CEO Daddy - Bab 31 Mencari Ayah Baru

Setelah menutup telepon, Yenny Tang segera mengganti bajunya, kemudian memberikan ciuman pada kedua anaknya. Bersiap keluar untuk mendapatkan uang.

“Ibu, kamu bersiap meninggalkan Ayah. Apakah kamu akan mencari Ayah baru untuk kami?” Lani mengantar Yenny Tang hingga kedepan pintu, kemudian bertanya dengan wajah polosnya.

Anak bodoh, justru Ibu pergi untuk menemani Ayahmu.

“Jika kamu ingin. Besok ketika Ibu pulang, Ibu akan membelikan dua untukmu.” Yenny Tang mengganti sepatunya, sambil berbicara pada Lani.

Lani: ......

Ternyata Ayah dapat dibeli.

Ternyata ibunya benar-benar tidak membohonginya. Uang adalah benda yang bagus. Jika sudah besar nanti dia ingin menghasilkan banyak uang.

Dia melangkahkan kaki kecilnya, kembali kedalam rumah.

“Ibu, kalau begitu berhati-hatilah, pulanglah lebih awal.” Liando adalah anak yang tenang.

“Baiklah, Mommy mencintai kalian. Kalian juga tidurlah lebih awal. Jangan membukakan pintu untuk orang asing.” Yenny Tang membungkukkan tubuhnya untuk mencium Liando sejenak.

Telinga Liando memerah, membuat Yenny Tang merasa gemas.

Dia sudah tiba didepan lift, namun Lani mengikutinya.

Lani terengah-engah. Wajah bulatnya memerah, seperti dua buah apel. Jangan ditanya betapa lucunya dia.

Dia memberikan celengan babinya kepada Yenny Tang, kemudian berucap dengan sok dewasa: “Ibu, ketika kamu kembali ingat untuk membeli tiga Ayah, satu untukku, satu untuk kakak, dan satunya lagi untuk Ibu.”

Yenny Tang: “......”

Putriku sayang, ini bukanlah seperti sedang membeli makan. Bahkan kamu membayari orang.

Lagi pula kamu terlalu boros, membeli satu Ayah untuk tiga orang itu sudah cukup, untuk apa boros seperti itu dengan membeli tiga?

Hati Yenny Tang terasa sedikit nyeri, ketika berjalan dia membawa kunci mobil jenis Astone Martine 77, dia memutuskan untuk pergi dengan mengendarai mobil sport Astone Martine.

Biasanya dia tidak rela mengendarainya, walaupun mobil sport terlihat keren, namun terlalu boros bahan bakar.

Terkadang biaya bahan bakar dan biaya parkir, cukup untuk naik taxi setiap hari.

Hari ini Jimson yang kaya raya akan mengganti uang ongkosnya, jarang-jarang bisa bergaya mewah seperti ini, benar-benar luar biasa.

Dalam waktu setengah jam dari rumah Yenny Tang pergi membeli wine, kemudian segera pergi ke puncak gunung Julong.

Gunung Julong adalah area orang kaya, tanah disana memiliki harga selangit.

Orang kaya baru, tidak akan sanggup membeli sepetak tanah disana.

Jika dia memiliki tanah di gunung Julong, itu pasti dia benar-benar menjadi kaya mendadak dalam waktu semalam.

Tempat ini adalah tempat yang hanya bisa didatangi oleh orang kaya, pemandangan alam disana tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, gunung-gunung menjulang tinggi dengan indah.

Pemandangan dari puncak gunung sangat indah, dapat terlihat pemandangan lautan yang terletak dibawah gunung.

Jimson Ye seperti seorang tuan muda, duduk diatas kap mobil depan, dengan sebelah tangannya menahan berat tubuhnya, sebelah kakinya menjulur kedepan, kemudian kaki sebelahnya menekuk.

Dia memiliki wajah yang tampan, postur tubuh yang bagus, jadi dia terlihat sangat keren.

Wajah memang hal yang utama, tidak perlu terlalu putus asa.

“Direktur Ye, ini adalah wine yang kamu mau.” Yenny Tang mengerti dengan selera Jimson Ye yang tinggi, jadi dia membawa sebotol Lafite.

Perasaan Jimson Ye sedang tidak begitu baik, wine dan gelas dengan kaki tinggi yang dibawa oleh Yenny Tang, dia meminumnya dengan santai.

Wine mengalir turun dari bibir Jimson Ye yang tipis dan seksi, mengalir turun melewati dagu dan jakun, kemudian masuk kedalam kemeja hitamnya. Kemeja hitam bagian dadanya terlihat basah karena wine, mencetak bentuk tubuhnya, memperlihatkan dada berototnya yang seksi.

Sshh...... Jimson terlihat sangat menggoda.

Melihat Jimson Ye menghabiskan sebotol wine, dia terlihat seperti patung es dengan wajah tampan yang terlihat kesepian.

Yenny Tang tiba-tiba merasa sedikit kasihan, entah merasa kasihan pada wine itu atau kasihan pada Jimson Ye, seperti tidak ada bedanya.

Yang penting dia tidak bisa membiarkan Jimson Ye rubuh karena menghabiskan satu botol wine, kemudian minum dirinya mabuk hingga tidak sadarkan diri.

Dia mengambil segelas lagi gelas wine berkaki tinggi dari dalam mobil, kemudian mengeluarkan sepiring cemilan.

Jangan tanyakan dari mana dia mendapatkan cemilan itu, dia tidak akan mengatakannya, sejak awal dia sudah berniat untuk menumpang menikmati segelas wine! Heh!

“Minum sendirian untuk menghilangkan rasa sedih itu akan mabuk dengan mudah, aku akan menemanimu minum.” Yenny Tang ikut duduk diatas mobil Jimson Ye yang harganya dapat membuat orang terkejut, menurut Jimson Ye.

Jimson Ye tidak menolak niatan Yenny Tang, dia menuangkan setengah gelas wine untuknya.

Yenny Tang menegak winenya, kemudian merasakannya didalam mulut, sepertinya rasanya tidak jauh berbeda dengan yang diminumnya dulu.

Ternyata seleranya tidak sebagus itu.

“Direktur Ye, jika kamu memiliki masalah yang tidak menyenangkan katakan saja padaku, biarkan aku merasa senang sejenak.”

Gluk gluk...... Setelah meminum wine kenapa bibirnya menjadi sangat lancang?

Jimson Ye menatap sekilas Yenny Tang dengan dingin, berucap: “Ingin kuhajar?”

Teringat dengan bokongnya yang terasa sakit selama beberapa hari, jika mengingat sebelumnya, Yenny Tang pasti sangat mengerti, walaupun hari ini dia tidak mabuk, namun sepertinya alkohol membuatnya menjadi kebal.

“Dasar, aku bukannya perhitungan denganmu, kamu kira aku takut padamu ya.” Yenny Tang merasa tidak terima, kemudian menatap Jimson Ye: “Kuperingatkan, dua kali kamu memukulku, aku mengingat semua hal itu. Tunggu hingga suatu hari kamu jatuh pada genggamanku, maka aku akan membunuhmu.”

“Kalau begitu aku akan menunggu hari dimana kamu membunuhku.” Jimson Ye menyeringai, perasaannya mulai membaik.

“Oh iya, kamu bilang aku memulukmu dua kali, apa kamu masih ingat satu kali yang lain itu kapan?” Jimson Ye bertanya dengan meyelidik.

“Meragukanku? Kamu pikir aku mabuk?” Yenny Tang menunjukkan kedua taringnya, berucap meremehkan.

Awalnya karena Jimson Ye yang menyelidik dan jarak Yenny Tang yang sangat dekat, ketika Yenny Tang berbicara dia mendongakkan kepalanya. Jarak antar keduanya sangat dekat, bahkan ujung hidung mereka hampir bersentuhan.

Melihat iris mata Yenny Tang yang bercahaya, dan aroma tubuhnya yang samar.

Jimson Ye yang memiliki toleransi tinggi pada alkohol merasa dirinya mabuk karena tubuh Yenny Tang, dia merasa tenggorokannya sedikit kering.

Yenny Tang merasa suasana saat ini terasa canggung, dia sedikit bergerak mundur.

Namun belum dia menjauh, pinggangnya terasa dicengkram, kemudian tubuhnya tertarik kedepan, dia menempel erat dengan dada Jimson Ye yang keras, tidak ada celah sedikitpun.

Jimson Ye berucap disamping telinganya dengan suara rendahnya yang seksi: “Sekarang aku tidak meragukanmu, aku ingin mencoba bagaimana rasanya dibunuh olehmu.”

Baru saja dia selesai berucap, nafasnya telah tertahan karena hembusan nafas Jimson Ye yang sangat dekat dengan wajahnya.

Brengsek, jika dia berbuat macam-macam, maka dia benar-benar akan melaporkannya.

Jimson Ye mencengkram pinggang Yenny Tang yang langsing, tubuhnya yang lembut dan terdapat aroma samar, dua tubuh itu saling menempel dengan erat. Yang satu pria muda yang kuat, dan satunya lagi wanita cantik yang lembut.

Bibirnya menyentuh bibir Yenny Tang, hingga membuat dirinya terasa melayang.

Mereka berdua baru saja minum wine, rasa Lafite yang lembut, bercampur dengan nafas mereka, begitu terasa diatas pengecap rasa kedua orang itu.

Nafas yang Yenny Tang hirup semuanya adalah aroma Jimson Ye, bagi Yenny Tang ini bukanlah aroma yang asing. Rasa manis dari wine, membawa sebuah rasa nikotin yang samar, perlahan-lahan merobohkan pertahanan diri Yenny Tang.

Dia kira dia benar-benar mabuk hari ini, jika tidak, bagaimana bisa dia merasa ciuman Jimson yang begitu buruk, ternyata terasa sangat memabukkan.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu