Pergilah Suamiku - Bab 45 Sudah Sakit Begini, Masih Panggil Namanya?

Ada orang yang karena terlalu sayang hingga sayangnya seperti emas, baru bisa mempunyai perasaan yang menyedihkan ketika kehilangan, suara Elaine tertahan, lalu dia berkata: “Dave, aku hampir saja, mati di loteng? Semua salahmu, untuk apa kamu punya begitu banyak penggemar?!”

“Ini salahku, maaf Elaine, aku tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi, kamu tenang saja!”

Dave memeluknya dalam dekapannya, dan berkata: “Aku bersumpah, tidak peduli kamu hilang dimanapun, aku pasti akan menemukanmu, Elaine, aku tidak akan membiarkan kamu menderita lagi.”

Elaine meringkuk dalam dekapan Dave, menangis tersedu-sedu di tubuh Dave, meskipun dia orang yang sangat ekstra higienis, saat itu, dia hanya ingin membuatnya untuk berhenti menangis.

Dia menunduk dan mencium tetesan air mata di wajah Elaine, dan membujuk dengan hati-hati:“Elaine, percayalah padaku sekali lagi, bisakah?”

Akhirnya Elaine berhenti menangis, dan mengangguk menjawab Dave.

“Ehn! Dave, kalau kejadian seperti ini, lain kali, kamu harus datang lebih awal, aku benar-benar sangat takut??”

………….

“Dave??”

Di kamar pasien yang besar, terdengar suara tangisan wanita, awalnya Dave tertidur dengan kepala ditopang, begitu mendengar suara ini, dia membuka mata tajamnya seperti elang.

Dia menatap botol infus, yang sudah tinggal setengah.

Pria itu berpikir Elaine sudah bangun, dan melihat ke kasur, tapi dia masih berbaring tidak berdaya di kasur, dengan wajah putih pucat, mata tertutup rapat, tidak seperti akan sadar.

Tapi sebaliknya mulut Elaine terbuka dan tertutup, dan memanggil namanya, didalam mulutnya yang penuh kasih, seolah memanggil kekasih sebelumnya.

Nama Dave diteriakan oleh Elaine, tiba-tiba hatinya merasa ada yang aneh?

Alih-alih menyelidiki penyebabnya, dia menutup matanya.

Sudah sakit seperti ini, masih memanggil namanya? Begitu cintakah dengan dia?

Pria itu mencibir di dalam, orang seperti Elaine juga bisa punya perasaan hati yang tulus?

Kalau dia punya, kenapa tiga tahun yang lalu bisa mengusir Jenny?

“Dave?? Dave??”

Elaine sekali lagi memanggil namanya, wajahnya pucat dan tidak berwarna, suaranya semakin lama semakin gelisah, Dave mengerutkan kening semakin lama semakin dalam.

Dia mengubah posturnya dan bertanya menatap Elaine.

Kenapa Elaine menyukainya?

Masalah ini baru saja terhapus dari pikirannya, sekarang ini malah mengganggu hatinya, Dave menarik kursi, dan menatap wajah Elaine.

Tidak tahu entah bagaimana, di musim panas, Elaine juga bisa demam tinggi, dia terlihat sangat menyedihkan, wajah yang cantik, ditutupi dengan merah memar.

Di dahi yang bersih, ada butiran-butiran keringat kecil, yang membuat Elaine terlihat lebih lemah.

Pipinya ditutupi dengan lapisan bulu halus kalau tidak dilihat dengan teliti tidak akan terlihat, kulitnya yang pecah-pecah dan cerah.

Bulu mata Elaine padat, panjang, dan lembut menempel di kelopak mata bawahnya, hidungnya tinggi dan lurus, bibirnya merah, karena sakit, semuanya terlihat pucat.

Wajahnya sangat cantik, bahkan Dave yang tidak menyukai Elaine, juga harus mengakui, kecantikan yang dimiliki Elaine sangat langka.

Dan dia, meskipun sudah berkecimpung di bidang entertain selama bertahun-tahun, orang yang ditemui tak terhitung, tapi harus diakui wajah Elaine terbaik diantara mereka.

Seolah Tuhan mengukirnya, tanpa cacat.

Tatapan mata Dave, jatuh pada sudut mulut Elaine, mungkin saat dia membawanya kerumah sakit sangat tidak lembut, rambutnya berantakan tersebar di wajahnya, salah satu tumpukan rambutnya ada disudut mulut Elaine, termakan olehnya.

Dave melihatnya dengan serius, karena dia sangat suka kebersihan, melihat situasi ini, seharusnya merasa jorok, tapi tidak tahu kenapa, meskipun Elaine terbaring, juga tampak wangi dan hidup, dibandingkan orang lain.

Merasa diri sendiri memiliki minat, Dave terkejut, matanya membesar seakan mau keluar, cara Elaine menggoda pria memang sangat luar biasa, di kasur tidak bergerak seperti orang mati, masih saja punya kemampuan seperti ini.

Dia memiringkan tubuh kesamping, karena tidak bisa menahannya lagi, dia berbalik kesamping lagi.

Rambut yang masuk ke mulut Elaine, semakin lama semakin membuat Dave risih.

Dave menyipitkan mata, tanpa sadar menjulurkan tangan dan ibu jari mengusap wajah Elaine, Jari kelingkingnya sedikit mengait dan menarik rambut yang tidak sedap dipandang dari mulutnya.

Wajah Elaine geli, dia bermimpi di rumah sakit, gambarannya sangat kabur, wajah Dave yang sangat tampan.

Keduanya bergandengan tangan jalan ke tepi sungai kecil di belakang sekolah, matahari bersinar terang dan ada pepohonan rimbun.

Di sebelah ada sepasang kekasih yang duduk di bangku kecil melihat sungai, Dave melihat mereka , kalau disebelah tidak ada pasangan lain, Dia mungkin akan mencium Elaine, dia lalu melirik Elaine dengan tatapan mendalam.

Perasaan mereka sangat indah, saat Dave kemari, dia langsung menjatuhkan tatapannya di bibir Elaine, dalam sekejap Elaine mengerti apa isi hati Dave.

Disekitar ada orang, wajah Elaine memerah, hanya karena beberapa gerakan dari Dave, dia menutup mulutnya dengan tangan, sambil menggelengkan kepala: “Disini tidak bisa?”

Dave sedikit tidak senang, setelah ditolak olehnya, tubuh tinggi tegap diantar rerumputan, beberapa pancaran cahaya menyinari tubuhnya.

“Dave, kamu marah?”

Elaine dengan hati-hati mendekat, dan berkata: “Disini ada orang? Pulang saja gimana?”

Wajahnya geli, tangan Dave memegang setangkai dedaunan dan menyapukan diwajah Elaine satu dua kali, dan sudut mulutnya menyeringai, yang tidak tampak seperti marah?

Dan sebaliknya Elaine yang mengira Dave marah, masih digoda oleh Dave menggunakan dedaunan diwajahnya.

Elaine hanya merasa wajahnya semakin geli, dia mundur, dan dengan susah payah menahan senyum akhirnya tertawa dan berkata: “Dave, geli sekali, jangan main lagi??”

Geli diwajahnya hilang, Elaine membuka mata, melihat Dave yang tidak tahu kapan membelakanginya.

Dia jelas tersenyum dan tidak bisa bernafas, diwajahnya jelas tampak bahagia, dia menjulurkan tangannya meraih lengan Dave dan berkata; “Dave, aku lapar??”

Pria itu tidak bergerak, Elaine memiringkan kepala dan memanggilnya: “Dave? Kamu dengar apa yang kukatakan? Dave??”

Dia memiringkan kepalanya, ingin melihat wajah Elaine, tapi dia tiba-tiba bergerak, menoleh, menatap dengan tatapan elang.

Melihat Elaine.

Elaine terkejut, membuka matanya tiba-tiba, lalu sadar dari tidurnya.

Masa mudanya, sekali lagi lenyap!

Ketika empat mata saling bertatap tatapan, Dave yang lengah, bahkan masih belum sempat menarik tangannya kembali dari wajah Elaine.

Meskipun mata Elaine masih kabur, kedua orang ini dalam jarak yang dekat, Dave bahkan dapat merasakan nafas panas dan gelisah Elaine.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu