Pergilah Suamiku - Bab 153 Harto Feng

Pintu Rumah sakit, hanya tersisa Olivia.

Jam empat dini hari, jalanan sudah sepi, lampu bercahaya terang, membawa lapisan cahaya halus.

Menyinari hati Olivia, di malam hari yang panas ini, hati Olivia, sangat dingin.

Butiran air mata jatuh dari bola matanya, hatinya tegang.

Di jalanan tidak ada taksi, Olivia memakai sepatu heels, berdiri di tiang hijau menunggu mobil.

Dia mengigit bibir, angin malam semakin panas.

Tatapan mata Olivia kosong, menatap ke seberang jalan, tidak menyadari, di depan matanya berhenti sebuah mobil.

Harto berdeham, mendengar suara, Olivia baru tersadar, melihat sekilas orang didalam mobil.

Dia mengulurkan tangan menghapus air mata di wajahnya:”Presdir Feng?”

Harto memijat dahinya yang sakit, matanya menyipit, sebuah gerakan kecil, aroma tubuhnya tercium dengan misterius.

“Em.”

“Kebetulan sekali, melihat orang sakit juga bisa bertemu dengan sekretaris Lu?”

Olivia membasahi bibirnya, dia mengedipkan matanya, suasana hatinya terasa rumit.

Dia dipanggil untuk Dave untuk datang membantu, dan lagi karena dia tadi bertengkar dengan William.

Masih kebetulan?

Apakah sebenarnya Harto masih bosnya, Olivia menutup menggigit bibirnya sebentar, berkata:

“Anak perempuanku masuk rumah sakit, datang menjenguk sebentar, lambung presdir Feng kambuh lagi?”

Harto tidak menjawab.

Jika menurut dia, pertanyaan Olivia, semuanya hanya basa-basi.

Mengangkat dagunya ke arah kursi penumpang, ekspresi wajah Harto tidak jelas:

“Naik, antar kamu pulang.”

“Tidak perlu...”

“Aku tidak ingin mengatakan dua kali!”

Harto memotong kata-kata Olivia, dia tertegun sebentar.

Sikap sombong orang tua Feng turun temurun, di kejutkan oleh Harto, hatinya sakit, tersebar menjadi beberapa.

Sudah jam 4 dini hari, Olivia juga tidak merasa dia masih bisa menunggu taksi, maka tidak lagi membantah.

William berjalan ke parkiran rumah sakit, mengemudi keluar mobil, langsung menuju pintu keluar dibawah, di jalan yang penuh keheningan malam, meninggalkan sebuah jejak halus.

Dia menekan alisnya, garis bibirnya menjadi ringan.

Kalau bukan bibir bawahnya yang tertekan, sama sekali tidak bisa terlihat, tubuhnya saat ini penuh emosi.

Bentley abu-abu. Berjalan cepat di jalanan, satu detik kemudian, suara rem yang tajam terdengar.

William membasahi bibirnya, memukul keras roda kemudi, berbalik, berjalan ke arah rumah sakit.

Sampai di pintu rumah sakit, William berjalan sambil menoleh ke kanan kiri melihat ke jalan, Lamborghini yang cantik diparkir di tiang hijau.

Mata William menyipit.

Orang yang bisa mendapatkan mobil seperti ini, jumlahnya tidak banyak. Dan pada jam seperti ini, bisa mengemudi keluar.

Wanita yang sedang membungkuk ingin menaiki mobil menarik perhatian William, dress putih, membuat lekuk tubuhnya terlihat.

Adalah Olivia.

Saat dia mengulurkan tangan ingin membuka pintu mobil, mata William melihat ke kursi pengemudi.

Di dalam mobil ada cahaya lampu, bisa membuat William melihat dengan jelas, wajah tampan Harto.

Menggenggam tangannya dengan erat, matanya yang memancarkan senyum seperti hari biasanya, terlihat dingin.

Dan saat mobil itu lewat, Harto bisa merasakan, pandangan matanya sedikit mengarah kemari, kedua nya bertemu pandang.

Sudut mata Harto berkedut, terlihat sedikit memprovokasi.

William menginjak rem dengan keras.

Mobil, membuat mobil berhenti di tepi jalan, sebuah wajah tampan, bergabung dengan gelapnya malam.

...

Setelah William pergi, Elaine membasahi bibir.

Karena sebelumnya dia mengusir Dave keluar, suasana di dalam kamar pasien sedikit tegang.

Tapi sebaliknya orang yang berbaring di atas kasur pasien, mengganti pose, bangkit dan pergi ke toilet.

Saat keluar, Dave melihat sekilas ke pintu kamar pasien.

Saat William pergi, pintu tidak ditutup, karena malam hari, Dave tidak memperlihatkan kelainannya, berdiri dengan rapi.

Baru saja sampai di depan pintu, Dave melihat John yang duduk di dalam rumah sakit.

Dave menaikkan alis mata.

Saat dia bangun, pernah duduk di tempat itu, jika di dalam kamar membuka lampu, duduk disana bisa melihat semua pemandangan yang ada dalam kamar.

Tengah malam, Direktur Lu tidak pulang tidur, malah di sini menjaga Nyonya Bo di luar kamar pasien.

Memang benar-benar abang sepupu Dave yang baik.

Alis Dave menjadi gelap, mengulurkan tangan menutup pintu kamar pasien.

Berbalik, Dave bersandar pada Reece dan berbaring, gerakannya besar, gerakan yang sedikit saja, membuat berantakkan.

Dave mengaitkan jari kepada Elaine:”Kemari, naik ke kasur dan tidur.”

Makna kata-kata ini sangat dalam, mata Elaine berkedut, berdiri ditempat tidak bergerak.

“Tidak perlu, aku tidak capek, Presdir Bo istirahat dengan baik!”

Dave tersenyum dingin:”Istirahat dengan baik? Direktur Qin tidak tidur disini, apakah ingin aku membantumu menjaga putrimu?”

“Apakah selanjutnya, Direktur Qin akan berencana keluar bermesraan dengan abang sepupuku?”

Elaine wanita ini, tidak ada kemampuan lain, keahliannya hanya merayu pria.

Bahkan abang sepupunya yang pintar ini, juga dibuat terpesona oleh Elaine.

Walaupun suami sahnya ini masih berada di dalam kamar pasien, John masih tidak putus semangat untuk menjaga di lorong rumah sakit.

Siapa tahu obat hipnotis apa yang diberikan Elaine kepada John!

“Presdir Bo, kamu tidak merasa pikiranmu terhadap orang lain sedikit kotor?”

Elaine mengernyit, matanya langsung melihat ke arah Dave.

Dave menekan alisnya, wajahnya terlihat marah.

“Ingin pikiranku sedikit bersih, maka Direktur Qin dan Direktur Lu berbuat hal yang bersih juga!”

“Usaha keluarga Bo ku besar, semua gerakan Nyonya Bo bisa mempengaruhi saham perusahaan Bo! Tidak bisa mempermalukan, menurutmu bukankah begitu, Nyonya Bo!”

Nyonya Bo kata-kata ini, ditekankan oleh Dave, nada bicaranya diputar di sekitar tenggorokan, memiliki makna!

Elaine terdiam, dia mengulurkan tangan memukul tempat kosong di sebelahnya, maksudnya sangat jelas.

Elaine menutup rapat mulutnya, berjalan dua langkah ke arah Dave.

Elaine melihat sekilas tempat yang ditunjuk Dave, saat dia berbaring, tubuhnya akan berdempet dengan Dave.

Kalau hubungan mereka seperti suami istri pada umumnya maka tidak apa-apa, tapi menikah sudah 3 tahun, jangankan hubungan mesra, walaupun bertemu, juga hanya lewat saja.

Bibir Elaine bergerak:”Presdir Bo, aku tidur di dalam, disebelah Reece, lebih mudah menjaga dia!”

Dave tidak bergerak, sama sekali tidak ada maksud untuk memberikan tempatnya pada Elaine.

“Presdir Bo?”

Dave mengangkat kelopak matanya, menggunakan pandangan matanya melirik tempat disebelahnya.

“Tempat sebesar begini, kamu menyuruhku untuk tidur?” Bibir tipis Dave tertutup rapat, “Maaf, aku takut tengah malam bisa jatuh!”

“Kasur sangat kecil, Nyonya Bo tahu, kasur keluarga Bo adalah kasur seperti ini, tiga kali lebih besar!”

Dalam kepala Elaine, muncul kasur besar di rumah Bo di lantai 3.

Elaine:”...... di sebelah rumah sakit ada hotel, Presdir Bo bisa tidak usah begitu susah, kesempitan dengan kami ibu dan anak!”

Dave tertegun.

Masih ingin mengusir dia, Elaine benar-benar ingin dirinya mengizinkan dia melakukan hal baik dengan orang diluar itu?

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu