CEO Daddy - Bab 79 Cium Saya Maka Saya Cium Balik

Bubur yang di masak oleh Jimson Ye, sama sekali tidak seperti yang dibayangkan oleh Yenny Tang bahwa buburnya akan terlalu lembek, buburnya akan sampai kering, buburnya akan belum matang.

Malahan sebaliknya, buburnya cukup memenuhi standar. Bahkan dia yang terbiasa dipelihara oleh mulut koki Liando yang cerewet aja, tidak bisa mengatakan apapun.

Bubur yang paling sering ditemui adalah bubur telur daging tanpa lemak.

Buburnya sangat lunak dan lengket. Takaran air dan beras sangat pas.

Aroma beras, dilengkapi dengan telur dan daging cincang yang saling melengkapi.

Tambahan sedikit irisan daun bawang hijau diatas bubur,menambah citra jual bubur, sekali lihat langsung terpancing nafsu makan seseorang.

Jimson Ye benar-benar hebat, tidak hanya ahli dalam berhitung juga ahli dalam memasak.

Dia begitu tampan, kaya, dan juga pria yang bisa masak, begitu banyak daya tarik, membuat Yenny Tang tidak berani untuk berpikir.

Jimson Ye sejak lahir sudah melebihi orang lain dua ratus tahun, sekarang juga bisa masak, ini sama sekali tidak memberikan jalan hidup kepada pria lain.

“Bagaimana rasanya” Jimson Ye dengan ekspresi yang kosong menanyakan kepada Yenny Tang. Jika lebih teliti, bisa melihat ekspresi seperti gugup dan antusias dari wajah Jimson Ye.

Yenny Tang telah menghilangkan kesombongannya, ia makan dengan suapan besar, lidah kepanasan sampai mati rasa.

“Em…” Dia tidak ditakhlukan oleh keahlian Jimson Ye. Dia hanya lapar saja, makanya bubur ini rasanya masih belum jelas.

“Masih….masih ok” Yenny Tang tidak mengatakan bahwa bubur yang dimasak oleh Jimson itu lezat. Tapi, ia menggunakan tindakan yang benar untuk menegaskan keterampilan memasak Jimson Ye.

"Kamu… tidak makan?" Yenny Tang menelan bubur di mulutnya, berkata tidak jelas dan menatap Jimson Ye.

Jimson Ye menatap lembut ke Yenny Tang, mengatakan : "Kamu makanlah, ini khusus masak untuk kamu”

Tatapan mata yang lembut ini, seakan membutakan mata orang.

Hati Yenny Tang canggung. Tetapi ada rasa manis secara keseluruhan, pokoknya dalam hati ada rasa yang aneh.

Dia hampir menghabiskan bubur satu panci yang dimasak oleh Jimson Ye. Dia tidak punya gambaran berbaring di sofa ruang tamu dan merasakan perutnya yang bundar. Dia merasa bahwa seluruh badannya kembali hidup, dan bahkan ketidaknyamanan tubuh telah berkurang banyak.

Dia menjilat bibirnya dan merasakan kembali nikmat bubur Jimson Ye.

Benar-benar tak ada habisnya, rasanya sangat enak.

Ternyata masakan Liando yang hebat adalah warisan dari Jimson Ye.

Tapi kenapa ... Dia merasa sedikit menyengat dibibirnya. mengulurkan tangan dan memegangnya, lalu dia juga merasakan ada yang bengkak.

Apa yang terjadi padanya selama sakitnya.

Jimson Ye keluar dari dapur dengan secangkir air hangat dan duduk di samping Yenny Tang.

Yenny Tang seperti anak domba yang akan disembelih, dan ia tidak ingin bergerak.

“Ayo, minum obatnya.” Jimson Ye memberikan obatnya.

“Tidak ingin minum obat, saya sudah merasa baikan”. Yenny Tang menggelengkan kepala.

“Obat ini beli pakai uang, jangan sia-siakan”. Jimson Ye membujuknya.

Yenny Tang “…………………”

Lagipula bukan pakai uangnya, tentu saja dia tidak sakit hati.

Yenny Tang sudah kenyang, tidak ingin bergerak, bahkan mengangkat lengannya pun tidak mau.

“Aaaa….” Dia hanya baring disana tidak bergerak hanya mengangakan mulutnya,bermaksud ingin Jimson Ye menyuapinya.

Jimson Ye merasa lucu dengan tingkah Yenny Tang, akhirnya ia berinisiatif untuk menyuapinya minum obat.

Yenny Tang mengulurkan tangan dan meraba bibirnya, merasa bahwa bibirnya sedikit bengkak.

“Jimson,kamu lihat apakah bibir aku bengkak?” Yenny Tang mengerutkan kening dan menatap Jimson Ye.

Jimson Ye memandang bibir Yenny Tang kemerahan, bibirnya merah dan bengkak, dan mata Jimson Ye berkedip terang.

Terpikirkan rasa kemarin, tenggorokannya bergerak, sambil berkata dengan wajah yang tidak berubah : “kemarin saat berada didalam lift, tidak sengaja jatuh ke lantai”.

Yenny Tang tidak meragukan perkataan Jimson Ye. Ada banyak hal yang dia lupakan kemarin.

“Oya, Jimson, kamu sudah makan siang belum?” Yenny Tang bertanya balik kepadanya.

"Belum." Jimson Ye menjawab dengan wajah tanpa ekspresi.

“Kenapa?” dia tanya

“Karena bubur yang dimasak dihabiskan olehmu sendirian.” Jimson Ye menggelapkan mata menatap Yenny Tang.

Dia menatap lurus ke jantung, dan sepertinya makan siang tadi Yenny Tang makannya kebanyakan.

Dia sedikit bersalah saat ini, dia merasa apakah terlalu serakah.

Kenyataan membuktikan bahwa dia masih terlalu naif, dan polos.

Yenny Tang menatap orang-orang yang mengenakan seragam hotel, dan orang-orang menyelinap masuk membawakan makanan lalu menatanya ditempat makan.

Masakan yang ada diatas meja tidak seperti biasa, perlu banyak waktu untuk membuatnya,dan juga bahan masakan yang susah didapatkan.

Dengan masakan sehari-hari dirumah sangatlah beda konsep.

Beberapa hidangan, belum pernah diketahui oleh Yenny Tang, apalagi sebutan namanya. Hanya saja, penjualan hidangan ini benar-benar baik, dan melihatnya saja cukup membuat orang menjadi ngiler. Tentu saja ada juga beberapa hidangan yang diketahui Yenny Tang, seperti sirip ikan, sarang burung, abalon, dan kuah ikan kukus.

Dia menelan ludahnya, dia selalu merasa bahwa selain mengendarai mobil mewah, Jimson Ye sangat menikmati Kehidupan biasa orang awam.

Sekarang dia sudah menyadari kesalahannya, konglomerat adalah konglomerat, walaupun kehidupan biasa juga kehidupan yang berkualitas.

Ini baru sungguh kehidupan konglomerat, konglomerat, memohon pemeliharaan.

“Yuk, temanin saya makan lagi” Jimson Ye duduk dengan anggung ditempat makan, mengangkat tangannya dengan penuh rasa kemewahan, mencerminkan budidaya menjadi konglomerat sejati.

Penyakit malas Yenny Tang langsung sembuh dan dia berlari ke meja dan duduk.

Dia mengambil sumpit dan kemudian baru teringat, dia sekarang kenyang dan sangat penuh. Tidak ada lagi ruang baginya untuk terus makan.

“Ao Wu… Dia .. dia tidak mampu makan lagi.

"Yah, rasanya enak." Jimson Ye mengambil sepotong daging yang tidak tahu daging apa . Setelah memakannya perlahan, dia membangkitkan senyum di bibirnya dan berkata: "Ini adalah restoran pribadi terbaik di kota B. Dikatakan bahwa keturunan koki kerajaan Dinasti Qing membukanya. Keahliannya sangat bagus, dan semua esensi dari hidangan kerajaan ini telah dia buat. Mereka satu hari hanya buat satu menu meja makanan dan meja ini bernilai ratusan ribu RMB. Bahkan jika Perdana Menteri akan makan di sini, dia harus memesan satu tahun sebelumnya. Ini yang saya pesan setahun yang lalu. Akhirnya saya bisa makan juga hari ini. Anda juga termasuk beruntung.

Yenny Tang kemudian menelan air ludah lagi, tapi beneran tidak sanggup makan lagi.

Astaga, Jimson Ye apa kamu ini sengaja?

Jika saat ini, dia tidak menyadari Jimson Ye itu sengaja, sepertinya dia harus pergi periksa apakah daya IQ-nya telah terutang, dan perlu diisi ulang.

Orang miskin juga punya harkat dan martabat, Jimson Ye akan menggertaknya.

Yenny Tang kali ini benar-benar marah, yang dilakukan Jimson Ye benar-benar keterlaluan.

Sedangkan Yenny Tang si pemakan, hanya melihat Jimson Ye berada didepan matanya makan dengan lahap sajian makanan yang ada diatas meja , ini bahkan lebih menyakitkan daripada tiket yang direbut oleh orang lain.

Jadi baru saja Yenny Tang dan Jimson Ye sudah baikan, sekarang mulai lagi perang dingin.

Ditengah malam Yenny Tang sudah merasa baikan, dia bertekad tidak mau berdiam di rumah Jimson Ye lagi, Jimson Ye sungguh membuatnya malu dan dia takut akan di bully lagi olehnya.

Ketika Jimson Ye melihat bahwa Yenny Tang bersikeras akan hal ini, dia tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankannya, dan juga sudah terlambat.

Dia menatap bibir Yenny Tang dan matanya bersinar.

Jimson Ye mengantar Yenny Tang, mobil parkir dibawah.

“Terima kasih telah mengantarku pulang.” Yenny Tang menggertakkan giginya, dan dia masih ingat gara-gara Jimson Ye dia tidak dapat merasakan masakan lezat itu.

Setelah selesai berbicara, ia membuka pintu mobil, bersiap mau turun.

Jimson Ye tiba-tiba meraih pergelangan tangannya, dan tatapan itu sedikit akrab.

Tangannya secara tidak sadar langsung menutup bibirnya, dia berpikir kalau Jimson Ye berani menciumnya terlepas dari keinginannya, maka dia akan—dia akan mencium balik.

Lagian wajah Jimson Ye sangat tampan, dia juga tidak akan rugi.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu