CEO Daddy - Bab 262 Potret Keluarga Pertama Di Hidupnya

Jimson Ye berulang kali melihat gantungan kunci tersebut, dari gantungan kunci itu bertuliskan bahwa benda tersebut di buat di Madeinthemaldi**es, itu adalah benda buatan Maldives?

Lagi-lagi Maldives, sungguh bagus.

Ngomong-ngomong peretas kecil itu juga pergi ke Maldives saat festival musim semi kemarin, bagaimana bisa kebetulan seperti ini? Apakah ini yang benar-benar di katakan sebagai sebuah kebetulan?

Jimson Ye memandang gantungan kunci tersebut sejenak, kemudian ia menelpon Aline Li dan berkata: “Telepon Yenny Tang untuk datang ke kantor saya sejenak, katakan bahwa ada pelanggan yang memiliki banyak komentar mengenai perhiasannya. Suruh dia kemari dan membahas apakah perhiasan ini dapat di perbaiki.”

“Baiklah.” Aline Li mengangguk setuju.

Sedari perginya Yenny Tang, kecuali bos besar, dia adalah satu-satunya yang berada di lantai ini. Tak perlu dikatakan bertpa merasa kesepian dirinya. Bahkan untuk berbincang-bincang kecil saja tidak ada orang, Yenny Tang adalah orang yang tidak berperasaan, dia tidak pernah kemari untuk melihatnya, sekedar mengajaknya makan bersama atau pergi untuk berjalan-jalan.

Mendengar rancangan perhiasannya yang sedikit bermasalah, dia langsung menghentikan seluruh pekerjaan yang ada di tangannya, kemudian dengan cepat menuju kesana.

“Aline, apa yang sebenarnya terjadi? Kamu tidak mengatakannya dengan jelas di dalam telepon tadi.” Yenny Tang belum sempat meengambil napas lalu dengan terburu-buru bertanya, terlebih ini adalah projek pertamanya saat ia kembali ke dalam negeri. Sehingga ia merasa sangat gugup

“Aku juga tidak tau, tanya langsung dengan boss besar sana.” Aline Li menggeleng gelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak tau, dia sama sekali tidak mendengar mengenai prihal ini, ia berkata: “Kamu masuk saja, boss sudah pernah bilang kalau kamu yang kemari tidak perlu mengetuk pintu. Langsung masuk saja, kalau sudah selesai, siang nanti mari maka bersama?”

“Baik.” Yenny Tang tersenyum dan menyetujuinya, ia menarik napas panjang, mendorong pintu kemudian masuk kedalam ruangan.

Sudah setengah bulan sejak terakhir kali dia menonton film di bioskop bersama Jimson Ye, setengah bulan lamanya tidak bertemu, saat ini ketika ia ingin bertemu dengannya, ia masih merasa sedikit gugup.

“Direktur Ye, aku ingin bertanya ada apa dengan rancangan ku?” Yenny Tang duduk di depan meja kerja yang berseberangan dengan Jimson Ye.

“Ada pelanggan yang merasa perhiasan ‘Phoenix Nirvana’ mu bisa di ganti dengan warna yang sedikit lebih soft atau tidak. Kamu tau orang Eropa menganggap warna merah adalah warna yang melambangkan darah dan juga ketidak beruntungan, sehingga ada beberapa orang yang tidak dapat menerima.” Jawab Jimson Ye.

“Tetapi jika mengganti warnanya, sama sekali tidak dapat melambangkan tema yang ingin disampaikan, berarti itu tidak dapat disebut sebagai ‘Phoenix Nirvana’, maaf kalau memang masalahnya ini, aku pikir aku tidak dapat berbuat apa-apa, aku tidak setuju jika harus mengganti warnanya.” Yenny Tang mengatakan dengan bersih keras.

Setiap perancang pasti memiliki filisofi mengenai rancangannya sendiri, dan tidak akan mungkin hanya dengan mengandalkan selera orang lain kemudian dengan mudahnya mendengarkan mereka. Perancang adalah sebuah profesi yang penuh dengan imajinasi, tidak akan mudah untuk diajak berkompromi, kalau tidak, segala sesuatu yang dirancang akan kehilangan maknanya.

“Baik, kamu adalah perancangnya, aku tentu harus menghormati pendapat mu.” Jimson Ye dengan santai menunjukkan jika ia juga mendukung Yenny Tang, sebenarnya semua ini memang hanyalah sebuah alasan, dia tidak berencana untuk merubah rancangannya, dia merasa seluruh rancangan Yenny Tang penuh dengan aura.

Yenny Tang telah berusaha merancang kata-kata, memikirkan bagai mana caranya membujuk Jimson Ye, tidak disangka ternyata Jimson Ye dengan begitu mudahnya diajak berkompromi, membuat dirinya begitu tidak menyangka.

“Nanti mau makan siang bersama?”

Jimson Ye menyilangkan tangannya keatas meja, dengan mengusulkan berkata: “Siang nanti makan bersama?”

“Baiklah, aku yang akan traktir.” Yenny Tang tidak dapat mencari alasan untuk menolaknya kembali, sebentar lagi akan sampai di jam makan siang, hitung hitung sebagai sebuah jalinan persahabatan, ucapan terimakasih kepada Jimson Ye yang telah menghormati dirinya dan juga rancangannya, juga sudah seharusnya ia meneraktirnya makan bersama.

Hanya setengah jam waktu tersisah dari waktu makan siang, Jimson Ye menutup berkas-berkasnya, menutup penanya, kemudian meletakkannya ke tempat biasanya, lalu berkata: “Kita pergi makan siang dulu saja, nanti sampai di restoran sudah tidak ada tempat lagi, kalau terlalu jauh takutnya akan macet.”

“Baiklah, ayo jalan.” Yenny Tang beranjak, kemudian mengganguk-anggukan kepala, dia bisa pergi kapan saja.

Keduanya berjalan beriringan keluar dari dalam kantor, Yenny Tang sersenyum kepada Aline Li kemudian berkata: “Ayo jalan, aku dan Direktur Ye akan pergi makan bersama, kamu juga ikut ya.”

Aline Li melirik kearah Yenny Tang sejenak, kemudian kembali melirik kearah Jimson Ye, wajah boss besar tetap tidak ada ekspresi seperti biasanya, tetapi setelah bekerja dengan bossnya selama bertahun-tahun lamanya, dia dapat melihat sebuah kekuatan dari matanya, ia tersenyum dan berkata: “Itu Yenny maaf sebelumnya, barusan suami ku menelpon kemari, dia berkata sedang berada di sekitar sini, siang nanti dia akan kemari untuk makan siang bersama, kamu pergi saja bersama boss, aku tidak ikut, kamu harusnya dapat mengerti kan, tidak akan menyalahkan ku kan?”

“Tidak apa, tentu saja suami lebih penting.” Yenny Tang berkata dengan murah hati.

Ketika Yenny Tang dan Jimson Ye telah masuk kedalam lift, Aline Li langsung menghela napas panjang, menjadi seorang serketaris benar-benar tidak mudah, siang nanti dia harus pergi ke kantin lagi untuk makan.

Karena tau Jimson Ye tidak makan pedas, Yenny Tang memberikan ide untuk makan di restoran Guang Dong.

Keduanya mencari tempat di dekat jendela dengan penerangan terbaik kemudian duduk di sana, Jimson Ye mengelurakan gantungan kunci dari sakunya, meletakkannya diatas meja kemudian memainkannya, sepasang tangan yang ramping dan juga jenjang sedang bermain dengan gantungan kunci yang kecil tersebut, sehingga membuat batu kristal tersebut memantulkan cahaya bewarna warni.

Dia juga melihat gantungan kunci ini saat di Maldives kemarin, dia merasa tidak ada yang istimewa, dan lagi itu sangat sangatlah mahal, dia hanya melihat-lihatnya tetapi tidak membelinya.

Jelas-jelas saat di Maldives waktu itu dia tidak merasa ada yang istimewa, tetapi saat melihat Jimson Ye memainkan gantungan kunci tersebut dengan tangannya, ia merasa gantungan kunci yang tidak ada istimewanya sama sekali itu berubah menjadi sebuah perhiasan yang sangat mahal, dia merasa sdikit menyelas mengapa saat pulang kemarin tidak membelinya satu.

“Gantungan kuncimu sangat bagus.” Yenny Tang tersenyum sembari berkata kepada Jimson Ye.

Jimson Ye dari awal telah mengetahui bahwa seluruh pandangan Yenny Tang tertuju kepada gantungan kunci tersebut, disaat yang bersamaan ketika mendengar dia membahas terlebih dahulu mengenai gantungan kunci tersebut, hatinya ikut tergerak, dia juga tidak tau sebenarnya akhir seperti apa yang ia inginkan.

“Apakah kamu mengenal gantungan kunci ini?” Jimson Ye bertanya dengan wajah tenang.

“Aku melihat gantungan kunci ini saat ketika berlibur di Maldives, orang sana menjualnya, sangat unik.” Yenny Tang tidak merasakan jika Jimson Ye sedang mengintrogasinya, kemudian dengan sembarang menjawab.

Sepertinya Yenny Tang tidak mengetahui maksudnya apa, mungkinkah dia salah mencurigai orang?

“Saat kamu berada di Maldives waktu itu, apakah ada beretemu dengan orang yang spesial atau hal yang spesial?” tanya Jimson Ye.

Orang atau hal yang spesial?

Orang yang spesial? Bertemu dengan keluarga Lin yaitu Toni Lin, apakah dia termasuk orang yang spesial?

Hal yang spesial? Dibuat ketakutan oleh Toni Lin hingga masuk kedalam laut, dan hampir mati tenggelam apakah termasuk hal yang istimewa?

Tentu saja termasuk, tetapi dia tidak berencana untuk memberitahukan hal tersebut kepada Jimson Ye.

Kalau sampai Jimson Ye tau Toni Lin pernah menciumnya, bahkan tidak peduli mereka tidak memiliki hubungan apapun, dan jelas-jelas dia telah masuk dalam rencana Toni Lin, bukan dirinya yang menginginkannya, berdasarkan pengalamannya berbubungan dengan Jimson Ye, dia pasti akan merasa marah kan?

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu