CEO Daddy - Bab 185 Jangan Pergi, Temani Aku

Ada banyak orang yang tidak puas melihat ke arah mereka, tetapi karena hari ini adalah traktiran Jimson Ye, jadi tidak ada orang yang mengeluh. Jimson Ye mengeluarkan ponselnya, Yenny Tang mengulurkan lehernya yang panjang dan melihatnya. Dia melihat nama si penelepon dan ternyata adalah Ranti Lu.

“Aku pergi untuk mengangkat telepon dulu.” Jimson Ye berdiri dan pergi membawa ponselnya.

Yenny Tang menggigit bibirnya dan berpikir waduh. Hari ini kamu adalah kekasihku, mengapa pergi untuk mengangkat telepon dari kekasihnya? Tadi saja dia tidak mengangkat telepon dari Edbert Fang.

Dia mengusap-usap wajahnya dan mengeluarkan ponselnya.

Ada sepuluh panggilan tak terjawab, semuanya adalah telepon dari Edbert Fang.

Karena Jimson Ye tampak mencurigakan, dia pun keluar untuk menelepon Edbert Fang kembali. Tetapi dia lebih ke berkepribadian yang integritas. Dia tidak keluar untuk menelepon dan hanya membalas sebuah pesan : “Tadi sedang ada masalah, tidak bisa mengangkat telepon. Ada apa ya?”

Pesan yang baru dikirim, ponselnya pun belum sempat disimpan, Edbert Fang sudah membalas pesannya.

“Selamat ulang tahun, apakah kamu punya waktu malam ini? Menraktirmu makan?”

“Terimakasih. Tetapi tidak perlu lagi, aku sudah makan.”

“Oh….sekarang kamu lagi dimana? Apakah tidak masalah untuk bertemu? Aku sedang dibawah rumahmu.”

“Aku sekarang sedang tidak dirumah, kamu pulang aja dulu. Aku tidak tahu akan pulang jam berapa.”

Setelah satu menit baru dibalas : “Tidak apa-apa, aku menunggumu.”

Yenny Tang : …..

Kamu tidak perlu menunggu lagi. Kamu seperti ini membuatku gelisah dan merasa berat hati, sampai tidak bisa membedakan mana popcorn yang manis dan asin.

Dia membalas pesannya lagi, tetapi disana tidak membalas lagi.

Jimson Ye keluar dari bioskop, telepon yang baru saja berhenti, terdengar lagi telepon masuk. Saat Jimson Ye menerima telepon itu, terdengar suara kasihan Ranti Lu, dia berkata : “Jimson, bisakah kamu datang untuk menemuiku? Aku mengalami kecelakaan, aku sangat takut.”

“Dimana kamu sekarang?” Jimson Ye mengelus wajahnya, kebahagiaan bersama Yenny Tang dengan cepat sudah hilang.

Ternyata, kebahagiaan tidak bisa ditahan dengan adanya masalah.

“Sekarang aku sedang di jalan Gunung Krakatau, kakiku terjebak di dalam mobil, aku tidak bisa bergerak.” Suara Ranti Lu yang memaksakan untuk tenang, dan hanya ada sesekali suara isakan, yang menunjukkan bahwa dia sedang tenang saat ini.

“Telepon polisi dan laporkan kejadiannya, apakah sudah menelepon ambulans?” Jimson Ye keluar dari bioskop dan bertanya.

“Tidak ada, aku benar-benar sangat takut, Jimson apakah kamu bisa menemaniku?” Ranti Lu bertanya dengan suara yang lemah.

“Aku akan segera kesana.” Jimson Ye berkata dengan dingin, tetapi teringat dengan keadaan Ranti Lu, dengan nada lembut berkata : “Kamu jangan takut, tunggu aku disana.”

Menunggu sampai filmnya selesai, Jimson Ye pun belum kembali, Yenny Tang mencari di toilet dan tetap tidak menemukan Jimson Ye.

Dia berpikir bahwa dia sudah ditinggali oleh kekasih sementaranya, dia merasa sedikit tertekan. Dia baru memutuskan untuk menikmati keuntungan memiliki seorang kekasih, tetapi ternyata malah ditinggali kekasihnya di bioskop.

Terpikirkan lagi, sebelum Jimson Ye pergi, dia menerima sebuah telepon dan itu pasti adalah Ranti Lu.

Tidak heran sekarang semua orang sangat menjaga lingkungan, kurangi barang-barang sekali pakai. Sepertinya sangat masuk akal, kekasih sekali pakai tidak berguna, benar-benar menyedihkan.

Dia sendiri memberhentikan taksi di luar dan berencana untuk pulang.

Jimson Ye sedang mengemudi, sudah melaporkannya ke polisi dan memanggil mobil ambulans, dan dengan cepat sudah sampai di jalan Gunung Krakatau.

Mobil Ranti Lu menabrak atas gunung, bagian depan mobil terjun turun, kaca depan juga pecah. Karena di dalam mobil ada kantong udara, hanya ada memar di dahi dan sedikit darah. Dan juga kakinya terjepit di dalam mobil, tidak dapat keluar. Cuaca malam hari sangat dingin, wajahnya menjadi pucat karena kedinginan, posisinya sangat tidak nyaman.

Polisi dengan cepat sudah sampai, menolong Ranti Lu keluar dari mobil.

Membawanya ke rumah sakit, membalut dahinya. Kakinya juga terluka, tetapi cederanya tidak serius. Tetapi dia tampak lemah dan sedih.

Jimson Ye yang dingin menemani Ranti Lu dan bertanya : “Sudah merasa baikan?”

Wajah Ranti Lu pucat, dan tersenyum kepada Jimson Ye, menghiburnya berkata : “Aku tidak apa-apa, maaf, sudah sangat malam tapi merepotkanmu untuk datang.”

Jimson Ye juga merasa bahwa Ranti Lu sangat merepotkan, tetapi tidak mengatakannya, dan berkata kepada Ranti Lu : “Apakah perlu menghubungi bibi dan paman untuk datang dan menjagamu di rumah sakit?”

Ranti Lu menggelengkan kepala, menolak dan berkata : “Tidak perlu, ibu ayah aku sudah tua, aku tidak ingin membuat mereka khawatir. Ini hanya luka kecil, jangan memberitahu mereka.”

“Baiklah, kalau begitu kamu istirahatlah, aku akan meminta direktur rumah sakit untuk mencarikan seseorang untuk menjagamu. Apa yang kamu perlukan langsung katakan saja.” Jimson Ye menghargai keputusan Ranti Lu, terserah dia untuk memutuskan apa yang diinginkan, dia tidak ingin ikut campur dalam kehidupan Ranti Lu.

Jimson Ye bersiap untuk pergi, dia masih memikirkan hadiah ulang tahun untuk Yenny Tang.

Hari ini belum berakhir, jadi sekarang dia masih kekasihnya Yenny Tang. Saat dia pergi, dia tidak menghubungi Yenny Tang karena ingin cepat kembali dan melanjutkan kencannya, bukan tidak ingin memberitahu Yenny Tang karena takut akan ada masalah. Jadi hari ini berakhir lebih cepat daripada jadwal, dan dia tidak tahu mengapa dia merasa enggan.

Ranti Lu langsung meraih tangannya, Jimson Ye mengerutkan dahinya, dengan sekuat tenaga melepas tangannya dari Ranti Lu.

“Jangan pergi, temani aku hari ini, aku masih sedikit takut.” Ranti Lu memegang tangan Jimson Ye dengan erat, dia berkata : “Jimson, selama lima tahun ini, aku tidak pernah meminta apapun, aku hanya memintamu untuk jangan pergi.”

Ranti Lu seperti belenggu, sebuah tanggung jawab, mengikatnya dengan erat, membuatnya semakin ingin menjauhi Ranti Lu.

“Baiklah.” Setelah Jimson Ye hening 10 detik, akhirnya bersuara, hanya saja ekspresi wajahnya tetap dingin.

Hanya tersisa setengah tahun, anggap saja hal terakhir dan dilakukan untuk Ranti Lu.

“Kamu lepaskan tanganku dulu.” Jimson Ye melihat tangan yang dipegang erat oleh Ranti Lu, dia berkata : “Aku keluar untuk membelikanmu susu hangat.”

Wajah Ranti Lu memerah, melepaskan tangan Jimson Ye dan berkata : “Ya, terimakasih Jimson.”

Jimson Ye tidak melihat Ranti Lu, memutarkan badannya dan langsung pergi.

Saat Jimson Ye keluar dari ruangan itu, senyuman di wajah Ranti Lu hilang, ekspresi wajahnya dingin, dan jelas sangat kejam. Tidak dapat menemukan kelembutannya di depan Jimson Ye, seperti dua kepribadian yang sangat berbeda. Ini adalah sifat asli Ranti Lu.

Dan disaat ini……..

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu