Chasing Your Heart - Bab 166 Sulit untuk Diatasi

Regina Mo tidak pernah melakukan olahraga atau kegiatan pemicu adrenalin sebelumnya, saat ini, bahkan ketika belum mulai pun ia merasa perutnya mual seperti tubuhnya telah dibanting kesana kemari.

Vera Sheng menatapnya sekilas kemudian memberinya peringatan: “Sebaiknya nanti kamu jangan mencari masalah denganku, kalau tidak aku juga tidak tahu apa yang akan kulakukan!”

Regina Mo tidak mengatakan apapun, saat ini ia tahu bahwa tidak ada gunanya mengatakan apapun, ia hanya bisa berdoa agar semuanya baik-baik saja.

Setelah suara tembakan terdengar, lima mobil melesat bagai busur panah, seketika bayangan mobil-mobil itu menghilang dari pandangan.

Walaupun jalanan di Gunung Yuan telah dibangun dengan pesat, namun itu tetaplah sebuah gunung, itulah alasan mengapa Tuano membangun sirkuit balapan di sini karena faktor geografis, jalan yang sempit dan curam, banyak tikungan tajam, itu akan membuat balapan semakin menegangkan.

Sejak pertandingan di mulai, Vera Sheng sudah menyetir dengan sangat kencang, sekarang ia semakin bersemangat, 10 meter lagi ia akan menduduki posisi pertama, 10 meter bukanlah jarak yang jauh, namun kini ia belum mencapainya.

Mobil melaju semakin cepat. Wajah Regina Mo sudah berubah menjadi pucat pasi seakan tidak ada pembuluh darah di wajahnya, ia berpegangan erat pada pegangan penumpang, namun ia masih merasa takut, ia merasa mobil itu seperti terbalik.

“Vera, jangan mencari bahaya, bahkan jika kamu menangpun uangnya tidak seberapa.”

Angin di luar bertiup kencang, angin menerpa kaca mobil sehingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga, mungkin karena itu Vera Sheng tidak dapat mendengarnya. Mobilnya tidak melambat, Vera Sheng malah menambah kecepatan mobilnya, setir kemudi mobil sudah bergetar hebat, namun tatapan mata Vera Sheng menunjukkan bahwa ia semakin tertantang.

Regina Mo benar-benar ketakutan, ia seperti berjalan di atas tali, sedikit saja ia salah langkah, maka ia akan kehilangan segalanya.

Ada tebing di sisi mobil, dan ada jurang di sisi lainnya, Vera Sheng mengemudikan mobilnya seperti kuda liar yang berlarian kesana kemari.

Ketika ia melihat ada batu besar di depannya, ia menginjak rem secara tiba-tiba, dan membiarkan bagian belakang mobilnya menabrak batu itu.

Melihat usahanya yang cemerlang ini, Vera Sheng tertawa, ia merasa sangat senang.

Regina Mo berteriak sekencang-kencangnya, jantungnya hampir copot.

Namun Vera Sheng tetap menambah kecepatan mobilnya, bahkan sampai melebihi 120km/jam.

Ketika ia melihat mobil di depannya semakin dekat, matanya berkilat, saat ini ia akan segera mencapai garis finish, kurang sedikit lagi ia akan menjadi pemenangnya.

Dari kejauhan, Tuano telah mendengar situasi di sirkuit, ia mendongak dengan malas, kemudian ia berbicara kepada adiknya menggunakan walkie talkie, “aku tidak ingin dia menang, mengerti?”

Adiknya menerima pesan itu, angin yang terlalu kencang sedikit mengganggu pendengarannya, namun ia mengerti apa yang dimaksud.

Vera Sheng tidak tahu bahwa ada bahaya mengincarnya, ia hanya terfokus untuk bisa memenangkan pertandingan ini. Sedikit lagi ia akan memenangkan balapan ini.

Ia sudah bisa melihat garis finishnya, ia berniat untuk menambah kecepatannya, namun tiba-tiba ada sebuah batu besar datang dari atas, batu itu jatuh dan mendarat tepat di atas mobilnya, kaca mobil itu pecah menjadi kepingan kecil.

Pecahan kaca dari keempat sisi mobil itu melukai kulit Regina Mo dan Vera Sheng yang tidak terlindungi, seketika kulit mereka mengeluarkan darah, keliatannya sangat menyakitkan.

Regina Mo menahan sakitnya, ia melihat Vera Sheng yang berada di sampingnya tetap bersikap seolah tidak ada yang terjadi, kemudian Regina Mo berkata, “Vera, hentikan, aku bisa memberimu uang, berapapun hadiah dari perlombaan ini akan kuberi!”

Kepala Vera Sheng berdarah, ia menoleh dan membentak Regina Mo, “Sedikit lagi aku akan menang, sebaiknya kamu jangan mengangguku, atau aku akan mendorongmu ke jurang.”

Regina Mo berpikir, dalam kondisi seperti ini, Vera Sheng bisa saja benar-benar melakukan hal itu padanya, ia takut anaknya ia juga takut tidak bisa bertemu Arthur Sheng lagi.

Karena sudah tidak ada kaca mobil yang melindungi mereka dari hembusan angin yang kencang, angin berhembus bagai pisau yang menusuk kulit mereka, Regina Mo merasa daging di wajahnya hampir terlepas.

Vera Sheng yang juga merasakan hal yang sama, merasa matanya sangat sakit, namun ia tetap tidak berhenti, namun jika ada sesuatu yang terbang dan mengganggu, ia akan menurunkan kecepatannya.

Mobil di belakangnya perlahan menyusul, mobil-mobil itu menabrakkan diri ke mobilnya, terdengar suara gesekkan antara mobil-mobil itu, mobil di urutan ketiga berusaha untuk merebut posisinya, mobil itu langsung menabrakkan diri dengan keras ke mobil Vera Sheng, ia berusaha keras untuk mengendalikan setir kemudi agar mobilnya berhenti di tepi jalan dan tidak jatuh ke jurang.

Namun Regina Mo sedang sial, karena mobil direm mendadak, tangannya tidak kuat untuk berpegangan lagi, tubuhnya terpelanting ke sisi mobil, kepalanya terbentur jendela mobil dan mengenai pecahan kaca, seketika darah segar mengalir dari kepalanya.

Mobil itu berhenti, Regina Mo langsung turun dari mobil, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, ia berpegangan pada bebatuan di pinggir jalan dan mulai muntah tak terkendali, sepertinya isi seluruh isi kepalanya juga sudah menjadi bubur, ia sudah tidak bisa berpikir dengan jernih.

Tuano sudah merencanakan dan memikirkan ini semua, ia menyuruh adiknya untuk mengirimkan mobil dan menjemput mereka kembali.

Sejak awal Vera Sheng sudah mengetahui bahwa ia dikelabui oleh mereka, namun ia tetap menurut dan masuk ke dalam mobil jemputan, lagi pula jika ia tidak menurut dan masuk ke mobil, ia harus berjalan sejauh dua mil untuk kembali.

Kira-kira tiga menit kemudian, mereka telah sampai ke garis start, Vera Sheng tidak mendapatkan luka serius selain lecet-lecet di tubuhnya, namun Regina Mo sudah terkapar, ia duduk di kursi belakang mobil dan tidak ingin bergerak.

“Tuano, kamu curang!” Vera Sheng membuka pintu dan turun dari mobil, tatapannya tertuju ke arah Tuano, jika ia tidak curang, ia pasti sudah menjadi pemenangnya.

Tuano tertawa sinis: “Kapan aku berbuat curang? Apa kamu melihatnya sendiri? Kamu pikirkan saja bagaimana caranya kamu akan memberiku 400 juta.”

Raut wajah Vera Sheng terlihat penuh kebencian, dalam hati ia memikirkan ratusan cara untuk menghukum Tuano, namun ia tetap tidak bisa melakukannya.

“Pergilah, dan bawa anak itu kemari!” Tuano tidak mempedulikan raut wajah Vera Sheng yang sadis, ia berbalik dan memberi perintah pada anak buahnya.

Regina Mo menjadi panik, “Apa yang ingin kamu lakukan?”

Tuano meliriknya sekilas, “Bukankah sebentar lagi kamu akan mengetahuinya?”

Rizky terus memberontak, Tuano langsung mencambuk pantatnya, “Jika kamu tidak menurut, aku akan membuangmu ke jurang.”

Tuano memang terlihat bengis dan sadis, ia bisa melakukan apapun yang ia mau, Regina Mo ketakutan, ia berlari dan henk memeluk dan menyelamatkan Rizky, namun ia malah didorong oleh Tuano untuk menjauh, “Cari mati!”

Regina Mo terdorong dan jatuh ke lantai, kepalanya terasa semakin pusing.

Tepat pada saat Tuano hendak melancarkan aksinya lagi, adiknya berlari mendekat, “Tuano, di kaki gunung ada lima sampai enam mobil yang hendak naik, entah siapa mereka ini, namun sepertinya mereka akan sulit untuk diatasi.”

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu