Back To You - Bab 253 Menggantikan dia untuk menderita

Aaron mengambil earphone tersebut dan mendengarnya, tidak ada suara apa pun.

Ia masuk ke dalam kamar mandi, tampak Jane sedang meringkuk di pojok kamar mandi, tidak berhenti tubuhnya gemetar : “Tidak, tidak, tidak.”

Jane gemetar dan mengatakan tidak, tidak.

“Jane.”

Aaron tidak tahu apa yang didengar Jane, dan mengapa responnya begitu histeris..

Dia ingin memeluk Jane dari belakang, agar dia tidak begitu takut lagi, tapi di saat jari Aaron menyentuh Jane, dia semakin meringkuk.

“Bunuh aku, bunuh aku.”

Jane meringkukkan badan begitu saja, dirinya bagaikan disihir, rekaman suara tadi berhasil mengingatkan dia dengan ketakutannya malam itu, dia sudah tidak bisa membedakan situasi dengan jelas.

Saat Aaron memutar balik badannya dengan paksa, mata Jane tidak berhenti menangis, kedua tangan mendekap kepala dan gemetar.

Dengan tidak tega Aaron memeluk Jane, “Jangan takut, jangan takut, ada aku.”

“Tidak, jangan suntik aku, aku mohon.”

“Iya, tidak suntik.”

Aaron menjawab Jane, wanita yang di dalam pelukannya bersandar dengan masih gemetar.

Dia hanya bisa menghibur Jane seperti ini.

Namun hatinya sakit sekali.

Dia tidak tahu suntik seperti apa itu, sampai membuat Jane setakut ini.

“Sungguh?”

Jane sudah tidak tahu siapa orang yang didepannya ini, mendengar orang tersebut bilang tidak suntik, matanya langsung berbinar.

“Sungguh tidak akan disuntik, tidak akan ada yang bisa menyakiti kamu lagi.”

Aaron memeluk Jane dan menggendongnya kembali ke ranjang, membiarkannya bersandar begitu saja.

Tidak tahu berapa lama kemudian, Jane baru perlahan membaik dan tidak gemetar lagi.

“Aaron, maaf.”

Jane tahu tadi dirinya sudah kehilangan kendali, dirinya sudah mengatakan sesuatu yang parah.

Namun Aaron tidak banyak bertanya, hanya dengan tersenyum ia berkata, “Jangan takut, tiga hari kemudian aku bawa kamu pergi, kita pulang, kamu tidak perlu merasa takut lagi.”

Dia menyibak rambut wanita itu dan mengecup keningnya, perlahan dan lembut.

Sama sekali berbeda dengan ciuman kasar Sergio.

“Hm, Aaron, aku dan dia tidak pernah terjadi sesuatu, semua ini hanya sengaja dia perlihatkan ke kamu.”

Dikecup oleh Aaron, Jane memberikan penjelasan.

“Aku tahu.”

Aaron terus menciumnya, ciumannya ini mewakili kerinduannya.

Mereka baru saja bertemu setelah dua tahun berpisah, belum sempat melepas rindu, Jane sudah dibawa pergi oleh Sergio.

Sebenarnya Aaron tidak ingin melakukan yang lain, tapi memeluk Jane dan mengecup keningnya begini, tubuhnya langsung merespon.

Agar tidak membiarkan Jane merasakannya, dia agak menjauhkan tubuhnya.

“Aku bantu kamu.”

Meskipun dia menghindar, tapi Jane tahu dirinya tidak tahan, sebagai seorang pria dewasa, ia sudah menahan sekian lama, Jane juga tidak tega.

Belenggu di kakinya sangat tidak nyaman, Aaron pun tidak memaksanya, “Tidak masalah, kelak masih ada waktu.”

“Aku juga sudah lama tidak melakukan kewajiban sebagai istri.”

Sambil berkata demikian, Jane inisiatif membantunya.

——

Usai itu, Jane berbaring di atas ranjang, dengan cepat sudah tertidur.

Sebenarnya sebelumnya dia selalu hidup dengan dipenuhi kecemasan, meskipun dia tidak sekamar dengan Sergio, tapi dia juga takut Sergio akan mendadak masuk, jadi tidurnya selalu tidak tenang.

Tapi hari ini, ada Aaron di sampingnya, Jane merasa ketenangan yang tidak pernah ada sebelumnya, dia tertidur dengan bersandar begitu saja ke Aaron.

Melihat Jane tertidur lelap, Aaron tidak tega mengganggu, ia terus menunggu hingga tidurnya nyenyak, baru bangun dan pergi ke kamar Sergio.

Di saat Aaron datang ke kamar Sergio, pintunya tidak tertutup rapat.

Sergio sedang menunggunya.

“Waktu yang singkat namun berharga sekali, bagaimana? Direktur Huo.”

Baru saja Aaron mendorong pintu untuk masuk, sudah terdengar suara Sergio.

Dia duduk di atas sofa kamar, pakaiannya juga tidak dilepas, sepertinya ia duduk semalaman di situ, sengaja menunggu Aaron datang.

“Suntikan apa itu?”

Tanya Aaron secara langsung, ia malas untuk berbasa-basi.

Jarum suntik yang membuat Jane takut seperti itu, sebenarnya apa?

“Heh, hanya barang kecil yang dulu aku temukan, sebagai hukuman untuk orang yang tidak patuh.”

Sergio bangkit berdiri dan berjalan ke hadapan Aaron.

Di hadapannya, pura-pura tersenyum pun Sergio tidak bisa, dia sungguh membenci Aaron.

“Tidak peduli jarum suntik apa itu, aku yang akan menggantikan dia.”

Aaron memang datang dengan tujuan demikian.

Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat ketakutan Jane terhadap jarum suntik itu, tidak tahu suntik apakah itu, yang pastinya sangat menyeramkan.

Bagaimana dia tega membiarkan wanita yang ia cintai merasakan penderitaan seperti itu?

“Kamu?” Sergio membelalakkan mata, seolah sama sekali tidak menyangka Aaron akan berkata demikian, dia menyunggingkan bibir dan tertawa, “Oh iya? Sungguh?”

“Iya.”

Mungkin karena tidak tahu, Aaron tidak takut sama sekali.

“Hahaha, bagus sekali kalau begitu.” Tawa Sergio menyeramkan, ia datang ke hadapan Aaron lagi dan menatap wajahnya, dengan misterius ia berkata, “Aku sungguh benci wajah kamu ini, benci kamu, sebenarnya aku juga tidak tega menyuntikkannya ke dia, kalau memang kamu bersedia menggantikannya, justru bagus sekali, bahkan dalam mimpi pun aku ingin menyuntikkannya ke kamu.”

Sergio senangnya bukan main.

Dengan tidak sabar dia masuk ke dalam dan mengambil sebuah suntik yang kecil sekali, diayunnya ke depan muka Aaron.

“Sebenarnya jarum suntik apa, kamu beritahu yang jelas, asalkan bukan narkoba, aku bersedia.”

Tanya Aaron lagi,

Kalau narkoba, dia pasti tidak akan mau.

“Bukan narkoba, hanya akan sedikit gatal.”

Ujar Sergio sambil tertawa.

Aaron sudah mengerti ketika dia bilang sedikit, maksudnya pasti sangat gatal, sangat menderita.

Ada satu jenis obat cacing yang juga punya efek serupa, tapi kalau ini di suntik ke dalam peredaran darah, pastinya mau digaruk bagaimana pun akan sia-sia.

“Efeknya akan hilang sebelum hari terang bukan?”

“Kenapa? Kamu mau melakukan kebaikan tanpa meninggalkan nama?”

Sergio menoleh menatap Aaron, sambil tangannya memutar jarum tersebut.

“Jangan memberitahunya kalau aku sudah menggantikan dia disuntik, juga berharap kamu bisa menepati janji untuk tidak menyuntiknya.”

“Tentu saja, sebenarnya aku juga tidak tega.” Jawab Sergio sambil tertawa, “Hm, apakah perlu aku mengikat kamu dulu baru suntik?”

“Tidak perlu.”

“Bagus sekali kalau begitu.”

Mendengar Aaron bilang tidak perlu, Sergio senang sekali.

Tapi saat Aaron mengulurkan tangan di hadapannya, Sergio berubah pikiran, dia ragu sejenak dan akhirnya berkata, “Lebih baik aku ikat saja kamu, daripada nanti kamu menyerang aku.”

Biasanya orang yang keracunan akan secara ajaib menjadi kuat, Sergio memberikan saran ke Aaron demi keselamatan dirinya.

“Baik.”

Aaron pun tidak banyak berbicara lagi, serta hanya menyetujui.

Yang ia pikirkan sekarang adalah segera disuntik dan cepat selesai, saat nanti Jane bangun dan membuka mata, dia masih dengan sehat berdiri di sebelah Jane dan berkata, “Selamat pagi.”

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu