Pergilah Suamiku - Bab 235 Tamu Intim yang Tak Terhitung

Elaine ingin mengatakan sesuatu, tetapi terdiam setelah melihat Dave.

Tanpa menyadarinya, Dave menggulung lengan baju sambil mengucapkan kata-kata terdingin dengan nada yang dalam dan magnetis:

"Selain itu, bukankah kemarin Direktur Elaine sangat yakin bahwa aku akan menculik putrimu?"

"Aku tidak berani berduaan dengan putrimu, kalau terjadi sesuatu padanya, agaknya nyawaku ini harus dibayarkan kepadamu!"

Di mata Elaine yang cerah, jejak frustrasi terakhir juga menghilang.

Dia diam, tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Ketika keduanya tiba di depan mobil, Dave membuka pintu penumpang bagian depan, mendorong Elaine masuk dengan gerakan kasar, lalu membanting pintu.

Kemudian, dia sendiri masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, melajukan mobil seperti melepaskan anak panah dari busur.

Mobil mengambil putaran mantap di tempat, lalu melaju ke jalan raya, bergabung di tengah lalu lintas.

Sekarang adalah waktu puncak untuk berangkat kerja. Mereka tiba di pintu masuk TK Cahaya setengah jam kemudian.

Elaine meggantungkan ransel kecil di punggung Reece, menyapa Dave, lalu menggandeng tangan Reece dan berjalan ke pintu .

Hanya berselang dua hari setelah terjadinya insiden Nyonya Yuherni Haris, sehingga Elaine agak cemas. Jadi, dia pun membawa Reece sampai ke pintu kelas sebelum pergi.

Saat Elaine keluar, Dave tidak ada di depan pintu TK Cahaya lagi.

Elaine tertegun. Dia mengira Dave memindahkan mobil ke tempat lain, jadi dia melingak-linguk ke sekeliling, tetapi tidak ditemukan sosok Dave. Dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon Dave.

"Halo?"

"Dave, aku sudah di luar, di mana kamu?"

Suara Dave datang dari telepon, suaranya agak dingin dan serius "Dalam perjalanan kembali ke perusahaan."

Elaine "..."

"Kenapa kamu tidak tunggu aku?"

Tadinya Elaine berdiri di pintu dan mencari Dave untuk beberapa saat, sekarang dia hanya merasa dirinya seperti seorang dungu.

Nada bicaranya terdengar seperti sedang berinterogasi, Dave tentu menyadarinya.

Dave mencibir "Apakah kamu sedang menginterogasi aku?"

"Direktur Elaine, membawa kamu dan putrimu ke depan pintu sekolah merupakan hal terbaik yang bisa aku lakukan. Apakah ada alasan bagiku untuk menunggu kamu?"

Elaine menarik napas dalam-dalam. Dia sudah tahu sikap Dave terhadapnya, tapi dia malah masih memeluk harapan pada Dave. Dia terlalu naif.

"Aku tidak bermaksud begitu. Tapi Dave, walau kamu mau pergi, kamu juga seharusnya memberi tahu aku. Aku menunggu di sini untuk waktu yang lama."

Sambil berkata, Elaine berdiri di pinggir jalan untuk menghentikan taksi. Untung saja TK Cahaya tidak jauh dari Perusahaan Bo. Jika jaraknya sedikit lebih jauh, dia tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke perusahaan.

Anehnya, Dave tidak mematikan telepon.

Bibirnya melengkung saat mendengar kata-kata Elaine.

Dia tidak percaya Elaine tidak mengetahui dengan jelas perlakuannya terhadap Elaine.

Namun Elaine malah meminta penjelasannya saat ini. Dia mungkin memiliki maksud lain.

Yaitu dia tidak bisa pergi ke perusahaan bersamanya, jadinya dia tidak bisa menimbulkan skandal dengannya, makanya dia marah dan kesal!

Sindiran melintas di sudut bibir Dave "Elaine, kamu lebih baik memahami situasinya sekarang. Aku memang mengusulkan untuk mengantar putrimu ke sekolah!"

"Tapi aku tidak bilang bahwa aku akan menunggumu di depan sekolah!"

"Bukankah Direktur Elaine punya banyak tamu intim? Bagaimana mungkin aku mengganggu hal-hal baik kamu!"

Elaine terbengong.

Tamu intim?

Dave benar-benar suka mengada-ada. Teman lawan jenis yang dimilikinya hanya ada John. Lagian, John bukan tamu intim yang dimaksud Dave.

Tetapi Elaine malas untuk berbicara dengan Dave. Dia tahu dengan jelas, tidak peduli seberapa banyak penjelasannya, Dave juga tidak akan mempercayainya!

Elaine menjilat bibirnya yang kering, menjawab "Direktur Bo benar. Karena kamu sudah pergi, aku pun tidak mau mengobrol panjang lebar denganmu lagi!"

"Aku mau menelepon para penggemarku untuk melihat siapa di antara mereka yang punya waktu untuk mengantarku ke tempat kerja!"

Selesai bicara, Elaine langsung mematikan telepon.

Sebuah mobil kebetulan berhenti di sampingnya. Elaine membuka pintu mobil dan melaporkan alamat.

Telepon tiba-tiba terputus, wajah Dave menegang, pupil hitam pekat menyusut.

Dia sekilas memandangi layar ponsel, wajah tampak membeku, bahkan suhu di dalam mobil pun menurun.

Elaine benar-benar semakin berani!

Dia bahkan berani mematikan telepon!

Jika kedepannya dia menelepon dirinya, lihat apakah dirinya akan angkat!

Dave sangat marah hingga dia membantingkan ponsel ke tempat duduk, lalu menginjak pedal gas. Kurang dari lima menit, mobil berhenti di tempat parkir bawah tanah Perusahaan Bo.

Dave langsung naik ke atas. Karena bermalam di Binje, dia belum mengganti pakaian. Sesampainya di kantor, dia melepas kemejanya yang mahal, lalu melemparkannya ke lantai ruang tunggu.

Kain kasa yang melilitnya tidak hanya tidak mengganggu auranya, tetapi malah menguraikan tubuh rampingnya itu hingga terlihat lebih kokoh dan menawan.

Dia mengambil kemeja dari lemari dan memakainya.

Lalu mengancingkan kemeja sampai kancing teratas. Ekspresinya acuh tak acuh, kelihatan berpantang seksual.

Dia menjilat bibir, memproses beberapa dokumen penting di meja, lalu memanggil Elsa ke kantor.

Karena semalam bangun untuk menangani urusan real estat kecil di tengah malam, Elsa tampak lesu.

Dia menyemangati diri, memasuki kantor.

Setelah mendengar suara ketukan pintu, Dave yang sedang menunduk dan melihat dokumen di tangan langsung membuka mulut tanpa mengangkat kelopak mata:

"Totalkan daftar orang yang terlambat datang ke perusahaan dalam … … tiga hari terakhir."

Elsa kaget saat mendengar kata-kata itu.

Untuk apa direktur tiba-tiba mengambil alih urusan Departemen Personalia ...

Elsa mengernyit, mungkinkah ... … hari ini Direktur Elaine terlambat?

Melihat Elsa tidak bergerak, Dave mengangkat kepala dan melemparkan tatapan pisau. Elsa sontak menegakkan punggung.

"Kenapa? Ada urusan lain?"

Elsa menggelengkan kepala. Tatapan Dave semakin dingin, dia memandangi Elsa dari atas ke bawah, bernada tawar "Aku beri waktu tiga menit!"

Mendengar kata-kata itu, Elsa langsung keluar dari kantor direktur, dia tidak sempat memedulikan apakah Dave dan Elaine bertengkar lagi.

Setelah daftar dibuat, Elsa langsung memberikannya kepada Dave.

Tidak banyak orang yang terlambat. Pandangan Dave langsung tertuju pada nama terakhir.

Wajah Dave yang tidak berekspresi itu seketika mengernyit "Kamu yakin tidak ada yang kurang?"

Apa yang mengejutkan Dave adalah tidak ada nama Elaine di daftar?

Meski jarak TK Cahaya dan Perusahaan Bo tidak jauh, tapi kedua lokasi ini sama-sama berada di pusat kota. Lalu lintas di Kota Tong sangat padat. Elaine tidak mungkin bisa tiba di Perusahaan Bo hanya dalam waktu beberapa menit!

Wajahnya dinodai cibiran, sementara tubuh Elsa gemetaran.

Perusahaan Bo sungguh menarik sekali!

Daftar keterlambatan yang diinginkan dirinya yang berjabatan sebagai direktur bahkan telah dibuat-buat!

Sekarang Elaine bahkan dapat mengubah daftar keterlambatan. Dia mungkin juga dapat mengubah daftar dewan direksi dalam beberapa hari ke depan, bahkan memecat dirinya dari Perusahaan Bo?

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu