Pergilah Suamiku - Bab 42 Pergi Mengambil Mayat

Hati Dave tergerak, dan mengangkatnya.

Suaranya rendah dan berat: “Kenapa?”

“Presiden Dave, aku mendapat kabar dari perusahaan, seseorang mengirimkan HP dan tas dari Direktur Elaine ke Departemen Pemasaran?”Elsa berhenti dan berkata, “Direktur Elaine pasti dalam masalah!”

Dave tersenyum dingin, membuat Elsa sedikit bingung.

“Siapa yang memberimu informasi?”

Elsa tidak tahu kenapa Dave mengajukan pertanyaan ini, tapi dia menjawab, “Ini Sekretaris Direktur Elaine, James.”

Dave membengkokkan jari-jari, dan melihat dengan tatapan suram.

Elaine ini, banyak sekali triknya!

“Tidak usah pedulikan, masalah ini, mungkin dia sendiri yang mengada-ada!”

Setelah mendengar perkataan Dave, Elsa sedikit khawatir dan berkata: “Tapi?”

“Tidak ada tapi tapi, kalau benar-benar ada masalah, Apa James masih ada waktu memberitahumu?” lalu pria ini berkata: “Lakukan saja sesuai perkataanku!”

Dave yang selesai mengatakan ini, langsung mematikan telepon.

Dia memejamkan mata untuk mengontrol emosi, Elaine ini, cukup menarik!

Sudah jam 11 malam, masih bisa memikirkan hal ini, apa dia tidak takut mengirimkan barang ke perusahaan, terus tidak ada orang diperusahaan?

James ini, mungkin Elaine sudah menyusun rencana ini, dan memalsukan hal ini!

Dave muram, tapi mata Reece cerah, hanya ada dua orang di kamar tidur, meskipun Dave tidak menyebutkan nama Elaine, Reece masih samar-samar mendengar Elsa menyebut nama mamanya di telepon.

Dia memandang Dave dengan gembira dan bertanya sambil tersenyum, “Papa, apa ada kabar dari mama? Di mana dia? Apa kita akan mencarinya?”

Dave menatapnya dalam-dalam, menggelengkan kepalanya tanpa ragu-ragu dan berkata, “Tidak.”

Reece berhenti sejenak dan berkata, “Tapi aku mendengar nama mama.”

Dave mendengus dingin dan berbisik, “Mamamu tidak menginginkanmu!”

Demi rencana sendiri, dua hari tidak memberi kabar pada Reece, apa bedanya dengan tidak mau?

Reece mencemberutkan bibirnya dan berkata: “Aku tidak percaya, mamaku sangat mencintaiku, jadi dia tidak mungkin tidak menginginkanku!”

Mata hitamnya, seakan dicuci oleh air, pintar seperti genangan mata air, bersih dan bening.

Dave mengerutkan kening, kalau Reece bukan anaknya Elaine, mungkin akan lebih mencintainya.

Dia memalingkan tatapannya, membalikkan punggung ke cahaya, matanya memancarkan tatapan penuh dengan tatapan dingin.

Elaine terbiasa pura-pura, Elaine percaya dia dapat dimaafkan, tapi Dave tidak berpikir Elaine dapat dimaafkan.

Dia berbicara nyinyir, dan bertanya dengan suara dingin; “Kalau begitu, kenapa dua hari ini mamamu tidak melihatmu?”

“Dia sibuk!” Jawab Elaine tanpa ragu-ragu.

“Sibuk apa? Sebelum pergi, mamamu ada bilang mau sibuk apa? Dave terus berkata tanpa henti dan bertanya, “Bisa dibilang, aku atasan mamamu di kantor, di kantor tidak ada hal yang harus diurus!”

Dave menyipitkan mata, memancarkan tatapan penuh dingin.

Dia tiba-tiba teringat Charles dan sepupunya yang baik, John.

Elaine sibuk, sibuk main pria!

Mana ada waktu urus Reece? Untungnya Reece masih berusaha keras membantunya mencari alasan!

“Mama tidak akan membohongiku!” Reece mencemberutkan mulutnya, wajah kecilnya yang seperti diukir dengan batu giok sudah agak tidak bahagia.

Dave tersenyum, Elaine tidak akan membohongi Reece?

Waktu itu Reece pernah bilang, Elaine pernah memberitahunya, Dave mencintai Reece, bahkan lebih mencintai Elaine?

Mungkin seumur hidupnya dia akan mencintai siapapun, tapi tidak akan mencintai Elaine yang berhati busuk, penuh dengan trik.

Dia baru saja ingin mengatakannya, tiba-tiba Hp-nya berdering, Dave melihatnya, dan matanya memancarkan tatapan terkejut.

Tidak terduga, Cindy?

Dave awalnya tidak berencana mengangkatnya, tapi Reece tiba-tiba memiringkan kepala, menatapnya dan bertanya, “Papa, kenapa kamu tidak menjawab telepon?”

Kelopak matanya berkedut, alisnya mengerut, dan nadanya keras tanpa kepura-puraan: “Ada apa?”

Cindy terkejut mendengar suara Dave yang dingin, dan bertanya dengan hati-hati: “Dave, kamu masih marah? Masih belum reda emosimu?”

Dave mengerutkan alisnya, di dalam hatinya sangat membenci wanita yang terlalu lengket dengan pria, terutama yang tidak mengerti apa yang dikatakan.

“Apanya masih marah tidak? Ngomong yang jelas!”

Cindy sedikit khawatir, dan bertanya dengan sedikit mengingatkan: “Dave, aku sudah membantumu mengurus Elaine wanita itu, bukankah kamu sangat membencinya? Tidak kah seharusnya kamu memberiku sedikit penghargaan?”

“Ehn?”

Dave tiba-tiba merasa ada yang tidak beres, dan bertanya: “Apa yang kamu lakukan?”

Cindy tertegun, ini sama sekali berbeda dengan apa yang dia bayangkan! Dave bertanya dengan nada ringan dan mendalam, bukan hanya tidak senang, dan bertanya dengan penuh rasa interogasi?

Cindy sedikit ragu, meskipun dia hanya via telepon berbicara dengan Dave, dia sedikit tidak bisa berpikir dengan jelas untuk berbicara.

Apa dia sudah berbuat salah?

“Aku tanya kamu! Apa yang kamu lakukan?”

Dave bertanya dengan wajah dingin: “Kenapa, sudah tidak bisa bicara?”

“Bukan, Dave, dimalam perayaan, bukankah Elaine si wanita tua itu membuatmu marah? Aku hanya demi membantumu balas dendam jadi?” suara Cindy semakin lama semakin pelan.

Mata Dave terpana, memancarkan tatapan membara.

“Jadi apa?”

“Aku mengurung Elaine di kamar mandi?”suara Cindy sedikit takut: “Hari itu aku bilang aku membantumu, tapi kupikir kamu sudah tahu?”

Sialan!

Dave menutup telepon dengan marah, tiba-tiba dia duduk dari tempat tidur, mengambil mantel yang tergantung di gantungan, dan berjalan keluar pintu.

Reece mengikuti dua langkah dan bertanya, “Papa, kamu mau kemana?”

Dave berjalan dengan cepat, bayangan tubuhnya hilang setelah melewati tangga, dan berteriak: “Pergi mengambil mayat mamamu! Kamu tetap dirumah, jangan nakal!”

Papa, apa yang dimaksud dengan mengambil mayat?

Dia ingin pergi bersamanya, tapi sebelum dia sampai di tangga, dia mendengar pintu villa dibuka dan suara Dave marah.

Dia hanya bisa kembali ke kamar Dave.

Villa begitu besar, hanya tersisa Reece seorang, dia pergi kesamping kasur, matanya tertuju pada bingkai foto yang ada disamping ranjang.

Dia mengulurkan tangan mengambilnya, dan melihatnya selamat dua menit, baru jongkok, mencari sesuatu di lemari Dave, dan mengambil sebuah pena, dan berdiri kembali.

Dia berdiri, dan mengeluarkan foto dari bingkai, mencoret foto Jenny, sampai wajah Jenny penuh dengan tinta dan tidak terlihat, baru berhenti.

Dia meletakkan pena, dan meremas foto, lalu membuangnya di tong sampah dekat dengan kakinya.

Papa milik mama!

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu