Back To You - Bab 26 Tinggal di Rumahku

Sebagai putra keluarga Huo yang berlatih bela diri sejak kecil, pelajaran menangkap adalah pelajaran wajib.

Bagi Aaron, seorang diri melawan dua orang tidak berarti apa-apa.

Dalam sekejap ia bisa langsung mengalahkan mereka semua, meski dirinya juga mengalami sedikit luka.

"Tunggu saja pembalasanku!"

"Tunggu saja! Bocah tengil!"

Dua orang pria mabuk kalah tragis olehnya, sampai setengah sadar.

Aaron mengusap-usap sudut matanya. Ia melihat 2 pria mabuk itu kabur tunggang langgang dan seketika teringat telepon Jane malam itu.

Hatinya merasa jengkel.

Ia kembali ke rumah Jane.

Tok tok tok...

Jane baru selesai mandi dan berganti piyama, bersiap tidur.

Mendengar suara ketukan pintu, ia berjalan mendekat dan bertanya dengan hati-hati, "Siapa?"

Tengah malam begini, siapa yang mencarinya?

"Aku."

Terdengar suara Aaron dari luar.

Jane mengamati baju tidurnya. Agar Aaron tidak lagi bilang bahwa ia menggodanya, ia berteriak, "Sebentar, tunggu sebentar!"

Ia berlari kecil ke kamar, mengganti gaun tidurnya dengan baju biasa dan memakai pakaian dalam dengan benar.

Setelah memastikan dirinya telah berpakaian dengan benar tanpa sedikitpun intensi untuk menggoda, ia baru membuka pintu.

"Lama sekali."

Aaron berdiri di depan pintu. Melihat Anita berpakaian rapi, ia tahu bahwa gadis ini tadi sedang berganti baju.

"Tidak bawa barang apa-apa?" tanya Jane. Saat mendongak, ia melihat luka lebam di pelipis Aaron. Jane menariknya masuk dengan panik, "Kenapa ini? Apa tadi tertabrak sesuatu?"

Tak terpikirkan olehnya bahwa Aaron tadi berkelahi dengan 2 orang pria mabuk.

Karena dia.

"Rumahmu begini kumuh, bagaimana kau bisa tinggal?" tanya Aaron tanpa menjawab pertanyaan Jane.

"Ya, aku memang berencana pindah tak lama lagi."

Saat terjadi masalah waktu itu, Jane sebenarnya ingin pindah rumah setelah menerima gaji. Bagaimanapun pindah rumah tak hanya mesti membayar uang sewa, tapi juga uang muka. Dalam sekejap, ratusan juta bisa melayang.

"Bukankah kau bilang waktu itu ada pria mabuk menyerangmu? Dan kau masih tinggal di sini?"

Aaron menampakkan ekspresi kesal yang tak biasa.

Jane terkejut melihatnya, saat itu Aaron jelas-jelas tak percaya, kali ini ada apa? Masakah karena terbentur tadi ia tiba-tiba jadi sadar?

"Kau sedang mempedulikanku?"

Mata pria itu jelas-jelas tidak sedang melihatnya, tapi Jane tetap merasa ia sedang memperhatikannya.

Paling tidak tampak mirip.

Hatinya tanpa sadar terasa hangat.

"Alasanku menikahimu adalah demi nenekku, kalau kau mati di tengah jalan, itu tidak akan bagus."

Mendengar pembelaannya, Jane merasa masuk akal, tapi di saat bersamaan agak tidak masuk akal juga.

"Tapi kalau aku pergi sekarang, tidak ada tempat tinggal juga."

"Tinggallah di rumahku."

Jane mengemukakan masalahnya, Aaron dengan cepat menyahut, seperti sedang menunggu Jane mengatakan hal itu sejak awal.

"Tak perlu, besok aku akan menyewa rumah, tinggal semalam ini saja harusnya tidak masalah."

Hubungan mereka adalah hubungan kontrak.

Sebenarnya kalau mau jujur itu juga palsu.

Jane tak ingin menjual dirinya hanya demi setahun rasa cinta. Kini ia sadar, Aaron adah orang yang memiliki daya tarik. Semakin lama ia berhubungan dengannya, semakin mudah ia tenggelam.

Tidak lebih baik daripada menjaga jarak dengannya, kalau tidak, toh nanti yang menderita adalah diri sendiri.

"Kuberi kau 5 menit, bawalah barang yang harus kau bawa, yang lainnya tinggal saja."

Bukannya memedulikan penolakannya, Aaron malah memberi perintah terakhirnya.

"Tidak, semalam saja sungguh tidak apa-apa."

"4 menit lagi."

Jane sebetulnya masih ingin menolak, tapi melihat pria itu dengan tanpa perasaan mengatakan sisa waktunya, ia pun terpaksa mengemasi barang-barangnya.

Sambil berkemas, sambil mengerutkan dahi.

5 menit terlalu sebentar, ia hanya sempat membawa baju sehari-hari dan berpikir nanti akan kembali lagi.

Mobil Maybach Aaron meluncur menuju daerah elit Kota A.

「Golden Rose Apartment」adalah daerah paling elit di kota A. Pemandangan indah, daerah luas, rata-rata setiap rumah memiliki halaman sendiri.

Jane dulu merasa daerah ini dan daerahnya adalah 2 dunia yang berbeda.

Tapi sekarang ia berada di kawasan ini.

Mobil berhenti di depan sebuah mansion. Aaron dan Jane pun turun.

Mansion di perumahan ini semuanya memakai kunci otomatis dan dibuka dengan pindai sidik jari.

Saat Aaron membuka pintu, ia memberi Jane sebuah kartu, "Nanti pakai ini untuk membuka pintu."

"Tidak perlu...Aku hanya menginap semalam."

Ia sama sekali tak berencana untuk tinggal lama.

"Kalau kusuruh kau mengambilnya maka kau harus mengambilnya, tak perlu banyak omong." Aaron akhirnya kesal juga menghadapi penolakan berulang-ulang dari gadis ini. Satu tangannya menggenggam pergelangan tangan Jane, satunya lagi memegang dagu wanita itu, "Tak peduli apapun yang kau pikirkan, sekarang kau adalah istriku. Apapun yang kuberikan padamu, kau harus menerimanya."

Mata pria itu mengandung kemarahan. Jane menatapnya tak berkutik.

"Baik."

Ia hanya bisa menurut, ia berpikir, laki-laki memang memiliki gengsi yang tinggi. Kalau ia terus-terusan menolaknya, takutnya akan melukai harga dirinya.

Aaron tinggal sendiri di rumah ini, hanya saja sekali-kali ada pembantu datang untuk membersihkan rumahnya.

Makan malam keluarga disediakan pukul 4. Sekarang sudah hampir pukul 12, makanan tadi malam sudah tercerna habis sama sekali.

"Apa aku boleh menggunakan dapurmu sebentar?"

Sebagai tanda hormat, sebelum menggunakan dapur, Jane bertanya dahulu.

"Sekarang kau adalah istriku, rumahku tentu saja adalah rumahmu," kata Aaron sambil masuk ke kamarnya.

Jane masuk ke dapur. Saat ia membuka pintu kulkas, hatinya kecewa, seisi kulkas kosong melompong, hanya ada beberapa bungkus mie instan.

Tampaknya, Aaron tidak menjaga pencernaannya dengan baik.

Mau sehebat apapun, ia tetap tak bisa memasak. Jane menghela napas panjang, ia berniat masuk ke kamar dan bertanya apakah ada bahan masakan lain.

Saat ia mendorong pintu kamar, dilihatnya Aaron sedang berganti baju. Kemeja putihnya telah dilepasnya, dilempar begitu saja ke lantai. Kedua tangannya berada di depan pinggang, bersiap melepas sabuk.

Jane tidak dapat melepaskan pandangannya dari dada bidang Aaron dan lengannya yang kekar.

Waktu seperti berhenti, Jane menatap tubuh pria itu selama beberapa detik, lalu buru-buru menutup pintu sambil berkata, "Maafkan aku, aku akan mengetuk dulu lain kali."

Ia tak tenang. Ia duduk di sofa ruang tamu, pikirannya kacau.

Degup jantungnya mengencang tanpa bisa dihindari.

Di depan rak TV, terdapat sebuah kotak obat. Jane teringat luka di wajah Aaron tadi, lalu mengambil betadine dan kapas dari dalam kotak itu dan kembali ke kamar.

Ia mengetuk pintu.

Ia bertanya hati-hati di depan pintu. "Lukamu bagaimana? Aku membawa betadine dan kapas. Mau aku membantumu mengobatinya? Agar tak infeksi."

Detik berikutnya, pintu kamar terbuka. Aaron mengenakan piyama biru berlian, berdiri di dalam kamar. Wajahnya membawa aura dingin seperti berkata orang asing tak boleh masuk.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu