CEO Daddy - Bab 106 Mungkin Jimson Bangkrut

Celine tidak berlaku jahat pada mereka, mengapa dia takut pada anak yang baru berusia enam tahun. Sekalipun di masa mendatang anak itu memiliki prestasi luar biasa dibanding ayahnya, saat ini dia hanya anak berusia enam tahun. Singa yang belum tumbuh dewasa.

"Halo Liando. Kamu benar-benar anak laki-laki yang hebat." Senyum di wajah Celine mengembalikan keadaan. Bahkan bersemangat beberapa kali lipat.

Liando memandandang Celine dan berkata: “Terima kasih atas pujiannya.”

Masakan makan malam dibuat oleh Celine, masakan buatan tangannya terasa sangat enak. Masakan rumahan terasa sangat istimewa. Dia tidak menaruh makanan yang tidak disukai oleh Lani dan Liando. Jadi, Lani menunjukkan ekspresi menyukai kakak bidadari kecil ini. Juga mengatakan masakan buatannya lebih enak dari buatan ibunya.

Bahkan di meja makan, Yenny mengatakan bahwa dia akan melakukan perjalanan bisnis dalam beberapa hari mendatang dan tidak tinggal di rumah. Jadi Lani tidak mendapat pengaruh yang besar.

Sangat senang, ada seorang kakak bidadari kecil untuk merawatnya.

Ini benar-benar sebuah ketidaksengajaan.

Pada malam sebelum pergi, Lani dan Celine telah bermain seharian. Telah tertidur lebih awal.

Liando membantu Yenny untuk mengemas koper. Semua hal yang dibutuhkan telah dimasukkan berdasarkan jenisnya, saat akan digunakan akan mudah untuk dicari.

Barang yang dipersiapkan sudah ditata, juga tidak melanggar peraturan maskapai tentang berat koper penumpang.

Yenny hanya butuh dibuatkan masker wajah yang cantik, menyuruh anaknya untuk membantu juga sudah cukup.

Dia merasa bahwa di kehidupan masa lalu dia pasti telah menyelamatkan seluruh alam semesta. Baru bisa memiliki putra yang bisa bekerja dan baik hati seperti Liando, dan Lani yang imut dengan mulut manis.

"Mami, aku telah membantumu untuk menata barang, jika membutuhkan suatu barang bisa mencari di koper ini.” Liando menyerahkan koper kepadanya.

Semua barang yang ada di koper ditata oleh Liando. Termasuk baju Yenny, semuanya ditata dengan baik. Sepasang demi sepasang dilipat dan dimasukkan bersama, jika ingin mengenakan baju tinggal mengambil saja.

"Baik. Besok, Mami harus mengejar pesawat, tidurlah lebih awal." kata Liando dengan perhatian.

Yenny menarik masker yang hanya setengah wajah itu, menarik anak laki-laki yang dikasihinya ke dalam pelukannya sambil mengelus-elus.

Bagaimana anak ini bisa begitu perhatian, perhatian sampai meluluhkan hatinya.

Dia menarik udara dari hidungnya dan merasakan hidungnya tidak nyaman. Dia berkata, "Nak, kamu benar-benar anak Mami yang baik. Kamu dan adik adalah harta paling berharga di kehidupan ini, lebih mahal dibanding nyawa Mami sendiri. Mami merasa kebahagiaan paling terbesar adalah memiliki kalian, Mami sangat menyayangimu.”

Tubuh Liando agak kaku, tetapi dengan cepat menjadi lebih lembut.

Dia dengan canggung mengangkat tangannya dan memeluk pinggang Yenny. Dia berkata dengan lembut, "Aku juga sayang Mami dan adik.”

Setelah menunjukkan kasihnya kepada putranya, hati Yenny merasa sangat senang.

Liando mengeluarkan sebuah jam tangan bewarna perak dari sakunya. Jam tangan itu bukan merek terkenal, tetapi secara tak terduga, berkata, "Ini hadiah yang kubeli untuk Mami. Aku dan adik juga mempunyainya.”

Ternyata itu adalah jam tangan keluarga, di rumah ada tiga orang, satu orang satu jam tangan, seperti tampak sangat modis.

Yenny mengulurkan tangan dan Liando memasangkan sendiri ke pergelangan tangan Yenny.

Jam tangan bewarna perak itu sangat indah, kulit Yenny menjadi tampak putih lebih dari salju. Perak merupakan warna yang mudah dipasangkan, selamanya tidak akan pernah ketinggalan zaman. Kepribadian Yenny dan jam tangannya, jika dipadankan dengan gaya berpakaiannya saat cocok, kelihatannya demi jam tangan ini, Liando telah menguras hati dan pikirannya.

Keesokan harinya, hari belum terang, tapi dia telah pergi.

Sebelum pergi, telah memasak bubur untuk Liando dan Lani juga untuk Celine, juga menggoreng kue.

Selama bertahun-tahun, dia hampir tidak pernah berpisah dengan Liando dan Lani. Kali ini, hati Yenny sangat sedih. Dia takut dirinya tidak rela meninggalkan kedua anaknya, maka mumpung anaknya belum bangun tidur, dia pergi duluan.

Yenny menghela nafas, menutup pintu gerbang, berbalik badan tanpa berhenti berjalan.

Yang tidak dia ketahui adalah, pada saat dia menutup pintu gerbang, pintu kamar Liando dan Lani terbuka.

Air mata Lani membanjiri pintu kamar, Liando hanya bisa menggigit bibir, matanya dipenuhi rasa tidak rela.

“Kak, aku tidak rela mami pergi, aku sudah merindukannya.” Lani menarik ujung baju kakaknya, berkata dengan pelan.

“Mami pergi bekerja, tidak lama akan kembali.” Liando mengusap rambut Lani, menarik tangan Lani berlari kecil menuju balkon. Memindahkan kursi dan berdiri di atas balkon, memperlihatkan kepalanya yang kecul, matanya memandang kebawah, Liando berkata: “Kita bisa mengantar mami disini.”

Sebenarnya, ini lantai 19. Sebenarnya jika melihat kebawah tidak kelihatan apa-apa.

Tetapi berdiri di sini, mereka merasa nyaman.

Tidak hanya Yenny yang tidak rela, Lani dan Liando juga tidak rela.

Hanya tidak ingin membuat Yenny bersedih, Lani dan Liando hanya menahan untuk tidak menunjukkannya, selalu berpura-pura tidak peduli.

Yenny menaiki taksi, langsung menuju bandara.

Melihat Jimson mengenakan jas bewarna hitam, terlihat sangat tampan, tapi suasana hati Yenny masih saja tidak baik.

Dia berpikir bahwa dia bukan wanita yang masuk standar.

Kalau tidak, melihat pria tampan seperti ini, mengapa dia tidak langsung menghampirinya?

"Bagaimana? Melihatku tidak Bahagia? Jimson melihat suasana hati Yenny yang tidak baik, memandang juling dan bertanya ke Yenny.

Papi, kau melebarkan matamu hanya untuk membuat dirimu terlihat tampan dan menawan?

Jelas terlihat dia tidak senang, masih bertanya? Bisakah bekerja Bersama dengan Bahagia?

"Tidak, hanya ingin Bersama Direktur Ye yang tampan pergi melakukan perjalanan bisnis, karena terlalu bersemangat sampai semalam tidak bisa tertidur, maka raut wajah terlihat tidak bagus.” Yenny menekuk bibirnya, menunjukkan senyum khasnya.

“Jangan tertawa jika tidak ingin tertawa, sangat jelek.” Jimson mengeluarkan kalimat ini, mengambil tasnya dari tangan Yenny dan berjalan, berada di depannya dan pergi duluan.

Hei ... Papi, Tarik kembali kalimat barusan, di masa mendatang masih bisa berteman.

Yenny sebenarnya percaya bahwa Jimson telah bangkrut, tetapi setelah menaiki pesawat, dari cara bicaranya dia lebih yakin kalua Jimson memang telah bangkrut.

Dalam drama televisi umum, ratusan juta CEO melakukan perjalanan bisnis, bahkan jika mereka tidak memiliki pesawat pribadi, mereka harus memesan kelas satu. Tanpa diduga, sebagai direktur, dan sekretaris sementara direktur, benar-benar membeli kelas bisnis.

Direktur seperti Jimson Ye, benar-benar merendahkan bumi, merendahkan alam semesta.

Dia dan Jimson kira-kira adalah direktur dan sekretaris direktur paling menderita.

Kelebihan Yenny salah satunya adalah mengikuti situasi tersebut, sebenarnya kelas penebangan bisnis juga sudah sangat bagus.

Mengetahui bahwa bossnya telah bangkrut, tidak menyuruhnya berdesakan naik bus, dia seharusnya merasa puas.

Setelah Jimson Ye manaiki pesawat, dengan selembar koran menutupi wajahnya menunjukkan keseksiannya, membuat orang berpikiran sembarangan seperti sedang tidur.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu