CEO Daddy - Bab 112 Tidak Semudah Menikahi Orang

“Ponselku sudah rusak….”Jimson Ye berkata dengan sungguh-sungguh dan serius.

Kamu bercanda ya, pada saat makan malam hari ini, dia jelas-jelas melihat Jimson Ye menerima email di ponselnya.

"Aku tidak percaya itu," Yenny Tang mengeluh.

Jimson Ye mengatakan padanya sebuah kebohongan dengan begitu ceroboh. Apakah nantinya bisa bekerja sama dengan rasa bahagia?

"Ini benar-benar rusak," Jimson Ye berkata dengan tulus.

Dia mengambil ponselnya tanpa mengubah ekspresi wajahnya. Di depan Yenny Tang, sebuah ponsel terlepas dari tangannya. Yenny Tang melihat ponselnya merosot dan terjatuh ke tanah. Tampaknya, Jimson Ye tampaknya merasa kurang puas. Dia menginjak ponsel itu dua kali, layarnya rusak.

Jimson Ye telah merusak ponselnya dan Yenny Tang tidak berani untuk melihatnya.

“Kamu lihat, ini benar-benar rusak,” Jimson Ye dengan polos menatap Yenny Tang.

Yenny Tang: ...

Ha-ha, tentu saja itu sudah rusak.

Jimson Ye merusak ponselnya dengan cara yang tidak waras. Sebenarnya, dengan merusak ponselnya, itu adalah sesuatu yang membuatnya semakin tercurigai .

"Ayo pergi," Yenny Tang merasa tersakiti oleh Jimson Ye. Dalam keadaan susah begini hidupmu tidak akan baik.

Jimson Ye bergandengan erat dengan Yenny Tang sambil berjalan di pasar malam.

Berikutnya, Yenny Tang mengubah kesedihan dan kemarahan menjadi penuh dengan nafsu makan, dia memakan semua yang ada di pasar malam.

Baunya memang tidak sedap tetapi disaat sudah di mulut, membuat orang-orang tidak bisa berhenti untuk memakannya. Dia juga memasukkan beberapa potong ke mulut Jimson Ye.

Ha ha ... Bau mulutnya seperti bawang putih dan telur goreng daun bawang.

Dia memesan dua gelas teh susu, eskrim, roti daging, dan permen kapas. Dan terakhir memesan 10 tusuk jeroan.

Dia memberi Jimson Ye jeroan. Walaupun, ponsel ini hilang, akan ada ponsel baru lagi.

Hasil akhirnya adalah Yenny Tang yang memakannya.

Pasar malamnnya masih saja ramai walaupun sudah jam 2 dini hari.

Yenny Tang menikmati makanannya untuk yang terakhir dan bersendawa dengan rasa yang memuaskan.

"Ayo, sudah tidak pagi lagi. Ayo pulang." Jimson Ye mengelap tangannya dengan tisu. Gerakannya sangat elegan dan bermartabat. Itu adalah pemandangan yang paling indah di tempat barbekyu.

Yenny Tang mengangguk, "Baiklah, ayo pulang, aku juga mengantuk."

Saat Jimson Ye sudah mau jalan, dia melihat Yenny Tang masih duduk di tempatnya, tidak berniat untuk bergerak.

“Kenapa? apakah kamu belum kenyang?” Jimson Ye berdiri di tempat, menunggu Yenny Tang yang tidak bergerak itu.

Yenny Tang menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku sudah kenyang."

Jimson Ye mengulurkan tangannya yang ramping dan indah itu dan berkata, "Mengapa kamu duduk di sana? Ayo pergi."

Yenny Tang mengigit bibirnya dengan ekspresi terisak-isak, dan menatap Jimson Ye dengan air mata yang redup, seperti seorang anjing yang ditinggalkan oleh majikannya.

“Ada apa?” ​​Dia sendiri tidak memperhatikan suara lembut dan manis yang tersirat dalam ucapannya.

"Hu hu hu hu ..." Yenny Tang hampir menangis dan pingsan di toilet. Dari muka sampai ke lehernya memerah, bukan karena dia pemalu akan tetapi itu dikarenakan dia sangat memalukan. Dia berkata dengan kaku : "Ah.... makan sudah terlalu banyak, saya sedikit ... saya tidak bisa berjalan.”

Jimson Ye : ...

Yenny Tang : ...

“Direktur Ye, kamu tidak akan meninggalkan bawahanmu yang berhati nurani ini, bukan?” Yenny Tang bertanya dengan takut saat dia melihat bahwa Jimson Ye memperhatikannya saat dia terdiam.

Tidak mau, dia adalah seseorang yang buta arah. Ketika dia datang, dia tidak mengingat jalan, dia pasti bisa tersesat, benar-benar bisa tersesat.

Jimson Ye menghela napas karena penampilan buruk Yenny Tang.

Berjalan ke Yenny Tang, dia perlahan berjongkok dan berkata, "Ayo."

Waduh, Yenny Tang dan teman-teman kerjanya semua terkejut.

Apakah Jimson Ye bermaksud untuk membawanya kembali?

“Apakah kamu akan membawaku kembali?” Yenny Tang bertanya dengan sedikit ketidakpastian.

Jimson Ye selalu menjadi orang yang sombong yang tidak dapat menurunkan rasa kesombongannya, tetapi sekarang dia berjongkok tepat di depannya, yang tidak masuk diakal sama sekali.

“Jika kamu tidak cepat, aku akan mundur.” Jimson Ye tidak berpaling, hanya sedikit berbeda dari cara biasanya.

Yenny Tang masih ragu-ragu. Dia merasa sedikit beruntung membiarkan orang yang sombong seperti Jimson Ye membawanya kembali. Dia takut tersakiti.

Dia dengan cepat naik ke punggung Jimson Ye yang kekar dan padat, dan berkata, "Uh... tidak terlalu bagus jika seperti ini."

Jimson Ye berdiri, mendengarkan kata-kata Yenny Tang, dan memegang tangannya. Yenny Tang yang ketakutan segera menggenggam tangan Jimson Ye erat-erat dan tidak berani untuk bersantai sedikit pun.

"Jika ingin kembali, dengarlah baik-baik, jangan banyak bergerak.” Jimson Ye dengan kuat mengangkat Yenny Tang di punggungnya dan berkata pada Yenny Tang yg berada di sisinya.

Dalam perjalanan kembali, Yenny Tang meletakkan wajahnya di bahu Jimson Ye dan merangkul lehernya. Perut Yenny Tang masih terasa sedikit tidak nyaman, tetapi hatinya sangat stabil. Wajahnya pun terusap di leher Jimson Ye.

"Terima kasih untuk hari ini." Yenny Tang menutup sedikit matanya dan merasakan usapan dipipinya dari Jimson Ye. Udara tampaknya dipenuhi dengan aroma bunga yang tidak diketahui dari mana asalnya.

Tidak mengetahui apakah itu dari orang yang membawanya atau udara dan lingkungan di sini, itu sudah cukup baginya untuk merasa kehancuranya.

Jimson Ye melangkah dengan pelan langkah demi langkah, Yenny Tang tidak merasakan adanya guncangan sedikit pun.

“Apa gunanya ucapan terima kasih yang keluar dari mulut.” Jimson Ye menyipitkan matanya dan berkata dengan santai.

“Oh…tapi…” Yenny Tang mendengar ucapan Jimson Ye. Dia bertanya, “Kalau begitu aku ingin bertanya kepada direktur bagaimana caranya untuk berterima kasih?”

“Belum kepikiran untuk sekarang, ada saatnya untuk kamu membalasnya.” Jimson Ye membalasnya.

“Itu hanya lebih bagus untuk memberi kesan yang baik.” Mungkin karena udara hari ini sangat bagus, Yenny Tang kehilangan kesadarannya dan keluar ucapan-ucapan itu.

“Kamu hanya berpikir pada positifnya.” Jimson Ye membalasnya.

Walaupun suara Jimson Ye sangat kecil dan seksi, Yenny Tang tetap peka. Dia mendengar sedikit ketidakpedulian dari suara Jimson Ye.

Yenny Tang merasa sedikit khawatir, tetapi dia tidak bisa memikirkan pikirannya sendiri. Dia tersenyum dan berkata : “Hei… kamu bercanda, kamu juga adalah direktur dari perusahaan Ye, bagaimana kamu bisa membuat lelucon kecil ini? Benar-benar tidak menarik.”

Saat kembali ke hotel, Yenny Tang kebingungan.

Akan tetapi, perutnya masih terasa sedikit tidak nyaman, dia pun sudah mengantuk dan tidak bisa membuka matanya.

Saat terbaring di tempat tidur, dia selalu merasakan ada tangan yang lembut mengelus perutnya yang tidak nyaman itu, dia pun menghela nafas dengan nyaman.

Malam itu, Yenny Tang sangat tidak tenang dan ketika dia tertidur dan setiap kali dia terbangun, dia bisa merasakan tangan lembut mengelus perutnya.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu