CEO Daddy - Bab 76 Akan Ku Beritahu Sebuah Rahasia

Sebenarnya ia bisa saja memanggil satpam untuk melihat keadaan di sana, tetapi jika tak melihat memakai mata kepalanya sendiri, ia merasa sedikit tidak tenang.

Tanpa berfikir panjang, Jimson Ye segera menyalakan mobilnya, lalu mengijak gas dan melaju kembali ke perusahaan.

Kebetulan Ranti Lu barusan saja selesai membenahi dandanannya, dan bersiap menaiki mobil.

"Nanti aku bakal memerintah orang untuk mengantarmu pulang, hari ini aku ada urusan penting yang harus segera di atasi, aku jalan dulu." Jimson Ye menurunkan kaca mobilnya. Ia tak menyuruh Ranti Lu masuk kemobil dan dengan dingin berkata kepadannya.

Senyum yang berada di wajah Ranti Lu menghilang karena mendengar perkataan Jimson Ye. berubah menjadi dingin di tengah angin musim gugur.

Jimson Ye tidak sedang menunggu pernyataan setuju dari Ranti Lu, akan tetapi ia sedang memberikan sebuah pemberitahuan.

Jadi ia tak menunggu jawaban persetujuan dari Ranti Lu, lalu mobilnya langsung berjalan.

Jimson Ye kembali ke perusahaannya. Perusahaan terasa sangat hampa dan tak telihat satu orang pun, bahkan satpam yang bertugas pun tak terlihat.

Ia menelfon ke bagian ketua keamanan, agar seluruh orang sekarang juga kembali ke perusahaan.

Udara begitu dingin. Membayangkan wanita itu terkurung di dalam lift, dan terlebih ia tidak tau bagaimana keadaannya sekarang, hati Jimson Ye terasa sedikit gelisah.

Ia tak dapat menunggu ketua keamanan kembali, lalu ia sendiri dengan segera mencari orang lain.

Ia tidak tau Yenny Tang terjebak di lift lantai berapa, jadi ia hanya bisa mencarinya satu per satu.

Liftnya sekarang rusak, kantor juga sedang mati lampu, ia hanya bisa menaiki anak tanggga.

"Yenny, kamu di mana? Yenny Tang......"

Yenny Tang sebentar lagi hampir tak dapat merasakan rasa dingin lagi, ia hanya merasa sekujur tubuhnya tak ada satu bagian yang hangat lagi.

Awalnya tangannya mashi menggenggam Hp, tetapi sejak awal ia kedinginan dan mati rasa, jadi barang yang ia genggam semuanya jatuh ke lantai.

Ia mendengar suara yang sangat familiar, Yenny Tang mengira dirinya telah mati kedinginan, lalu mendengar halusinasi.

Meskipun ia mendengar suara Jimson Ye, tetapi ini semua hanyalah hayalan bukan.

Jimson Ye sekarang sedang berkencan dengan pacarnya, berkencan, bermesra-mesraan bersama Ranti Lu, mana mungkin ia bisa kembali ke kantor untuk mencari ia.

Barusan juga ia mendengar sekali lagi suara Jimson Ye, benar-benar tak masuk akal.

Apakah itu orang yang sangat ia sayangi Liando dan Lani?

"Yenny, kamu di mana? jawab aku."

Suara Jimson Ye terdengar sangat gelisah dan khawatir, suaranya masih sangat seksi seperti biasa, tetapi terdengar sedikit serak.

Ternyata ini adalah salah paham, ia sedang perang dingin dengan Jimson Ye, Jimson Ye mana mungkin bisa mengkhawatirkannya.

"Yenny, Yenny Tang, apakah kamu ada di dalam?"

"Ada, ada, jangan berisik lagi, bikin kesal saja." Yenny Tang dengan tak sabar menjawabnya.

Sialan, berisik sekali.

Jimson Ye memang seperti bencana, dapat membiarkannya di saat-saat kematian seperti ini menjadi sedikit tenang.

Ia hanya ingin tenang seperti layaknya seorang wanita yang elegan.

Jimson Ye nampaknya semakin di buat cemas, ia sepertinya mendengar suara Yenny Tang, perasaanya sedikit bergelonjak, suaranya terdengar sedikit bergetar.

"Yenny, apakah kamu di dalam?"

"Ia, kamu jangan berisik lagi, biarkan aku tenang sedikit oke?"

"Kamu baik-baik saja kan, apakah ada yang terluka."

"Tidak ada, hanya hampir mati kedinginan saja."

Ini memang hanyalah sebuah khayalan, Jimson Ye selama ini selalu bersikap dingin, kenapa tiba-tiba bisa menjadi cerewet seperti ini?

"Kamu tahan sedikit lagi, aku akan mencari cara menolongmu keluar."

"Oh." Yenny Tang dengan setengah niat menjawab.

Pasti kebencian di dalam hatinya sudah terlalu kuat, sehingga barulah ia dapat menghayal Jimson Ye datang untuk menolongnya.

Melihat Jimson Ye yang sangat berusaha untuk menolongnya, ia dengan berlapang dada memaafkan Jimson Ye.

Jimson Ye merabah-rabah di tengah kegelapan, ia menemukan sebuah tongkat besi dari dalam kantor satpam, lalu kembali menaiki anak tangga ke lantai 12.

Ia menggunakan tongkat besi tersebut, lalu menancapkannya ke pintu lift, dengan sekuat tenaga membuka paksa pintu lift tersebut.

Jimson Ye melepaskan jas yang di jahit khusus untuknya, lalu menarik lengan kemeja hitamnya sampai ke atas siku. Ia menggunakan seluruh tenaganya dan akhirnya ia dapat membuka celah di pintu lift tersebut, karena ia terlalu menggunakan tenaga, otot tangannya menjadi cidera.

"Yenny, apakah kamu baik-baik saja?" Jimson Ye bertanya kepada Yenny Tang.

Yenny Tang mengira dirinya hampir mau mati, lalu berkata: "memangnya bisa bagaimana lagi, paling sebentar lagi mati."

Jimson mengambil jasnya yang tadi ia buang ke lantai, lalu menyelipkannya masuk ke dalam lift dan berkata kepada Yenny Tang: "Kamu tenang saja, ada aku di sini, aku tak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu. Aku berikan jas ini kepadamu, cepat tutupi tubuhmu, tahan sedikit lagi, aku akan menolongmu secepatnya."

Sialan..... Jimson Ye di alam bawah sadarnya mana boleh hangat seperti ini.

Ini adalah pelanggaran, ia merasa detak jantungnya sudah kehilangan kendali.

"Hmm, walaupun hanya di dalam hayalan, tetapi melihatmu sekuat tenaga berusaha seperti ini, aku telah memaafkan kamu." Yenny Tang menahan rasa menggigil di sekujur tubuhnya, lalu meraih jas yang ada di lantai.

Dengan gemetaran ia mengambil jas tersebut lalu menyelimutkan ke tubuhnya, jas tersebut masih tertinggal bekas hangat tubuh dari sang pemiliknya, beserta dengan wangi aroma tubuh Jimson Ye yang lembut dan juga dingin.

Baik.... Benar-benar perasaan yang baik.

"Sebenarnya aku selama ini menyimpan satu rahasia, aku ingin memberitahu kamu. Aku sebentar lagi akan mati, jikalau tak memberitahumu, aku takut seumur hidup aku tak akan ada kesempatan untuk mengatakannya lagi."

Ini hanyalah sebuah khayalan, tak apa ia mengatakannya kepada Jimson Ye, kebetulan ini dapat membuatnya mencurahkan isi hatinya, sebelum ia mati ia harus baik-baik membicarakan apa yang sebelumnya tak dapat ia bicarakan.

"Tunggu sampai keluar, lalu baru beritahu aku pelan-pelan rahasia ini." Jimson Ye dengan dingin menjawab.

Walaupun Yenny Tang terlalu pesimis, lagian di sini bukanlah kutub utara, walaupun ia benar-benar beku, ia juga tak akan mati.

Akan tetapi mendengar suara Yenny Tang berbicara dengan nada yang sekarat seakan akan menuju kematian, hati Jimson Ye merasakan berbagai macam tusukan yang membuatnya sakit.

Sialan, akhirnya ia dapat mengumpulkan semua keberanian, dan memutuskan untuk memberi tau mengenai keberadaan Liando dan Lani di dunia ini, dan juga membiarkan dirinya mengakui segala isi di dalam hatinya, alhasil..... Ia malah tak ingin dengar, sangat menyakitkan.

Dari lift terdengar sebuah suara, pintu liftnya terbuka.

Dari kegelapan Yenny Tang melihat sebuah bayangan tubuh yang tinggi di depan matanya, walaupun mukanya tak terlihat jelas, tetapi Yenny Tang tau dia adalah Jimson Ye.

Saat itu juga, Jantung Yenny Tang berdetak sangat kencang, rasanya hampir melompat keluar dari mulutnya.

Yenny Tang mengingat film kera sakti, sang dewi khayangan berkata kepada kera sakti: "Orang yang aku sayangi adalah seorang pahlawan di muka bumi ini, suatu saat ia akan mengijakkan kakinya ke pelangi tujuh warna dan menikahiku."

Dan ia seakan melihat Jimson Ye telah mengijak pelangi tujuh warna tersebut, dengan perlahan berjalan menuju hadapannya.

Sialan, ia tiba-tiba merasakan sesuatu yang membuatnya bahagia, bagaimana ini?

"Sudah, jangan takut, aku telah datang untuk menolongmu."

Jimson Ye berjalan menghampirinya, dan dalam sekejap memeluk tubuh dingin Yenny Tang kedalam pelukannya, suaranya yang lembut seakan dapat menenggelamkan seseorang.

Yenny Tang menyembunyikan wajahnya ke dalam pelukan Jimson Ye, ia merasakan sebuah kehangatan menghampirinya, Aroma dingin dari tubuh Jimson Ye, menyapu bersih kegelisahan hatinya.

Sekali ini Jimson Ye tidak hanya memberikannya kehangatan di tubuh saja, melainkan sebuah hati yang dingin, seakan perlahan juga ikut menghangat.

Ia berada di dalam pelukan Jimson Ye, ia dapat merasakan sebuah rasa bahagia.

"Kamu menginjak pelangi tujuh warna untuk menikahiku bukan?" Yenny tang memeluk pinggang Jimson Ye, lalu pelan-pelan membisikkanya ke telinganya.

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu