Pergilah Suamiku - Bab 121 Kenapa Dia Merasa Bersalah?

Pagi hari

Cahaya matahari masuk ke dalam melalui jendela, jatuh di sudut kasur besar, bibir Dave bergerak, matanya terbuka.

Membuka tirai jendela, cahaya terlalu silau, matanya menyipit lagi, mengerdip beberapa kali, baru bisa beradaptasi dengan cahaya silau yang masuk ke dalam.

Dahinya sedikit sakit, Dave mengulurkan tangan menekan sebentar, sampai di area lukanya, dia menarik napas dingin, gerakannya membeku.

Mengerutkan kening, pandangan matanya jatuh di atas kain putih di pergelangan tangannya, menatap sebentar, lalu duduk di atas kasur.

Sebelum tidur, Dave ingat, dia sudah menukar baju tidurnya dengan warna yang gelap!

Mata Dave menatap pakaian putih di tubuhnya ini, dipakaikan di tubuhnya, bahan bagus, ukurannya sesuai, designer ternama, adalah designer favorit dia.

Matanya memperlihatkan sebuah warna gelap.

Rumah tiga lantai ini, hanya ada dia dan Elaine, siapa yang menukar bajunya, Dave sangat tahu.

Dave mengangkat tangan meraba sebentar, kancingnya tidak terkait semua.

Dalam kepalanya muncul satu kejadian, kemarin malam, sepertinya dia memimpikan Jenny Lin....

Wajah Dave tiba-tiba menjadi suram, punggungnya tegang, luka di punggungnya seperti sudah berlalu, sepasang mataya itu, perasaannya sama seperti bibirnya, dingin.

Mimpi kemarin malam, sampai sekarang Dave, menyisakan kenangan dalam, dia masih bisa merasakan dengan jelas, kelembutan tubuh wanita itu, kehangatan bibir dan gigi.

Hatinya, pelan-pelan turun, tubuhnya juga terus mengeluarkan keringat dingin.

Jarinya masih terasa kehangatan tubuh wanita, bibir Dave tertutup rapat, mimpi tidak mungkin begitu nyata, Jenny Lin lebih tidak mungkin keluar dari dalam mimpi, benar-benar melakukan sesuatu dengan dia.

Kemarin malam, seharusnya dia menganggap Elaine sebagai Jenny Lin, melakukan sesuatu.

Telinganya mendengar suara air mengalir, alis Dave bergerak, berjalan melihat ke arah kamar mandi, hatinya pertama kali merasa bersalah.

Karena kemarin malam, dia mengejek Elaine yang bermimpi pun ingin naik ke atas kasurnya, tapi dia tidak melakukan apa-apa, dan malah diri sendiri, menekan orang di bawah tubuhnya, mencium dan meraba.

Dave menarik napas dalam, matanya melihat ke kasur yang sedikit berantakan, terdapat momen yang tiba-tiba.

Dan lagi, mungkin keduanya masih melakukan sampai akhir.

Suara air berhenti, kaki panjang Dave bergerak, kakinya sudah memakai sandal, gerakannya sedikit berantakan, matanya semakin mendalam.

Kenapa dia harus merasa bersalah!

Kenapa dia tidak berani menghadapi Elaine!

Bukankah wanita ini bermimpi untuk naik ke kasurnya!

Dia mengabulkannya, seharusnya Elaine merasa bersyukur!

Dan lagi, kemarin kalau bukan karena dia tidur sampai kebingungan, bagaimana mungkin dia bisa melakukan seperti itu dengan Elaine?!

Elaine juga bukannya tidak tahu dia begitu membenci dia, Dave sama sekali tidak ingin menyentuh dia!

Dan juga, dia ada tangan dan kaki, apakah tidak bisa menghindar!

Wajah tampannya, terlihat gelap, semua yang berhubungan dengannya, Elaine wanita itu tidaktahu akan seberapa bahagia!

Dave dengan tidak nyaman mengulurkan tangan mengeluarkan handphone, saat akan membuka password, pergelangan tangannya terdapat dua goresan luka cakar, masih terlihat begitu merah.

Kejadian kemarin malam tiba-tiba muncul dalam pikirannya, dia bermimpi bertemu Jenny Lin, dengan perasaan seperti itu, gerakannya pasti akan begitu kuat.

Kalau tidak salah ingat, saat itu, wanita di bawah tubuhnya sepertinya ada memberontak.

Pemikiran ini saat berada dalam kepalanya, Dave meraung dalam telinganya, dahinya melompat tiba-tiba, terdapat kegelapan yang dalam.

Dari kekuatan cakaran ini, bisa dilihat jika dia saat itu benar-benar melawan.

Dave benar-benar merasa gila memperhitungkan kejadian semalam.

Elaine mencoba segalanya untuk menikah dengan dia, dia tidak percaya, saat dia kebingungan, saat akan melakukan sesuatu ke dia, dia akan menghindar!

Dia berusaha melarikan diri, semua itu hanya gambaran yang dia buat!

Tujuannya ingin membuat dia merasa bersalah, ingin dia menyerah!

Walau bagaimamapun, wajah Dave tidak bisa ramah, kemarin malam dia demam tinggi, tidur sebentar, belum sembuh total, kepalanya masih seperti lumpur yang melewati angin, petunjuk tidak jelas, dan saat itu, pintu kamar mandi di dorong terbuka oleh orang didalam.

Elaine berjalan keluar dari dalam.

Dia sudah berganti pakaian, sebuah dress berwarna pink, rambut hitamnya yang panjang, jatuh di wajah putihnya, sosok ramping ini, di bentuk oleh rok itu, kakinya yang ramping berwarna putih tanpa cacat.

Dave tertegun.

Elaine di kantor jarang memakai rok seperti ini, setiap hari baju formal, dia pertama kali melihat dia memakai seperti ini.

Melihat dia memandang diri sendiri, Elaine seperti tidak menyangka dia akan bangun, wajahnya langsung menjadi tidak alami, memakai bedak di dahinya.

“Dave, kamu sudah bangun.”

Dia tidak menghindari pandangannya, matanya sangat tulus.

Bibir Dave tertutup rapat, tidak mengatakan apapun.

Saat teringat hal yang dia lakukan dengan Elaine, dia tidak tahu harus bagaimana bersikap denganya.

Kedua mata Elaine menatap Dave, dia tampak gelap beberapa saat, bibirnya bergerak, mengeluarkan kata “Em”.

Dave memang seperti itu, jika bukan mengejek dia, maka bersikap dingin, tidak berbaik hati

Elaine sudah terbiasa, jadi tidak menyadari keanehan Dave.

Kemarin malam, dia demam hebat, sekarang setidaknya bisa sadar. Elaine berpikir seperti itu, hatinya yang gelisah sedikit tenang, dengan tidak sadar berkata:

“Baguslah jika sudah bangun.”

Mata Dave melirik.

Baguslah jika sudah bangun?

Apa maksud kata-kata Elaine ini?

Memberikan petunjuk kepadanya kejadian kemarin malam, bermaksud memperhitungkan dengannya?

Tubuh Dave bergerak, berkata:”Baguslah jika sudah bangun? Hanya sepatah kata itu saja?”

Tidak mengungkit syarat apapun?

Dia bisa begitu baik hati?

Bibir Dave tertarik, membawa perasaan begitu dingin, Elaine mengulurkan tangan menyibakkan rambutnya, melihat Dave dan berkata dengan rendah:

“Dave, apa maksudmu?”

Melihat sikap Elaine begitu datar, mata Dave sedikit menyipit, cahaya matahari melewati bulu matanya, jatuh di dahi wajahnya yang tampan, tidak mencairkan sedikitpun kedinginan di wajahnya.

“Aku pikir direktur Qin pagi-pagi menunggu aku disini sampai bangun, hanya ingin membantu aku mengingat kejadian semalam, ingin aku mengabulkan permohonanmu, bukankah begitu?”

Setelah Dave selesai berbicara, wajah Elaine menjadi tidak alami.

Dia mencibir, awalnya pikirannya tidak jernih, tia-tiba menjadi sangat jelas.

Dia pikir, ekspresi di wajah Elaine, semua di buat-buat oleh dia, untuk memperlihatkan ke dirinya.

Dia adalah wanita yang begitu perhitungan, banyak pemikiran, dan tidak tenang, sama sekali tidak akan menyia-nyiakan kesempatan seperti ini!

Elaine mengerdipkan mata, berkata rendah:” Kemarin malam kamu demam.”

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu