Pergilah Suamiku - Bab 126 Bertengkar Adalah Arti Benci dan Cinta

Belum berapa menit raut wajah Dave berubah, Reece melirik Elaine melalui kaca spionnya, lalu memiringkan kepalanya, menatap Dave, dan bertanya, "papa, apakah kamu dan ibu sedang bertengkar?"

Dave memperhatikan jalan dengan seksama. Dia hanya berpura-pura mendeham seolah-olah sedang menjawab Reece.

Reece mengerutkan bibirnya, mengulurkan tangan kecilnya dan menggosok matanya. Tiba-tiba, senyum terbuka lebar di wajahnya.

"papa, kudengar si gemuk pernah berkata bahwa bertengkar itu terkadang bisa diartikan sebagai benci dan cinta. papa jangan marah dengan ibu lagi, ibu sedang mengungkapkan cintanya pada papa!"

Wajah Dave muram.

Apa yang dikatakan Reece?!

Bagaimanapun, Elaine pasti memiliki sedikit tempat di hatinya untuknya, tidak mungkin dia akan mengancamnya begitu sering!

Ditambah lagi, wanita di Kota Tong yang mencintainya sangatlah banyak dan lebih dari Elaine.

Dave dalam hatinya jengkel, tatapan matanya sangat suram.

Pagi-pagi dia sudah dibuat kesal setengah mati oleh Elaine, hatinya dipenuhi oleh berbagai tekanan. Bahkan jika Reece menanyakan banyak pertanyaan kepadanya, dia juga tidak mengartikan itu sebagai sebuah tanggapan.

Sejak awal pertemuan, Reece sudah terbiasa dengan sikap ketidakpedulian Dave dan dia tidak merasa keberatan akan hal itu.

Di waktu-waktu ini bukanlah waktu puncak jam berangkat bekerja, Dave dengan cepat mengendarai mobil ke pintu gerbang TK Cahaya.

Mobil yang ada di depan pintu itu sangat banyak, Dave berhenti di sembarang tempat lalu menggendong Reece turun.

Kemudian dia mengulurkan tangan untuk mengambil tas kecilnya yang tertinggal di tempat duduk belakang.

Awalnya, Reece dan Dave berjalan satu di depan dan satu di belakang. Kemudian, belum melangkah berapa jauh, Dave tanpa sadar menundukkan kepalanya dan melihat Reece menggandeng tangannya.

Sadar Dave melihat ke arahnya, Reece pun menunjukkan senyumannya.

Ujung jari Dave yang digandeng oleh Reece terasa kaku seperti batu.

“papa, setiap kali berangkat ke sekolah, Ibu selalu menggandeng tanganku!”

Mendengar nama Elaine disebut, wajah Dave kembali berubah menjadi dingin. Dia menyipitkan mata sipitnya dan menenggelamkan pandangannya.

Tanpa sadar dia ingin melepaskan genggamannya. Lagipula, dia bukanlah papa Reece yang sesungguhnya. Datang untuk mengantarnya, ditambah lagi harus menyelesaikan urusan sekolah Reece, menurutnya ini sungguh kelewatan!

Ketika dia tiba-tiba merasakan Dave melepaskan setengah genggamannya, tangannya pun semakin erat menggandeng Dave.

Dave geram, dia menatap Reece. Pandangannya menusuk matanya yang penuh rasa sukacita.

Ketika dia bergerak, dia berpikir untuk tidak memulai dan akhirnya tidak melanjutkan geraknya.

Ada banyak sekali orang di sekitar sana. Jika Reece hilang, jangankan tanda cintanya dan Jenny yang tidak akan kembali, mungkin saja Elaine akan mencarinya mati-matian!

Bulu mata menutupi emosi di matanya, lalu dia menggandeng Reece berjalan ke dalam sekolah.

“papa! Aku melihat si gemuk!

Reece mengayun-ayunkan lengan Dave. Seiring dengan arah yang ditunjukkannya, Dave pun melihatnya.

Terlihat Yuherni dan suaminya sedang berjalan ke pintu gerbang sekolah menggendong si gemuk, terlihat kaki anak yang digendongnya itu di perban dan sedang berjalan ke arah mereka.

Alis Dave mengkerut.

Tiba-tiba dia teringat perkataan Elaine sebelum keluar pintu tadi.

Dia menyuruhnya untuk meminta maaf dan tidak memperbesar masalah!

Dave sama sekali tidak memandang derajat Yuherni dan suaminya. Meminta maaf kepada orang seperti ini sungguh membuatnya hilang muka.

Tetapi, jika masalah ini tidak diselesaikan, Elaine yang sinting itu mungkin saja akan menghancurkan arloji yang diberikan oleh Jenny. Kalaupun dia ingin mencekik mati Elaine, apa gunanya juga?

Dave merasa kepingan hatinya seperti dipaksakan tenggelam dalam air oleh Elaine. Dia tak bisa melakukan apa yang ingin dia dilakukan, sedangkan hal yang tidak ingin dia lakukan, justru harus dia lakukan.

Dia mengepalkan tangannya dan menatap langit yang cerah, kakinya seperti telah berakar, dan tak bisa bergerak.

Dalam beberapa tahun terakhir, Dave telah diminta membiasakan diri untuk mengatakan kata-kata seperti meminta maaf, berterima kasih dan meminta tolong. Dia sudah pernah mendengarnya, tetapi sebagai laki-laki yang sangat memandang martabatnya, sungguh tidak mungkin bagi Dave jika benar-benar menyuruhnya untuk mengatakan kata-kata itu kepada orang lain.

Dave tidak bergerak, tetapi Yuherni dan keluarganya tidak mungkin terus berhenti di sana dan tidak bergerak. Awalnya, Yuherni tidak memperhatikan mereka berdua, tetapi wajah Dave terlalu menyilaukan mata.

Tubuhnya seperti tubuh yang memancarkan cahaya alami. Bahkan jika tidak melihatnya pun, mungkin itu tetap tidak melemahkan rasa keberadaannya.

Begitu jalan mendekat, Yuherni menghentikan langkahnya dan mengamati Dave dari atas ke bawah, matanya seperti sedang mencibir.

"Wah, Elaine si wanita sinting itu benar-benar memanggilmu. Apakah hari ini kamu di sini untuk meminta maaf?"

Urat-urat biru timbul di dahinya, mengingat akan Elaine yang memegang kendali di tangannya, pandangan matanya muram dan diam-diam menyetujui.

Yuherni mendekat, dia mengulurkan lengan kekarnya, dan ingin melihat wajah Dave. Sudut mulutnya merendah, dan berkata, "Kamu jangan berbicara, wajah putih kecil ini benar-benar mirip Dave."

Dave menarik Reece satu langkah mundur untuk menghindari gerak Yuherni. Dari mata sipitnya terpancar perasaan jengkel.

Wajah Yuherni suram sejenak, dia mencibirnya. Jarinya yang dicat dengan cat kuku menunjuk ke arah si gemuk yang digendong oleh suaminya.

"Kaki putraku dibuat patah oleh anak haram ini. Sebenarnya, masalah ini mudah jika ingin diselesaikan, kamu bawa anak haram ini dan berlutut di gerbang TK Cahaya ini."

Matanya seperti menyala ketika dia berbicara.

Dia pernah berpikir, apa kapasitas yang dimiliki Dave sehingga dia bisa benar-benar datang ke sini dan meminta maaf kepada mereka?

Di kantor polisi, pria itu sangat keras bahkan berkata ingin menuntutnya!

Tentu saja Yuherni tidak akan melepaskan kesempatan yang datang untuk menghinanya sekarang begitu saja.

Begitu kata-katanya berakhir, wajah Dave menjadi muram, kemarahannya yang telah ditahan sehari ini akhirnya dilepaskan!

"Berlutut? Aku khawatir kamu tidak tahan!"

Kata-kata Dave dengan jelas dan santai tanpa bertindak kasar sama sekali, tetapi itu malah membuat Yuherni dan suaminya merasakan suatu kekuatan yang tak tertahankan.

"Aku tidak tahan? Apakah kamu tahu siapa aku? Bukankah si Elaine itu ingin membuat Reece terus melanjutkan sekolahnya disini? Aku katakan padamu, jika kamu tidak berlutut hari ini, aku akan membiarkan kelinci kecil ini tidak bisa bersekolah di seluruh sekolah di Kota Tong ini! "

Setelah berbicara, Yuherni meludah ke tanah, dan lanjut berbicara, "Apa-apaan ini? Kupikir aku dan Dave memiliki roh yang sama. Jadi kamu benar-benar Dave? Sungguh, aku tidak bisa melihatnya. Ataukah kamu hanya aktor tambahan yang disewa oleh gangster seharga jutaan? "

Kata-kata Yuherni sangat menyinggungnya. Dave menundukkan pandangannya, tangan dan kakinya terasa lemas, tampaknya dia marah karena Yuherni!

Tetapi setelah musim gugur, si belalang itu tidak menyadarinya, malah masih berteriak, "Siapa yang membuatmu berani untuk mengancam akan menuntut wanita tua di kantor polisi? Sayang sekali! Berani-beraninya kamu cari masalah denganku!"

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu