Back To You - Bab 19 Direktur Huo, jangan-jangan kamu ingin perpanjang kontrak?

Jane mengira, dirinya dan wanita itu tidak lain hanya untuk bertemu sapa.

Tapi tak menyangka saat Jane masuk ke dalam ruang wawancara, di hadapannya duduk dua orang, keduanya wanita, salah satunya adalah wanita yang tadi di dalam lift itu.

“Halo.”

Dengan begitu yakin Jane masuk ke dalam, ia membungkukkan badannya memberikan hormat kepada kedua pewawancara di sana, kemudian ia baru duduk.

“Halo, namaku Dessie, staff dari departemen personalia.” sambil berkata Dessie menunjuk ke wanita di sebelahnya, “Beliau adalah manager department personalia, Stephanie Qin.”

Stephanie Qin, ternyata, wanita ini bernama Stephanie Qin.

Tidak sengaja untuk mengingatnya, nama ini malah sangat mudah untuk diingat di dalam kepala Jane.

“Aku ingin bertanya, mengapa kau memilih untuk datang ke perusahaan kami?”

Dessie sebagai staff bawah, memberikan beberapa pertanyaan dasar.

Jane juga satu persatu menjawabnya.

Stephanie yang berada di sebelahnya tetap tidak mengeluarkan sepatah katapun, melainkan ia terus membolak-balik melihat riwayat hidup Jane.

Hal ini membuat Jane sedikit gugup, ia khawatir Stephanie menemukan petunjuk, seperti misalnya hal mengenai Jane dan Aaron adalah teman sekolah.

Pertanyaan Dessie sudah hampir selesai, dirinya enggan sikap yang sopan bertanya kepada Stephanie, “Ibu Qin, apakah anda ada pertanyaan yang ingin diajukan kepadanya?”

“Namamu Jane Chu?”

Stephanie langsung bertanya.

“Benar.”

Jane merasa heran, ia belakangan banyak pergi wawancara, tetapi hanya sedikit yang langsung menanyakan namanya begitu ia datang wawancara.

“Kau dan Aaron ada hubungan apa?”

Stephanie tanpa bertele-tele langsung bertanya.

Tidak terpikir oleh Jane, Stephanie langsung menanyakan pertanyaan yang begitu menjurus seperti ini.

Daripada menyebutnya seperti wawancara, lebih baik menyebutnya seperti menyatakan perang.

“Aku dan dia….”

Jane merasa sedikit ragu, ia mendongakkan kepalanya, Stephanie duduk di kursi pewawancara, punggungnya begitu lurusnya ia tegakkan, dengan tatapannya dari posisi yang lebih tinggi menatap Jane.

Seakan, diantara mereka berdua dari semula memang seharusnya ada jarak seperti ini.

“Sudah lupakan saja, tidak usah dibahas lagi, gaji sesuai seperti yang kau tulis, Senin depan kau datang lapor kehadiran.” Tiba-tiba Stephanie menyela, sudut bibirnya terangkat seolah ada maksud menertawakan Jane, “Dilihat dari riwayat dirimu, kalau aku tidak menerimamu, maka aku khawatir tidak ada lagi perusahaan yang akan menerimamu.”

Dessie juga tercengang.

Sebenarnya sebelumnya ia juga hanya bertanya untuk formalitas saja, karena kemampuan yang dimiliki Jane, memang sungguh tidak memenuhi standar perekrutan mereka, karena perusahaan mereka melarang keras, menerima wanita berusia dua puluh lima tahun keatas yang sudah menikah dan belum mempunyai anak.

"Kakak Stephanie, bagaimana misalkan atasan menanyakan ini.”

Dessie bertanya dengan khawatir.

“Tidak masalah, aku mengenal suaminya, ia tidak dapat melahirkan.” Stephanie melihat Jane, kemudian menertawakannya sekali, “Kau pergilah, hari Senin jangan terlambat.”

Setiap aktivitas yang dilakukan Stephanie, dari setiap ekspresinya, setiap gerakannya, setiap kali ia tersenyum, semua seperti sedang memberitahu Jane, Stephanie sedang memamerkan, memamerkan kedudukannya, penampilannya, dan semua yang dimilikinya.

Tapi barusan ia berkata, gaji berdasarkan angka yang ditulis di di kertas riwayat dirinya, di sana Jane menulis angka sepuluh juta, biasanya perusahaan akan menawarnya, jadi ia menulis sedikit lebih tinggi.

Tidak disangka Stephanie langsung menyetujuinya.

Ia sungguh tidak ingin demi berjuang di sebuah tempat kerja yang tidak pasti, kemudian ia menolak tawaran gaji yang tinggi itu.

Jane meninggalkan ruangan wawancara.

Pada saat ia akan menutup pintu, sepertinya ia mendengar Dessie berkata kepada Stephanie, “Kakak Stephanie, aku rasa wanita yang baru saja wawancara tadi, parasnya agak mirip dengan dirimu.”

Secara kebetulan Jane mendengar perkataan itu, hingga membuat otak Jane muncul sebuah pemikiran.

Sebuah pemikiran yang narsis.

Tetapi kemudian dengan cepat Jane meredamnya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, memperingati dirinya, “Jangan bodoh, tidak mungkin Aaron bersama Stephanie karena alasan parasnya mirip denganku.”

Saat Jane berpikir yang tidak-tidak, telepon berbunyi, ia menunduk, betul saja telepon dari Aaron.

Mungkin ada kalanya hati orang benar-benar terhubung, misalnya saat Jane memikirkannya, kebetulan telepon dari Aaron datang.

“Halo.“

Jane berjalan masuk kedalam lift, baru ia mengangkat teleponnya.

“Nenek sudah keluar dari rumah sakit, malam ada pesta makan malam keluarga, beliau berharap kau datang.”

Suara Aaron terngiang dari teleponnya, masih dingin seperti dahulu, tak terdengar perasaan apapun.

Menurut pandangan Jane, Aaron adalah seorang yang bahkan tidak memiliki kesabaran saat berbicara dengannya, ini lebih menggulingkan khayalan Jane sebelumnya.

“Baik, aku mengetahuinya.”

“Sore kau tidak usah bekerja, kau berikan alamatmu kepadaku, aku akan menyuruh supir untuk menjemputmu untuk membeli baju.”

Aaron memberikan perintah, menurut Aaron, pekerjaan Jane ada tidak adapun bukanlah masalah.

Asalkan Aaron ada urusan, semua urusan Jane harus diundur, seolah seperti memberikan jalan untuk urusan Aaron.

Namun demikian, ini juga sebenarnya adalah urusan mereka.

“Baik, aku mengetahuinya.”

Jawaban Jane, selamanya akan seperti ini, ia tidak bisa menolaknya, juga tidak bisa memberikan kritik apapun, ia hanya bisa mematuhinya.

Jane mengirimkan alamatnya kepada Aaron.

Hingga Jane turun ke dari gedung, naik ke atas mobil, Jane baru tersadar masih ada Aaron duduk di kursi belakang.

“Bagaimana kau bisa ada disini?”

Aaron dulu pernah mencari tahu kantor tempat Jane bekerja, bukan di sini.

“Sebetulnya minggu lalu aku sudah mengundurkan diri, minggu ini aku sedang mencari pekerjaan, tapi kantor ini sudah menerimaku.”

Jane berpikir, yang penting pekerjaan di tempat ini sudah diputuskan, memberitahu Aaron juga sudah tak begitu penting, setidaknya tidak membuat Aaron berpikir setelah Jane memiliki uang membuat dirinya tidak mau untuk berusaha , hal salah paham seperti ini.

Lagipula Aaron memang sudah memandangnya dengan begitu rendah, Jane tidak mau membuat dirinya dipandang lebih rendah lagi.

Aaron duduk di tempat duduknya, Jane duduk miring sekitar 70 derajat berhadapan dengannya, kebetulan memperlihatkan lekukan tubuhnya yang sempurna dimana Aaron dapat melihatnya dari sisi samping.

Pakaian kerjanya yang berwarna hitam membalut tubuh Jane, ada sedikit kerutan pada kemeja putih di dalamnya di bawah lapisan kemejanya, kebetulan menunjukan tubuh putih yang lembut di bagian depan dadanya.

“Selain membeli pakaian formal, beli satu baju lagi untuk bekerja.”

Baju Jane yang ini, sungguh membuat lekukan tubuhnya terkesan begitu terbuka, rasanya terlihat seperti bukan seseorang yang lugu.

“Baju ini cukup bagus kok, aku bahkan hanya memakainya beberapa kali saja.”

Jane tidak ingin menghamburkan uang, lagipula baju kerja ini, selain dipakai sekali saat wawancara setelah lulus dari perguruan tinggi, selanjutnya hanya digantung terus, belakangan ini saja baru dipakai beberapa kali untuk wawancara.

Bisa dihitung setengah baru, dengan kondisi Jane, mengganti baju ini, sungguh seperti terlalu menghamburkan uang baginya.

“Kau ingin memakai pakaian seperti ini untuk menarik perhatian pria lain? Jangan lupa, Kau sekarang adalah Nyonya Huo.”

Di dalam suara Aaron, terdapat rasa ketidaksenangan yang mendalam, Aaron menyadari dirinya tak suka melihat Jane memakai pakaian yang ketat, atau yang terlalu terbuka, ini membuatnya merasa barang miliknya seperti diam-diam sedang diperhatikan.

“Nyonya Huo…..” Jane mengangguk-anggukan kepala, “Benar juga, berbuat apa adanya saja.”

Jane menghitung-hitung dengan jarinya, sudah hampir satu bulan lamanya setelah dirinya dan Aaron memutuskan untuk bersama, dengan kata lain, hubungan mereka, masih ada sebelas bulan lagi.

“Kelihatannya, kau sangat berharap untuk cepat-cepat mengakhiri hubungan pernikahan ini denganku?”

Aaron mengulurkan tangannya, kemudian ia menggenggam tangan Jane yang kurus itu di dalam genggamannya, dengan sedikit bertenaga.

Aaron juga sedang menghitung, ia juga mengetahui, hubungan mereka hanya tersisa 11 bulan lagi lalu selesai.

Jane digenggam oleh Aaron, tangannya terasa begitu sakit, melihat raut wajah Aaron yang terlihat tidak begitu senang, tanpa menjelaskan ia bertanya, “Direktur Huo, jangan-jangan kamu ingin perpanjang kontrak?"

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu