Back To You - Bab 159 Dia tidak ingin menjadi beban

Jane terdiam di tempat, dia mengamati mobil itu dengan teliti, tak bisa dipungkiri wanita itu memang cantik sekali.

Kedua orang tersebut hanya mesra sekilas lalu berpisah, wanita itu turun dari mobil dan berjalan ke arah Jane.

Namun keduanya tida saling mengenal, jadi ketika melewati Jane, ekspresi wanita itu tidak berubah.

Malah Andrew yang melihat Jane, seketika air mukanya berubah.

Jane mengenali ekspresi itu, waktu itu ketika dia memergoki Tony dan Tiara, ekspresi juga demikian.

Ekspresi ketahuan bersalah.

Jane seperti teringat sesuatu, dia hanya tersenyum ke arah Andrew dan menganggap tidak melihat apapun, kemudian berjalan ke arah kereta.

Namun tiba-tiba mobil Andrew berhenti di sampingnya, Jane juga tidak terkejut, dia menyapa, "Direktur Huo."

Sejak hari Andrew mengatakan kata-kata itu, dia tidak memanggilnya om Huo lagi.

"Kamu tadi......"

"Direktur Huo, aku tidak melihat apa-apa."

Tentu saja Jane tahu Andrew mau mengatakan apa, dia sengaja ngomong begitu, namun ekspresi dia yang berbeda itu sudah menjelaskan semua."

Otak Jane berputar cepat, merasa dirinya seperti tahu sesuatu yang luar biasa, kalau baik-baik dimanfaatkan, mungkin bisa menyelamatkan dirinya.

Meskipun berbuat demikian tidak sesuai etika, tapi siapa suruh dia selingkuh?

Jane merasa jijik dan kesal sekali terhadap pria yang berselingkuh.

Mendengar ini, wajahnya yang tadinya sebal langsung menghilang, dan berkata kepada Jane, "apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan, harusnya kamu tahu jelas kan?"

"Direktur Huo, aku tidak tahu."

Jane berekspresi datar, seolah merasa ini bukan masalah serius.

Dia harus memanfaatkan kelemahan Andrew yang satu ini.

Mungkin ada berguna di nantinya.

"Nona Chu, tak disangka kamu orang yang begitu bodoh."

Andrew turun dari mobil dan berdiri di depan Jane.

Dia tidak termasuk tinggi, hanya lebih tinggi sedikit dari Jane, pandangan matanya ke Jane sama sekali tidak bersahabat.

"Aku malah merasa tidak ada ornag bodoh di dunia ini."

Sebenarnya Jane tidak tahu dia berbuat seperti ini benar atau tidak, tapi bisa dikatakan dia sama sekali tidak punya sesuatu yang bisa dijadikan taruhan.

Karena Aaron benar-benar berselisih sama keluarga gara-gara urusan mereka, bisa dikatakan Jane adalah sebuah beban.

Dia berharap dia punya sesuatu yang bisa dijadikan barter dengan Andrew.

"Apa maumu?"

Andrew pun tidak berkelok-kelok lagi.

Kali ini dia tidak pulang lama, awalnya dia merasa oke saja membawa Selena, tak disangka pas sudah mau dekat-dekat balik ke luar negeri lagi malah kepergok sama Jane, hanya bisa bilang dia terlalu sial.

"Aku......"

"Kalau kamu tidak beberkan, aku akan terima satu permintaanmu, tapi kalau kamu ajuin permintaan menikah dengan Aaron, maka kamu sudah terlalu berani."

Sebelum Jane membuka mulut, Andrew sudah memperingati duluan.

Sebenarnya yang mau Jane ajuin justru satu ini, awalnya dia ingin Andrew menyetujui dia menikah dengan Aaron.

"Kenapa?"

"Kalau hal yang kamu tahu itu diketahui orang lain, hanya menjadi satu masalah kecil bagi aku, tapi kalau kamu menikah dengan anakku, tidak tahu akan berapa kerugian di perusahaan kami."

Andrew berkata secara langsung.

Dia merasa anak miskin seperti Jane ini, tidak terlalu mengerti keuntungan dari pernikahan antara dua perusahaan bagi orang kaya, jadi sudah seharusnya kasih dia sedikit pengetahuan.

"Kalau begitu biar aku pikir-pikir dulu."

Jane berpikir kembali, tadi dia terlalu gegabah.

Kelihatannya mau Andrew menyetujui dia dengan Aaron itu benar-benar berpikir terlalu jauh.

“Oke, asalkan nona Chu ingat saya Andrew adalah pebisnis, dalam melakukan apa pun selalu pertimbangkan modal.”

“Aku tahu.”

Setelah itu Andrew menyodorkan kartu namanya ke Jane dan pergi.

Jane tenggelam dalam pikirannya sambal memandangi kartu nama bertepi warna emas itu.

——

Keesokan harinya setelah selesai beresin barang, Jane pergi ke pabrik Southern.

Keuntungan kerja di pabrik ini adalah jaraknya yang enam terminal dari rumah Jane.

Jane agak tercengang ketika turun dari bus dan melihat sekitaran situ, sebelumnya memang tahu di sini agak terbuang, tapi tidak di duga separah ini.

Jane sampai di pabrik Southern sambil mengikuti alamat yang diberi, Gedung pabrik itu juga bobrok sekali, dengar dari teman kerja yang lain, ini adalah pabrik pertama perusahaan B2C Company, bias di bilang ini benar-benar pabrik terbuang.

Jane sampai di depan pintu pabrik dan melongokkan kepala ke dalam ruangan, seorang bapak tua membuka jendela dan bertanya ke dia, “Dek, ada apa?”

“Siang pak, aku dipindahkan dari kantor pusat ke sini untuk bagian akuntan, nama saya Jane.”

Jane menyimpan handphonenya dan berkata dengan sungkan ke bapak itu.

“Akuntan?” Bapak itu tertawa, “Pabrik ini sudah tidak buka sejak lama, masih perlu akuntan apaan.”

“Tidak buka lagi? Jadi bapak sendiri saja di sini?”

Jane melihat bapak itu, mungkin sudah 60 tahunan, rambut dan kumisnya putih.

“Tidak, masih ada dua orang lagi penjaga pabrik, tapi di pabrik ini juga tidak ada kerjaan, mereka paling sepuluh hari atau setengah bulan datang sekali.

“……”

Bapak itu menatap Jane, berpakaian rapi, juga tidak kelihatan berumur tinggi, dia bertanya dengan baik hati, “Dek, yang penjaga sini rata-rata 50 tahunan yang tunggu pensiun, kamu yang masih muda begini kok bisa dipindahkan ke sini?”

“Karena ada sedikit masalah.”

Jane juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskan, bisa dikatakan keadaan dia khusus sekali.

“Okelah okelah, memang benar kata orang perusahaan besar itu rumit sekali.” Bapak itu keluar dan berkata, “Ayo, saya bawa kamu ke kantor, tapi di sini juga tidak ada yang datang, untuk kedepannya, kamu datang kalau ingin datang saja, kalau ada urusan di luar ya kamu tinggal pergi saja, tidak apa-apa kok.”

Sambil berkata demikian, dia mengambil seonggok kunci dan membawa Jane ke tempat kantor.

Sepanjang perjalanan Jane melihat semua pintu ruangan digembok, bahkan sampai berkarat parah, sekali lihat saja bisa tahu itu sudah lama tidak di buka, sekelilingnya juga penuh dengan rumput ilalang.

Jane mengikuti bapak itu sampai di Gedung kecil yang dua tingkat, bapak itu membuka pintu dan berkata, “Ini tempat kantor administrasi, tapi karena di sini lebih pelosok, jadi tidak ada penghangat, tapi di situ ada penghangat sederhana yang kecil sekali, kamu pakai saja.”

“Terima kasih.”

Kemudian bapak itu memberikan satu kunci ke Jane dan pergi.

Jane meletakkan tasnya dan melihat di luar ada sebuah mobil masuk ke dalam pabrik.

Yang keluar dari mobil itu adalah seorang pria paruh baya, kelihatan sudah 50 tahunan,dengan langkah besar dia masuk ke dalam kantor, tanpa membuka mantel dia langsung bertanya ke Jane, “Kamu pasti Jane yang akuntan baru ya?”

“Iya.”

“Aku ketua pabrik sini, tadi baru dapat pemberitahuan dari atasan katanya senin depan akan ada pemeriksaan, kamu bersihkan dulu, dengar tidak?”

Sambil berkacak pinggang, ketua pabrik itu menunggu jawaban dari Jane.

“Saya sendiri yang bersih-bersih? Bersihkan yang mana?”

Untuk halaman saja sudah tidak kecil, dan ruangan kantor ada 3-4 ruang yang sudah lama sekali tidak di pakai, rumput ilalang di mana-mana, penuh dengan sarang burung, untuk disapu bukannya terlalu besar?”

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu