Chasing Your Heart - Bab 259 Masih Ingin Melawan

Arthur Sheng membawa Regina Mo keluar dari pintu dengan pikiran yang jernih dan cerah. Dia merasa seperti sebongkah batu besar baru saja diangkat dari bahunya. Pada saat yang sama, dia mendapat kabar baik. Dia tidak tahu bagaimana mengekspresikan kegembiraannya.

"Ayo makan malam. Baru saja kita tidak sempat makan, aku sudah hampir mati kelaparan." Arthur Sheng jarang bertingkah seperti anak kecil di depan Regina Mo, matanya yang berbinar dengan cahaya memantulkan bayangan Regina Mo.

Regina Mo melihat pria di depannya. Dia hampir tiga puluh tahun, tapi bertingkah seperti anak kecil. Ia hanya meraih lengannya dan berkata, "Jemput Rizky dulu. Kita sudah lama tidak bertemu dengannya."

Setengah jam kemudian, mereka muncul di depan pintu sebuah restoran kelas atas. Regina Mo agak bingung. "Bukankah sudah tertulis jelas bahwa restorannya tutup?"

Melihat raut wajahnya yang penuh tanya, Arthur Sheng ingin menciumnya. Tanpa berpikir panjang ia membuka sabuk pengaman lalu mendekatkan tubuhnya sebelum bibir mereka bersentuhan.

Regina Mo masih tidak mengerti. Terlebih lagi, sekarang mereka sedang di pinggir jalan dan banyak orang yang berlalu-lalang. Dia tersipu dan mengulurkan tangan untuk mendorongnya pergi. "Apa yang kamu lakukan? Banyak orang lewat di luar!"

Suara yang begitu genit, semakin Arthur Sheng mendengarkannya, semakin dia menyukainya, "Sayang, katakan lagi!" Kepalanya masih terkubur di pelukannya, mencium bau samar sabun mandi di tubuhnya, merasa seluruh tubuhnya menjadi rileks.

Tiba-tiba, jendela diketuk dan Regina Mo terkejut. Dia mengira polisi lalu lintas datang untuk menegur mereka.

Arthur Sheng berbalik dan membuka jendela. Tisno Wen berdiri di samping mobil sambil bercanda. Nadanya sedikit kesal, "Apa yang kamu lakukan?"

"Apa yang kamu lakukan? Di tempat umum seperti ini, apakah kamu tidak takut polisi akan menangkapmu?"

Wajah Regina Mo bahkan lebih merah, dan tatapan Arthur Sheng dingin. "Tisno Wen, tanyakan bibi untukku!"

Tisno Wen segera menutup mulut dan berbalik untuk berjalan masuk.

"Mengapa kamu mengancam dia dengan ini?" Regina Mo sedikit penasaran. Mereka terbiasa bercanda satu sama lain, tapi Regina Mo tidak pernah tahu kenapa begitu Billy Gu dan Arthur Sheng membahas bibi, dia bisa langsung patuh.

Begitu Arthur Sheng memikirkan hal ini, dia terlihat bangga. "Dia seumuran denganku, tapi di saat anakku sudah bisa berlari, dia masih bujangan. Bibi bahkan mengejeknya, mengatakan bahwa setiap hari valentine dia hanya bisa merenung kesepian."

Baiklah, mengancam orang dengan ibunya. Arthur Sheng, apakah menurutmu itu etis?

Setelah dihentikan oleh Tisno Wen barusan, Arthur Sheng akhirnya menyerah dan mengemudikan mobilnya ke tempat parkir terdekat, menjelaskan kepada Regina Mo, "Restoran pribadi ini sebenarnya adalah milik Billy Gu, dan juga merupakan markas rahasia kami. Dulu , ketika aku masih muda, aku sering datang ke sini, tetapi sekarang sudah jarang karena sibuk. "

Regina Mo mengangguk mengerti.

Setelah masuk, Regina Mo menyadari bahwa itu adalah bangunan yang unik dan sederhana dengan suasana yang elegan. Memasuki ruangan, ia disambut dengan atmosfir spritiual yang kuat. Ada bau kayu cendana di udara, memberikan perasaan intim dan penuh keakraban.

Tidak lama setelahnya Billy Gu membawa Rizky datang, Arthur Sheng pun semakin bersemangat, ia langsung bermain dengannya. Regina Mo ingin Rizky makan sendiri, tetapi ayahnya membalas bahwa dia akan menebus tahun-tahun yang hilang. Regina Mo bangkit dan menarik kursinya satu meter dari Arthur Sheng

"Regina, sepertinya jabatanmu akan turun!" Tisno Wen mengerutkan kening, seolah memperjuangkan ketidakadilannya, tapi senyum di balik matanya tak bisa disembunyikan.

Regina Mo menundukkan kepalanya dan mencoba sesuap, rasanya tidak buruk. Dia menatap kedua orang yang baru saja mengoloknya. "Kalian pria lajang tidak tahu sulitnya membesarkan anak-anak. Jika dia ingin merawat Rizky sepenuhnya, aku hanya akan berterima kasih."

Dua orang di sisi berlawanan meja, tercengang, terbelalak dan sangat terkejut. "Regina sudah tertular keketusan Arthur Sheng."

Arthur Sheng menganggukkan kepalanya dengan bangga, membuat mereka tidak bisa berkata-kata.

Sibuk menikmati makanan, ponsel Tisno Wen tiba-tiba berdering. Dia mengeluarkannya dan melihatnya. Matanya dipenuhi dengan senyuman kecil. "Ada kabar dari pinggiran kota. Mega Shi dan Diana Song datang bersama dan masuk ke sebuah rumah tua."

Arthur Sheng dengan hati-hati mengusap sup Rizky di wajahnya. "Terus ikuti."

Tisno Wen membuat panggilan. "Periksa semuanya dengan teliti. Setelah kalian mengetahui situasinya dengan jelas. Aku akan segera ke sana."

"Oke, kami ..."

"Halo? Ada apa? Halo?" Tisno Wen melihat ke layar ponsel. Panggilan masih terhubung, mengapa tidak ada suara?

Arthur Sheng tiba-tiba menyadari sesuatu. "Tidak, orang kita sepertinya dalam bahaya. Ayo pergi." Dalam keadaan darurat, Billy Gu bertanggung jawab membawa Rizky dan Regina Mo kembali, dan yang lain bergegas ke pinggiran kota.

Ayah Mo sudah melihat ada yang tidak beres saat mereka datang. Ketika melihat sederet tubuh tergeletak di depannya, dia mencibir, "Apakah kamu masih ingin melawanku? Evelly, tempat ini tidak aman. Ayo cepat pergi."

Evelly Mo tidak punya waktu untuk mendengarkan ayahnya. Dia melihat ke dua orang di sisi seberang dengan amarah. Tidak cukup menggagalkan misi, mereka bahkan membawa masalah baru. Jika bukan karena kecerobohan mereka, mengapa mereka bisa ditemukan sekarang?

Mega Shi maupun Diana menundukkan kepalanya, tetapi jika diperhatikan lebih dekat, sekilas terlihat tubuh mereka gemetar dan punggung mereka basah.

"Aku tidak akan menyelidiki masalah ini, tetapi lain kali, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan padamu. Kalian sebaiknya tahu diri, apa yang pantas kalian katakan dan apa yang tidak, silahkan kalian pertimbangkan sendiri." Evelly Mo sedikit menenangkan amarahnya. Untung mereka masih ada gunanya, kalau tidak mereka pasti sudah ditembak mati.

Ayah Mo mengerutkan kening. "Ayo pergi."

Evelly Mo berbalik dan pergi ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Segera dia keluar. Hanya ada selusin tubuh tergeletak di luar. Kedua wanita itu menghilang.

"Sepertinya aku harus meninggalkan sesuatu untuk mereka sebelum pergi, bukan begitu?" Ayah Mo memandang silau matahari di atas kepalanya, dan senyum keji mengembang dari sudut mulutnya.

Ada senyum cerah di mata Evelly Mo. Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup. Arthur Sheng ada di sini dan Regina Mo mungkin ikut dengannya. Jika dirinya tidak melakukan sesuatu, tidakkah ia akan merasa malu pada dirinya sendiri?

Melaju kencang di jalan, Arthur Sheng melihat pantulan sederet mobil polisi di belakangnya. Tapi saat melihat plat nomor platnya, mereka semua berhenti.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu