CEO Daddy - Bab 161 Hampir Saja Terbongkar

Sebelumnya, Jimson Ye dan Yenny Tang bisa dikatakan berselisih. Dengan rasa malu yang tersirat pada wajahnya yang marah, Jimson Ye membawa Ranti Lu pergi dari situ dan naik ke ruangan privat di lantai atas.

Begitu Jimson Ye dan Ranti Lu beranjak pergi, Yenny Tang menarik kembali raut tawa di wajahnya dan menggeram dingin sejenak, menunjukkan raut terhina.

Dari awal sampai akhir, wajah Edbert Fang selalu menunjukkan senyum yang hangat.

Hanya saja Yenny Tang tidak pernah menyadari bahwa Edbert Fang sedang bersembunyi di balik senyum hangatnya saat ia dan Jimson Ye sedang bertengkar.

“Ranti dan Jimson sangat cocok ya.” desah Edbert Fang penuh arti, ia terlihat bertanya pada Yenny Tang dengan iri.

Ini bukan pertama kalinya Edbert Fang melontarkan pertanyaan itu pada Yenny Tang. Tapi, belum pernah Yenny Tang merasa hatinya sesesak seperti kali ini setelah ia mendengar pertanyaan itu. Yenny Tang tertawa dan menjawab dengan nada bicaranya yang terdengar seperti sangat diatur: “Ya. Memang sangat cocok, setara dan sepadan. Benar-benar pasangan yang sempurna. Pasangan ideal dari langit seharusnya seperti mereka, bukan?”

Mendengar jawaban Yenny Tang, lengkungan pada sudut bibir Edbert Fang bertambah beberapa derajat.

“Mami, kami sudah selesai.” Lani dan Liando bergandengan tangan dan berjalan menghampiri. Mereka berkata dengan raut tawa yang sangat manis menghiasi wajah mereka.

Melihat putra dan putrinya yang tumbuh sangat menyerupai Jimson Ye, tubuh Yenny Tang merasa tidak nyaman. Sekujur tubuhnya membeku dingin. Wajahnya sedikit pucat, terlihat seperti sedang berada di dalam ruang es. Tapi Yenny Tang menguatkan dirinya dan menenangkan diri untuk tersenyum kepada Lani dan Liando sambil berkata: “Kalian sudah kenyang? Kalau sudah, ayo kita pergi. Mami tiba-tiba teringat ada sedikit pekerjaan yang belum diselesaikan.”

“Ketan lotusnya?” Lani bertanya dengan sedikit harap.

“Tidak usah. Kalau kalian ingin makan, lain kali mami ajak kalian datang untuk makan dan mami izinkan kalian untuk makan dua porsi.” Yenny Tang dengan panik mengakhiri perbincangan dan bangkit berdiri. Sebelah tangannya menarik Michael, sedangkan sebelah tangannya lagi menggandeng Lani. Dengan begitu tergesa-gesa, Yenny Tang membawa kedua anak itu beranjak pergi.

Padahal tagihan belum dibayar. Edbert Fang yang berjalan di belakang pun mengeluarkan kartu kreditnya untuk membayar.

Kebetulan ketan lotus yang dibuat baru saja selesai dan keluar dari dapur. Edbert Fang menyuruh orang untuk membungkusnya kemudian melangkahkan kakinya yang jenjang secepat kilat berlari mengejar mereka keluar.

Yenny Tang dengan wajah pucat pasi berdiri di samping mobil. Ia berjalan mondar-mandir, terlihat sangat gelisah.

“Ketan lotusnya baru saja selesai dibuat. Aku menyuruh pelayan untuk membungkusnya, sekarang masih hangat. Nanti makan saja sambil duduk di mobil.” Edbert Fang berjalan menghampiri dan memberikan satu porsi ketan lotus itu masing-masing kepada Lani dan Liando, bungkusnya sangat indah. Pria itu lalu berkata: “Aku lihat raut wajahmu tidak baik, apakah ada ada yang bisa aku bantu?”

“Terima kasih Paman Fang.” Lani dan Liando berkata dengan sopan.

“Anak baik, sama-sama.” Edbert Fang berkata dengan tatapan hangat.

Yenny Tang menggeleng-gelengkan kepalanya dan menjilat bibirnya yang sedikit kering. Ia kemudian berujar sambil tersenyum: “Tidak… Tidak ada masalah. Hanya saja, aku tiba-tiba mendapat sedikit pencerahan barusan. Aku terpikir sebuah ide yang cemerlang, jadi aku ingin secepatnya kembali dan menuangkan ide yang cemerlang ini sebelum aku lupa.”

Edbert Fang tentu saja bisa melihat bahwa Yenny Tang tidak berkata jujur. Tapi pria itu tidak mengatakan apapun.

Tidak ingin mempersulit Yenny Tang, Edbert Fang pun hanya bisa mempercayai alasan yang dikatakannya. Ia lalu berkata: “Kalau begitu kuantarkan kalian pulang.”

Yenny Tang duduk di dalam mobil dan melihat pemandangan di luar jendela yang tidak hentinya berjalan mundur. Pada saat yang bersamaan, ia merasa takut.

Untung saja tadi Lani dan Liando pergi ke kamar kecil, karena kalau tidak, mereka benar-benar akan berhadapan dengan Jimson Ye. Mungkin bisa terlihat adanya suatu petunjuk, tapi memikirkan itu membuat sekujur tubuh Yenny Tang berkeringat dingin.

Walaupun tidak terlihat oleh Edbert Fang, tapi Yenny Tang tidak berani mengambil risiko. Anggap saja juga tidak terlihat oleh Jimson Ye, tapi pasti terlihat oleh pacar Jimson Ye, Ranti Lu.

Benar-benar terlalu menakutkan. Di saat itu, Yenny Tang terbuai dengan kesuksesan dan hampir saja membongkar sejarah kehidupan Lani dan Liando.

Sepertinya dalam beberapa waktu ini ia melihat semuanya hanya dari garis besarnya. Bahkan sedikit kewaspadaan dalam hati saja tidak ada, ini terlalu menakutkan.

Sesampainya didalam rumah, Yenny Tang baru merasa batu besar yang menekan dadanya sudah terangkat. Meskipun begitu, ia masih tetap merasa sedikit gelisah.

Edbert Fang yang duduk di dalam mobil diam-diam menghela napas saat melihat lampu di dalam rumah Yenny Tang sudah dinyalakan. Ia mengeluarkan sepuntung rokok dari dalam sakunya dan dengan tanpa ekspresi menyesap rokoknya. Bahkan ia sendiri tidak tahu apa yang sedang hatinya pikirkan.

Banyak hal yang ingin diutarakan, tapi hanya satu yang terucap.

Ranti Lu sedang menikmati manisnya keintiman yang tidak pernah ia rasakan dari Jimson Ye. Hatinya terasa manis seperti setelah memakan madu, manisnya benar-benar terasa sampai ke dalam lubuk hatinya. Wajahnya penuh dengan senyum manis yang sepertinya bisa mengeluarkan madu, kedua bola matanya penuh dengan kegembiraan. Ia bisa merasakan kebahagiaan yang selama ini belum pernah ia rasakan.

Ia berharap waktu akan selamanya berhenti pada saat ini. Selamanya tidak akan berlalu.

Tapi, waktu itu seperti pasir dalam genggaman tangan. Walaupun sudah digenggam dengan sangat erat, juga bisa perlahan-lahan mengalir keluar dari sela-sela jemari.

Setelah dibawa sampai ke ruang privat, Jimson Ye segera melepaskan tangannya yang sedang merangkul pinggang Ranti Lu. Jimson Ye juga mengambil satu langkah menjauh, membuat jarak antara kedua orang itu tidak terlalu dekat namun juga tidak terlalu jauh.

Ranti Lu merasa sedikit kecewa dalam hatinya. Kehilangan setelah mendapatkan itu membuat orang merasakan sakit yang jauh lebih parah dibandingkan dengan tidak pernah mendapatkan.

Kedua orang itu lalu duduk. Karena Ranti Lu tahu bahwa Jimson Ye tidak suka berdekatan dengan orang lain, ia pun sama sekali tidak duduk di samping pria itu. Jarak diantara mereka terpisah dengan ruang duduk untuk satu orang.

“Jimson, kamu suka makan apa?” Ranti Lu membuka menu makanan dan memiringkan kepalanya sambil bertanya kepada Jimson Ye.

Saat ini, raut wajah Jimson Ye sudah kembali dingin dan keras seperti semula. Tapi pupil matanya bertambah kelam, memperlihatkan bahwa saat ini hati kecilnya masih tidak tenang.

“Terserah, kamu saja yang pesan.” Jimson Ye menjawab dengan sedikit tidak sabar.

Begitu terpikir dilantai bawah ada Yenny Tang yang dengan santai tertawa gembira bersama dengan Jimson Ye, Jimson Ye pun merasa kesal.

Rasanya, Jimson Ye benar-benar ingin menghampiri wanita itu ke bawah kemudian membopongnya naik ke atas. Lalu ia akan melucuti celananya dan dengan kasar menghajarnya.

Ranti Lu juga sudah terbiasa dengan kondisi Jimson Ye yang dingin dan keras ini. Meskipun begitu, tetap saja hatinya merasa sedikit sedih. Tapi Ranti Lu dengan keras menguatkan hatinya dan berkata: “Kalau begitu, kita pesan beberapa menu terbaik di sini saja ya.”

“Baiklah.” Jimson Ye dengan acuh tak acuh menjawab.

Makanan mereka tidak dihidangkan dengan cepat, tapi Jimson Ye dan Ranti Lu sama-sama bukan orang yang tidak sabaran.

Kedua orang itu lalu mengobrol sambil menunggu dan ternyata itu juga tidak membosankan.

“Jimson, aku dengar sekarang ini kamu sedang cuti dan melimpahkan perusahaan kepada kakakmu untuk diurus. Kenapa? Apakah kamu mengalami kesulitan? Apakah aku perlu membantumu sesuatu?” Ranti Lu sulit menyembunyikan kekhawatirannya saat memandang Jimson Ye sehingga ia pun bertanya.

Dari awal, Ranti Lu sudah tahu mengenai berita ini. Ia juga tahu bahwa Jimson Ye tidak terlalu suka saat ia bertanya mengenai masalah pribadinya.

Oleh sebab itu dalam beberapa waktu ini, Ranti Lu selalu menunggu Jimson Ye untuk aktif mencarinya. Hanya saja setelah menunggu selama setengah bulan, jangankan menunggu sepatah dua patah kata. Menghubungi Jimson Ye saja sangat sulit.

Semua orang bilang, jika mencintai seseorang terlebih dahulu artinya sudah kalah. Dalam satu papan permainan catur dengan Jimson Ye ini, Ranti Lu sudah kalah habis-habisan. Hanya saja perkataan Jimson Ye ini seperti hadiah hiburan. Walaupun kalah, Ranti Lu menjalaninya dengan rela dan senang hati.

“Tidak perlu, masalah kecil seperti ini bisa kubereskan sendiri.” Jimson Ye menjawab dengan datar dan dingin.

Hati Ranti Lu merasa sedikit berat, ia hanya mengkhawatirkan pria itu saja.

Ia tahu hal ini tabu bagi pria itu, maka ia pun tidak mengungkit masalah yang dapat merusak suasana kencan kali ini. Ranti Lu menceritakan pekerjaannya sehari-hari belakangan ini, walaupun Jimson Ye tetap seperti kehilangan minat. Tapi jika dihitung-hitung, suasana kali ini masih terhitung stabil.

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu