CEO Daddy - Bab 243 Aku Sedang Menunggumu Kembali

Setelah Yenny Tang kembali ke kamarnya, ia berpikir untuk menjewer telinga Lani memberinya sebuah pelajaran, tetapi mengingat malam ini adalah malam imlek. Malam tahun baru seperti ini tidak baik memberinya sebuah pelajaran. Jadi dia mencatatnya terlebih dahulu di dalam sebuah buku catatan kecil, setelah lewat tahun baru imlek nanti ia baru akan menggabungkan semuanya dan memberinya pelajaran.

Malamnya Yenny Tang, Liando dan juga Lani menonton bersama acara tahun baru di dalam hotel, acaranya belum saja berakhir, tetapi telepon genggam yang di letakkan di atas meja tiada hentinya berdering.

Jam 12 malam barusaja lewat, nomor dari dalam negeri menelponnya kemari.

Melihat nama yang melompat-lompat di layar ponsel membuat Yenny Tang merapatkan bibirnya. Perlahan ia mendengus.

Tahun baru penanggalan China. Telepon pertama yang masuk adalah telepon dari Edbert Fang.

Melihat nama yang melompat-lompat di layar ponsel membuat Yenny Tang merapatkan bibirnya. Walaupun ini terbilang di luar dugaan, tetapi semua ini juga tidak pernah seperti yang ia pernah duga.

“Yenny, selamat tahun baru.” Suara petasan dari dalam telepon tiada hentinya terdengar, suara Edbert Fang menjadi tidak jelas. Membuat suaranya kadang terdengar kadang tidak dan menjadi sedikit tidak nyata. Yenny Tang tertegun bersamaan dengan suara petasan yang terdengar.

“Terima kasih, selamat tahun baru juga untuk mu Edbert.” Yenny Tang tertegun sejenak, kemudian dengan cepat ia kembali ke kondisi semula. Ia mengatakannya dengan senyum yang bersinar

“Berlibur ke Maldives apakah menyenangkan?” Tanya Edbert Fang lembut.

“Lumayan, cuaca di sini sangat baik. Pemandangannya juga sangat indah, disini adalah tempat terbaik untuk berlibur.” Yenny Tang menjawabnya dengan gembira.

“Benarkah? Kalau begitu aku juga ingin berlibur ke Maldives.” Edbert Fang terdiam sesaat, kemudian tiba-tiba tertawa: “Aku akan memesan penerbangan ke Maldives paling awal di hari pertama imlek nanti untuk mencari mu, bagai mana?”

Yenny Tang tertegun, belum sempat ia memutar kata-kata tersebut di dalam otaknya, dengan tidak sadar ia langsung berkata: “Jangan.”

Edbert Fang tidak mengatakan apapun, Yenny Tang merasa sedikit dongkol. Ia merasa perkataannya terdengar sedikit di paksakan, ia menggigit bibirnya, dengan tidak yakin berkata: “Kamu tidak perlu kemari, hari imlek adalah puncaknya keramaian, sangat susah untuk memesan tiket. Lagi pula semua keluargamu berada di dalam negeri, imlek adalah hari dimana untuk menemani keluarga, tunggu sampai liburan selanjutnya saja baru kemari.”

Sebenarnya menambahkan perkataan sepanjang itu juga tidak akan ada gunanya, malah membuat maksudnya terdengar menjadi lebih jelas. Hanya saja jika Edbert Fang benar-benar meninggalkan keluarganya untuk datang ke Maldives menemui dirinya, khususnya di saat hari spesial seperti imlek seperti ini, sungguh terasa sangat manis. Perempuan dan laki-laki yang menjalani hubungan tidak berstatus, ada kalanya adalah sebuah taktik, tetapi juga tidak istimewa, dia sendiri menolak untuk mengakui bahwa ia sedang menjalani hubungan tanpa status dengan temannya, ia tetap menggenggam Edbert Fang dengan erat sebagai sebuah cadangan dan tak ingin melepasnya.

Edbert Fang tidak pernah ingin melihatnya kesulitan sedikit pun, mengetahui Yenny Tang tidak menginginkan dirinya menemaninya liburan, ia dapat mengerti apa yang sedang di pikirkan Yenny Tang: “Tadi aku hanya bermain-main dengan mu, kamu tidak menganggapnya sungguhan kan?”

Tidak peduli apakah Edbert Fang benar-benar sedang bercanda dengannya, dia hanya dapat menganggap Edbert Fang memang sedang bercanda, Yenny Tang tersenyum kaku lalu berkata: “Menyebalkan, aku pikir itu sungguhan.”

Perkataan barusan memberikan pengaruh bagi keduanya, selanjutnya keduanya tidak lagi mengatakan apapun. Petasan telah selesai di lepaskan, di dalam telepon hanya terdengar suara napas dari keduanya.

“Em, sudah begitu malam, cepat pergi tidur, kalau tidak ada yang ingin di katakan, aku akan tutup teleponnya.” Yenny Tang merasa sedikit aneh dengan keheningan seperti ini.

“Kalau begitu cepatlah kembali, aku menunggu mu.” Edbert Fang berkata kepada Yenny Tang kemudian mendengus perlahan.

Yenny Tang tidak menjawab perkataannya dan langsung menutup teleponnya.

Rasa kecewanya belum habis, tiba-tiba suara dering telepon genggamnya lagi-lagi berbunyi, mengejutkan Yenny Tang hingga dirinya hampir saja menjatuhkan telepon genggamnya ke lantai.

Melihat telepon masuk, dibandingkan dengan kekecewaannya terhadap Edbert Fang, ini terlihat lebih aneh dan mengerikan.

Setelah ragu beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk berpura-pura tidak melihat apapun itu.

Benar, memang harusnya begini, ia sangat ingin memberikan 32 jempol pada idenya sendiri.

Ia menoleh dan melihat Liando serta Lani yang telah tertidur di atas sofa, keduanya memakai baju tidur Mr. Bean yang sangat lucu, wajah yang kecil dan tampak merah merona, terlihat sangat imut. Ia meletakkan telepon genggamnya yang sedang bergetar diatas meja, lalu menggendong Lani dan Liando keatas tempat tidur, ia mencium sejenak pipi keduanya, kemudian dengan lembut berkata: “Selamat tahun baru sayangku.”

Acara tahun baru belum selesai di lihat, ia mematikan lampu, memeluk bantal seorang diri, kemudian meletakkan kakinya di atas meja, di atas kakinya terdapat sepiring buah-buahan, lalu sambil melihat acara sambil makan.

Tetapi orang yang sedang menelponnya tersebut seakan sedang menantangnya, jika ia tidak mengangkatnya maka orang tersebut akan terus menerus menelponnya, telepon yang berada di atas meja terus bergetar, tidak mudah untuk di abaikan. Dia hanya menatap layar teleponnya tanpa melakukan apapun, melihat layar teleponnya yang perlahan berubah menjadi gelap, panggilan tidak terjawab merubah menjadi 12 panggilan.

Belum sempat ia menghela napas, layar teleponnya sekali lagi bersinar, dan namanya masih sama dengan yang sebelumnya.

Ia di buat hampir marah, satu atau dua panggilan masih dapar ia maafkan, tetapi ini sudah 14 panggilan, kalau sampai sekali ini ia tidak mengangkatnya, maka ia sedikit keterlaluan.

Ia berpikir, jika sekali lagi teleponnya berdering maka ia dengan terpaksa harus mengangkatnya, tetapi ia menghela napas lega, teleponnya tidak lagi berdering.

Hanya saat ia baru saja menghela napas pertamanya keluar, dan belum sempat untuk menghirup udara segar masuk ke paru-parunya, datang sebuah pesan singkat: “Kenapa tidak mengangkat telepon ku?”

Hanya sebuah pesan singkat, tetapi ajaibnya ia dapat merasa orang itu sedang marah.

Dia berpikir beberapa saat, kemudian membalasnya: “Roaming jarak jauh, telepon ku tidak ada pulsa.”

Tidak ada balasan dari seberang sana, hampir 30 menit setelah itu, sebuah acara belum berakhir, teleponnya lagi-lagi berdering dua kali, teleponnya telah di isi pulsa sebanyak sepuluh juta.

Ia merapatkan mulutnya, pulsa sebanyak sepuluh juta ini pasti orang itu yang mengisikannya, orang kaya yang keras kepala.

Teleponnya dengan cepat berdering kembali, dia telah benar-benar kehabisan alasan untuk tidak mengangkatnya, kalau sampai sekali lagi tidak mengangkatnya, berdasarkan dengan sikap orang yang sangat arogan itu, perhitungan serta orang yang selalu balas dendam terhadap hal kecil sekali pun, memikirkannya hal itu kembali, kehidupan ia kedepannya akan sangat sengsara.

Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menggeser tanda angkat pada layar teleponnya, cahaya teleponnya menyinari bagian telinganya, rasa frustasi di wajahnya melintas lalu menghilang, dengan suara yang sengaja ia lembutkan menjawab: “Halo, Jimson, selamat tahun baru.”

“Kenapa tidak mengangkat telepon ku?” Jimson Ye tidak menghiraukan perkataannya, ia bertanya dengan suara yang dingin dan keras.

“Oh, karena roaming jarak jauh sangat mahal, sehingga telepon ku tidak memiliki pulsa lagi.” Yenny Tang menjawabnya tanpa rasa bersalah.

Mengnai jawabannya yang seperti ini, orang di seberang sana terlihat tidak begitu puas, dengan nada tidak senang ia bertanya: “Lalu siapa yang sebelumnya yang telah bertelponan dengan mu?”

“Mana ada.” Ia pura-pura bodoh sembari tertegun.

“Aku paling benci orang lain membohongi ku, sebaiknya kamu jangan berbohong kepada ku, kamu tau akibat dari membohongi ku seperti apa.” Dia diam sejenak, dan juga dia tau jika wanita menyebalkan seperti Yenny Tang tidak dapat menerima nasihat, ia berjaga-jaga agar tidak di buat marah kembali oleh wanita menyebalkan ini, kemudian kembali mengatakan: “Saat jam 12 tadi, aku menelpon mu, dan telepon mu sedang sibuk.”

Ia menepuk-nepuk keningnya, ia benar-benar di buat menangis oleh kebodohannya sendiri, bisa-bisanya dia melupakan hal itu.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu