Pergilah Suamiku - Bab 66 Papa, Jangan Pukul Aku, Oke? (1)

Hanya karena sebuah foto, foto yang bukan diambil bersama ibunya.

Elaine tidak ada di sana, mata Reece tiba-tiba memerah, dan mata berair ditutupi dengan kabut yang dangkal.

"Papa, aku sudah merobek foto papa dan Tante Jenny..."

Dave tersenyum dingin, dan telapak tangannya menangkap lengan kecil Reece.

"Berapa umurmu, kamu sudah bisa berbohong pada usia sekecil ini? Hah? Di kelas taman kanak-kanak, kamu mempelajari hal-hal yang tidak terpuji seperti ini?"

Dave dipenuhi dengan amarah, dan wajahnya menjadi lebih dingin seluruhnya. Tubuh Reece semakin bergetar, air mata bersinar menjadi manik-manik dan jatuh.

Ada ketakutan di matanya.

Dave hampir menertawakan dirinya sendiri karena melihat Reece begini. Jelas-jelas dia yang paling dirugikan saat ini?

Anak ini masih berani nangis?

Dengan Elaine sama saja, licik, dan pura-pura terlihat seperti orang yang patut dikasihani!

Di kamar tidur.

Kesadaran Elaine masih sangat samar, dan kelelahan fisiknya yang serius, tetapi dia masih terpikir tentang Reece , tidurnya sangat gelisah, dan bangun dalam kebingungan, membuka mata dan melihat langit-langit warna kelabu.

Masih bingung dimana dia berada saat ini, Elaine mendengar suara tangisan Reece.

Reece ?

Elaine menarik pakaiannya dan pergi ke pintu kamar untuk membuka pintu.

Begitu dia keluar, dia mendengar suara Reece memohon belas kasihan: "Papa, jangan memukulku, oke?"

Suaranya terlalu menyedihkan, dan dia memohon sambil menangis. Setiap kata yang keluar bergetar, dan sekali dia mendengarnya, dia langsung merasa sangat kaget.

Otak Elaine kosong, dan dia hanya mengucapkan kalimat: " Reece !"

Dia terhuyung-huyung menuju ke bawah dan hanya melihat tangan Dave terangkat. Dari sudut pandang Elaine saat itu, sepertinya dia akan menampar wajah Reece.

Namun, posisi Reece menghadap Elaine, lukanya di dahi berwarna hijau dan merah, dan ada beberapa darah kering, menempati seluruh dahinya.

Elaine merasa terkejut. Selama tiga tahun, dia merawat Reece, dan dia jarang menyakitinya. Tiba-tiba dia melihat bahwa luka di tubuhnya sangat serius. Hati Elaine sepertinya terbelah dua, dan rasa sakit di hatinya membuat pandangan di depan matanya kabur. .

Terluka parah begitu, bagaimana Reece bisa menanggung rasa sakitnya?

Dia selalu melindungi Reece dengan tangannya, karena kebugaran fisik untuk Reece yang lahirnya premature, Reece tidak sekuat anak-anak lain, dia melindunginya, karena takut dia akan tersenggol atau terjatuh.

Sekarang malah ada seseorang yang meninggalkan luka yang serius di wajahnya!

Ketika tatapan Elaine berada di tangan besar Dave yang naik tinggi, matanya yang besar langsung menyipit dan suaranya sangat tajam:

" Dave! Apa yang kamu lakukan ?!"

Elaine bisa merasakan tubuhnya sangat lemah, tapi dia secara tidak sadar bergegas menuju ke Dave, dan sepasang tanganya menggenggam erat tangan Dave yang terangkat, matanya gelap, menatapnya seolah-olah jika dia melakukan sesuatu, dia bisa bertarung mati-matian dengannya.

Dave mungkin tidak menyangka Elaine akan bangun dengan waktu yang tepat, tetapi tidak menyangka Elaine akan berani menerjang ke pelukannya.

Dia masih mengenakan pakaian kemarin, pakaian yang disobek oleh sopir taxi itu masih compang-camping, dan pemandangan di dadanya tidak bisa ditutupi. Aroma harum yang datang dari tubuhnya, membuat dia terpaku sejenak.

Dave selalu merasa bahwa aroma Elaine ini sepertinya sangat familiar dan memberinya perasaan keakraban dari Elaine yang dulu sangat dikenalnya !

Tapi kesadaran semacam ini hanya sekilas, karena melihat emosi di mata Elaine , malah membuat ledakan kemarahan di hatinya Dave.

Mata hitam wanita itu menatapnya dalam seolah dia akan menghabisi hidupnya di detik berikutnya!

Oh!

Dia sudah repot-repot menyelamatkannya dua kali kemarin. Apakah dia bangun dan menghadapinya dengan ekspresi yang buruk seperti itu?

Dave berpikir begitu, bulu mata yang panjang ternoda oleh lapisan dingin yang tebal, dan dia mengangkat tangannya dengan marah dan mendorong Elaine kesamping.