Chasing Your Heart - Bab 94 Tetangga

Setelah memasukan semua bunga dagangannya ke dalam, Regina Mo baru berbasa-basi dengan bertanya kenapa dia bisa datang ke situ.

Philip Song yang duduk di dalam toko terlihat tegang, dia memang datang tanpa pertimbangan matang, dan sekarang, dia tidak tahu harus mengatakan apa dengannya, sedangkan perasaan itu, sudah sejak dia bertemu dengannya tadi, menghilang tanpa jejak.

"Aku datang untuk bertemu denganmu, kabarnya, kamu sudah lama tidak datang ke kantor, aku merasa cemas. "

Philip Song menunduk melihat lantai, walaupun dia menyimpan sejuta rindu di dalam hatinya, tapi sekarang dia baru saja putus cinta, sebaiknya dia tidak gegabah.

Regina Mo merapikan bunga-bunganya, "Aku hanya ingin berjalan-jalan keluar, di sana sangat pengap. "

"Berjalan-jalan bagaimana? Aku juga sudah mengetahui kamu pindah rumah. "

Nada bicara Philip Song menjadi lebih berat, selanjutnya dia kembali merasa dirinya tidak pantas berkata demikian, maka dia ingin segera menjelaskannya.

Ekspresi wajah Regina Mo sangat datar, seakan tidak memahami perasaan dia.

"Hidup di sini enak juga, sangat cocok dengan kita, aku bahkan berencana untuk menetap di sini. Kamu yang datang secara tiba-tiba mengejutkanku. "

Sorot mata Philip Song mengandung kerumitan yang belum pernah nampak sebelumnya, "Kamu......sungguh menginginkan kehidupan seperti ini? "

"Hm. "Regina Mo meletakan setangkai bunga, berbalik dan mengangguk dengan mantap.

"Oh, kalau begitu kamu akan menjadi tetanggaku. "

Philip Song tersenyum sembari menjatuhkan bom, seakan sama sekali tidak merasa perkataannya ada yang salah.

Regina Mo kali ini sungguh dibuatnya bengong, tetangga?

Bukankah dia masih perlu pergi bekerja?

"Apa kamu datang ke sini karena ada pekerjaan? "

"Tidak, aku datang ke sini untuk membantumu. "

Philip Song seharusnya merasa tenang, sebenarnya ide ini baru saja tercetus di kepalanya.

Regina Mo walaupun kehidupannya di sini tidak termasuk susah, namun juga ada beberapa hal yang tidak baik. Dulu Philip Song tidak bisa membantunya, tapi ini sekarang adalah kesempatan bagus.

"Aku tidak memerlukan bantuanmu, aku sendiri bisa, dan lagi toko bungaku juga sudah selesai aku bereskan, beberapa hari ini bisnisku juga lumayan, aku sendirian pasti bisa hidup, kamu sebaiknya mengurus pekerjaanmu sendiri saja. "

Regina Mo dengan tidak enak hati menolak penawarannya.

Tapi Philip Song tetap bersikukuh, dia berkata setengah harinya tidaka begitu sibuk, akhirnya Regina Mo hanya bisa menyetujuinya.

Tiba-tiba dia teringat, Regina Mo bertanya: "Kalau begitu kamu tinggal di mana? "

Philip Song dengan polos mengatakan dirinya belum punya tempat tinggal. Kepolosan sinar matanya itu membuat Regina Mo merasa bersalah.

Sebenarnya ada kamar kosong di rumahnya, tapi kalau dia mempersilahkannya tinggal di situ, bagaimana kalau ada gosip tersebar oleh orang-orang di sekitar karenanya?

Seakan dapat melihat kegundahan hatinya, Philip Song tersenyum, "Aku berbohong padamu, hari ini aku akan tinggal di hotel, besol aku baru akan pindahan, di sebuah rumah di dekat rumahmu, aku menyewa sebuah tempat di sana. "

Regina Mo memutar matanya, apa membohongi seseorang seperti itu ada gunanya?

Ketika ibu Mo keluar, dia kebetulan sedang melihat ada yang tidak beres. Anak perempuannya sedang merangkai bunga, dan di hadapannya berdiri seorang lelaki, yang dari tubuhnya terpancar kehangatan, sorot matanya penuh kasih sayang, memandangi anak perempuannya itu.

Dia tidak mengenalnya, maka dia menghampirinya dan bertanya padanya.

Regina Mo memperkenalkan dengan tergesa-gesa, dia berkata lelaki itu adalah seorang temannya.

Philip Song tidak begitu setuju dengan status temannya itu, tapi dia juga tidak sempat membantah.

"Nak Song sejak kapan datang? "

Ibu Mo perlahan menggerakan kursi rodanya menghampiri. Saat dia tiba di tempat yang tidak rata, dia sedikit kesusahan.

Philip Song yang sopan, melihatnya, langsung bergegas membantunya mendorong kursi rodanya perlahan. Regina Mo demi mempermudah akses bagi ibunya, sudah membuat papan landai untuknya. Tapi karena masalah waktu, papan yang dibuatnya tidak begitu bagus.

"Aku baru saja datang, setelah mendengar kabar Regina sudah tidak di sana lagi, aku datang khusus datang ke sini untuk membantunya. "

Philip Song adalah orang yang ramah, dia jauh lebih mudah bergaul daripada Arthur Sheng. Lelaki seperti dia lebih gampang mengambil hati orang tua.

Ibu Mo juga dibuatnya tersenyum, "Regina itu hanya bisa bercocok tanam, kalau sampai bisa memanggilmu ke sini, itu adalah hal yang luar biasa. "

Kedua kaki ibu Mo memang tidak baik, tapi dia tidak buta.

Lawan bicaranya ini terlihat sangat elegan, tentu bukanlah orang sembarangan.

Philip Song menatap orang di sebelahnya itu sambil tersenyum hangat, "Aku ini merasa diriku sangat beruntung, kabarnya, masakan Tante Mo sangat enak, sebenarnya aku ini datang untuk sekedar mencicipi masakan tante. "

Keduanya terlihat bercakap-cakap dengan tulus.

Regina Mo menatap Philip Song dengan kaget, di dalam benaknya dulu, Philip Song seharusnya tidak memiliki keahlian untuk berbincang dengan orang lain seperti itu, apa jangan-jangan sekarang chipnya sudah dia ganti?

Belum sampai dia memahaminya, ibu Mo sudah pergi menjemput Rizky.

Sekolah Rizky berjarak cukup jauh, ditambah dengan kehadiran Philip Song, Regina Mo memutuskan untuk turun tangan di dapur, sambil menimbang-nimbang apakah dia perlu menambah masakan, dengan kehadiran seorang tamu, dia tidak bisa hanya mempersiapkan hidangan sederhana saja.

Dia datang tepat waktu, dia baru sampai di gerbang sekolah ketika dia mendengar bel pulang sekolah, dan tidak lama sesudahnya, dia melihat Rizky dan beberapa teman barunya berjalan keluar.

"Mami. "

Begitu melihat Regina Mo, Rizky langsung melepas tangan temannya dan berlari menyambutnya, seperti sebuah peluru yang ditembakan dari meriam.

Untung saja sebuah mobil yang berjarak tidak lebih dari beberapa meter saja dari Regina Mo memelankan lajunya, kalau tidak hari itu mungkin ada orang yang terluka.

"Apa hari ini kamu senang? "

Regina Mo merapikan seragam sekolahnya sambil menatap teman sekolahnya yang berwajah bulat dan bahagia.

Begitu Rizky mulai menceritakan teman sekolahnya ini, dia tidak bisa berhenti, "Hari ini aku berkenalan dengan seorang teman baru, dia bernama Michael Zhao, dia duduk bersama denganku, dia sangat suka makan permen, sama seperti aku. "

"Apakah bocah di sana itu? "Regina Mo menunjuk ke arah anak kecil itu dengan matanya.

"Benar sekali, oh, ibunya hari ini tidak bisa datang untuk menjemputnya, bagaimana kalau kita hantarkan dia pulang, dia tinggal di gang dekat rumah kita.

Tanpa menunggu jawaban Regina Mo, dia langsung berlari menjemput temannya itu dan menarik tangannya. Dia bahkan menghiraukan gurunya yang berteriak di belakangnya.

Regina Mo melihat mata bocah-bocah itu berbinar, dia hanya bisa tersenyum dan menjelaskan pada gurunya, kemudian menggandeng kedua anak itu masing-masing di sebelah kanan dan kirinya berjalan pulang, dia bahkan lupa untuk pergi ke supermarket.

Namun atmosfir mendadak berubah ketika Rizky bertatapan dengan Philip Song.

Philip Song pernah melihat Rizky. Melihat sesampainya di rumah mereka meletakan barang-barang yang mereka tenteng di tangan, Philip Song menghampiri Regina Mo lalu mengambil tas sekolah dari tangannya, "Sudah waktunya makan. "

Rizky melihat lelaki ini bersikap sangat sopan pada ibunya, merasa tidak tenang, apa dia ini mau membangun pondasi?

Saat di meja makan, Philip Song mengambil inisiatif untuk membuka percakapan.

"Bagaimana kondisi kaki Tante Mo sekarang? "

Ibu Mo hanya memandangi kakinya tanpa memberinya jawaban, seakan tidak tahu harus mengatakan apa.

Regina Mo khawatir itu membuatnya canggung, maka dia langsung menjawabnya, "Dalam waktu dekat ini, mungkin tidak bisa baik. "

Philip Song meminta maaf sambil tersenyum, "Maaf, aku hanya ingin bertanya mengenai kondisi penyakitnya, aku punya seorang teman yang sangat memahami kondisi penyakitnya itu dan mungkin bahkan bisa membantunya. "

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu