuti perintah.

Pria paruh baya itu sudah melihatnya saat masih di ambang pintu, setelah melihatnya dia pun kembali berlatih, aura nya terlihat lebih dalam dari sebelumnya, tapi fokus pria seperti ini pastilah bukan pada suatu hasil yang bagus, setelahnya dia juga hanyalah sebuah mesin pembunuh dan sebuah boneka.

Oki Ye melihat wanita cantik itu tanpa berkedip, jelas sekali dia tidak tertarik, dia hanya menatap lurus ke belakang tubuhnya, pria paruh baya itu sudah berjalan pergi sambil tersenyum.

"Kamu sudah datang." Pria paruh baya itu tidak kagum terhadap Oki Ye seperti orang lain, dia hanya mengangguk sedikit, sebuah sapaan yang sangat biasa, Oki Ye tidak membalasnya, awal pembicaraan yang seperti ini sama sekali tidak cocok dengannya, yang dibutuhkannya adalah kerapian.

Oki Ye meliriknya, dan mengalihkan pandangannya kepada wanita itu, "Jadi ini?"

Wanita cantik itu menggigit bibirnya, dia sudah berjalan bolak balik di hadapan pria ini berulang kali, tapi mengapa sekarang bahkan nama pun berganti menjadi "ini"?

Pria paruh baya itu tersenyum dan mengangguk, "Benar, aku sudah mengatakannya dengan jelas kepadamu tentang apa yang harus kamu lakukan hari ini, kamu pastilah tidak akan menyesal!"

Oki Ye menatap wanita itu dengan dingin, kemudian mengalihkan pandangannya kepada pria paruh baya itu, "Aku berhutang budi padamu, maka aku masih akan bermain kali ini, kuharap kamu tidak akan menggunakan hal ini untuk mengancamku, atau kamu akan tahu konsekuensinya."

Pria paruh baya yang diancam itu, merasakan sedikit rasa takut di hatinya, tapi latihan selama bertahun-tahun, juga tidak membuatnya melakukan suatu hal yang tidak tepat, dia hanya tersenyum dan mengangguk.

Dan wanita cantik di sampingnya itu sudah tidak sabar menunggu lagi, dia sudah menanti pria ini begitu lamanya, dengar-dengar dia menyukai wanita yang terlihat polos, dia dengan sengaja mencari orang-orang profesional untuk mempelajarinya.

"Jika begitu ayo kita pergi?"

Oki Ye tidak mengatakan apapun, dia hanya berjalan ke arah kamar, langkahnya tampak diukur satu demi satu, setiap langkahnya tampak tenang dan kuat.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu