Pergilah Suamiku - Bab 110 Pa, Dave Tidak Menganiaya Istri!

Ujung jari Elaine bergerak, berkata: “Bu, tunggu papa turun dari atas, aku langsung menjelaskan ke dia dengan baik! Dave…”

Menyebut Dave, Elaine tiba-tiba terpikir lagi pundak pria itu yang terluka parah!

“Dia meang sudah mendapat sedikit pelajaran, tapi kamu tenang saja, dia sudah tidak akan keras kepala lagi dengan papa, kamu minum obat dulu ok?”

Ibu Bo yang mendengar ini menjadi lega, perasaannya bergejolak naik dan turun, membuat tubuhnya yang tidak terlalu kuat menjadi kelelahan, dia mengerutkan alis, berkata perlahan:

“Tidak perlu kalian katakana, masalah beres tentu aku bisa makan obat!”

Elaine awalnya berencana membujuk ibu Bo lagi, tapi dari tangga terdengar suara langkah kaki.

Mereka beberapa orang secara reflek menoleh, melihat ke arah tangga, Yonas dengan wajah berat, turun.

Tidak tahu Yonas ada tidak kedengaran perbincangan mereka, sorotan mata pria itu dengan datar menyoroti mereka sebentar, melangkahkan kaki mau pergi ke ruang baca.

Ibu Bo melihat kondisi, buru-buru menjulurkan tangan mendorong Elaine! Berharap dia segera pergi menjelaskan!

Elaine mengenakan sepatu hak tinggi, pagi dari rumah sakit sampai saat turun dari mobil di perusahaan Bo, kaki terkilir, sekali ibu Bo mendorong, dia dengan kuat melangkah ke depan, pergelangan kakinya luar biasa sakit.

Wajah Elaine seketika memucat!

Mendengar suara gerakan, langkah kaki Yonas terhenti, menoleh ke belakang sebentar.

Elaine mengikuti gerakan berjalan ke depan, menghadang Yonas, berkata: “Pa, Dave tidak menganiaya istri!”

Perkataan ini menampar Yonas tanpa persiapan, Elaine juga tidak memberinya kesempatan untuk berbicara, berkata: “Luka di tubuhku ini dipukuli oleh sopir taksi, saat Dave mengantarku ke rumah sakit, terpotret orang! Dia menjadi kambing hitam!

Yonas tidak percaya, bertanya: “Kenapa lagi dengan kamu kelaparan begitu lama? Rumah sakit di koran sudah menempel buktinya! Elaine, kamu itu orang yang sudah dewasa, jangan bilang kamu bisa lupa makan!”

Alis mata Elaine agak bergerak, dalam perkataan sengaja menghapus Cindy orang ini, lanjut menjelaskan: “Hari kamis malam itu di kantor mengadakan pesta perayaan di Yese club, aku beberapa hati itu tidak enak badan, di tengah-tengah setelah pergi ke toilet, sekalian mencari satu ruang kosong untuk beristirahat sebentar.”

“Tapi aku tidak sengaja ketiduran, saat bangun, Yese sudah tutup, masalah aku hilang seharian, orang di kantor semuanya tahu! Pa, kalau tidak percaya bisa tanya ke John!”

“Yese setiap hari Jumat ada kebiasaan tidak buka, ponselku tidak di samping, jadi tidak bisa meminta bantuan, kalau bukan Dave tepat waktu menemukan aku, mungkin aku masih perlu menerima derita besar!”

Elaine mengatakan sampai di sini, membungkukan setengah badan berlutut di lantai, berkata: “Pa, maaf, di awal aku tidak mengatakan dengan jelas, malah membuat Dave tanpa beralasan menerima derita besar.”

Meski pintu ruang baca tertutup, tapi apa yang dikatakan Elaine, Dave kurang lebih masih bisa kedengaran!

Ujung mulutnya mengait lengkungan yang mencemooh.

Keahllian Elaine mengarang cerita dilatih dengan baik sekali, dengan beberapa patah kata, dengan santai melewati Cindy.

Berbohong mungkin sudah hampir mau menjadi kemampuan dasar dia satu-satunya!

Nanti, apakah dia mau berlari ke hadapannya untuk meminta imbalan atas prestasinya?

Dibatasi dengan pintu ruang baca, sinar lampu di dalam ruangan seluruhnya masuk ke dalam biji mata Dave, mengandung perasaan berat yang mendalam dan tersembunyi!

Di luar, Yonas dibuat terkejut dengan gerakan Elaine yang tiba-tiba masuk, secara reflek menjulurkan tangan mau menopangnya: “Elaine, sedang apa kamu ini? Berdiri dulu baru bicara.”

“Adik perempuan keempat, ini kamu yang tidak benar, proses sebab dan akibat hanya dua patah kata, apa kamu tidak bisa mengatakan dengan jelas? Sekarang adik keempat sudah dicambuk, juga mencelakai nilai saham perusahaan Bo ikut menyusut! Berapa besar kerugian ini!”

Hati ibu Bo juga bergejolak, jadi, putranya tidak hanya tidak memukul Elaine, masih menyelamatkannya?

Ibu Bo ingin sekali masuk ke ruang baca untuk menampar Dave, jelas-jelas sudah melakukan satu hal yang baik, demi merajuk ke Yonas, bersih keras mau mengakui tuduhan yang tak beralasan ini, tidak mendapatkan sepatah sanjungan tidak apa-apa, masih sia-sia dipukul!

Dia kenapa bisa melahirkan orang yang begitu keras kepala seperti ini!

Mengingat Dave yang tercambuk beberapa kali, ibu Bo juga sangat sakit hati!

Elaine juga bukan orang yang baik, Dave menyelamatkan dia, dia tidak hanya tidak berterima kasih dan membalas budi, masih dengan mata terbuka melihat Yonas memukuli putranya!

Ibu Bo marah sampai tekanan darah melayang tinggi, menghirup nafas dalam beberapa kali, hampir membuat jantungnya meledak, baru mereda kembali!

Dia belum sempat membuka mulut menggantikan anaknya mengeluh, Yonas melototi sebentar Calen yang berbicar, berkata: “Elaine, kamu tidak perlu demi anak busuk itu mempersulit diri sendiri, pada dasarnya memang kita keluarga Bo yang bersalah padamu….”

Perkataannya belum selesai dikatakan, ibu Bo tiba-tiba marah, dia menghempaskan tangan Nia yang menopangnya, meningkatkan suara berkata: “Kamu mengatakan perkataan yang tidak masuk akal apa, kita keluarga Bo mana ada bersalah padanya?!”

Dia sebaliknya merasa keluarga Bo bersalah ke Dave, tidak membiarkannya menikahi Jenny yang disukainya, masih memintanya menikahi pembawa bencana ini!

Sudah seperti ini, Yonas masih merasa Elaine dipersulit, bagaimana baru terhitung tidak membuatnya kesulitan?

Mata Ibu Bo karena marah, memerah kembali, Yonas melihat kondisi ini berhenti sebentar, ekspresi wajah pria itu juga tidak membaik, melihat ibu Bo, berkata: “A Ru! Anak itu dimanja olehmu!”

Dalam ruangan disinari cahaya lampu yang hangat, setelah ibu Bo mendengar perkataan Yonas, ekspresi muka lebih gelap lagi dari pria itu: “Anakku tentu saja aku perlu memanjakan, aku hanya bersisa seorang putra ini, setiap hari dicambuk habis-habisan olehmu, aku masih tidak boleh sakit hati?”

Mendengar perkataan ini, ekspresi muka Yonas lebih hitam lagi, hal ini memang Dave juga yang salah duluan, Yonas bisa marah itu sulit dihindari!

Wajah kedua orang tua jadi murung, tak disangka di ruang tamu tidak ada satu orang juga yang berani bergerak, Elaine melihat kondisi, tergopoh-gopoh berdiri dari lantai, menghadang Yonas: “Pa, hal ini memang aku yang bersalah, kamu jangan marah ke Ibu lagi.”

“Ibu sampai sekarang ini juga belum makan obat, tadi jantungnya sakit, kamu jangan memarahi lagi.”

Perkataan Yonas yang awalnya mau dikatakan tersimpan di tenggorokan, dengan marah berkata: “Merecok!”

Ibu Bo juga tidak mempedulikannya, dalam ruangan sepotong sinar hangat, tapi suasana malah kaku tiada tanding.

Yonas meminta pembantu di rumah lama pergi mengambil obat untuk ibu Bo, kemudian berkata ke Elaine: “Elaine, kamu ikut aku naik ke lantai 2 sebentar.”

Elaine melihat ibu Bo, melihat lagi sebentar Yonas, emosi keduanya semua tidak baik, sungguh tidak tahu biasanya setelah bertengkar, gimana berbaikan lagi!

Dia menarik kembali pikirannya, menjawab sepatah: “Baik.”

Sesaat sebelum naik, Elaine juga tidak lupa berpesan sepatah ke Reece: “Reece, nanti ada kakak perempuan yang membawa kemari obat nenek, ingatkan nenek makan obat, sudah tahu belum?”

Reece mengangguk, bersikap dewasa dan penurut berkata: “Aku sudah tahu, Ibu kamu tenang saja!”

Mendapatkan jawaban, Elaine baru menegakkan badan, mengikuti ayah Bo naik.

Suara langkah kaki perlahan menjauh, Nia tanpa sadar mencemooh sepatah: “Berpura-pura baik hati, kalau adik perempuan keempat sungguh khawatir dengan Ibu, tidak seharusnya tadi membiarkan papa memukul adik keempat! Sungguh tidak terbiasa melihat mukanya yang penuh kepalsuan itu!”

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu