Back To You - Bab 259 Melihat yang tidak seharusnya dilihat

“Iya, aku ikut dengan kamu.”

Saat berkata demikian, mata Sergio mengamati apakah ekspresi Jane berubah.

Tapi Jane langsung menjawab, “Baik, kalau begitu, bisakah kita secepatnya?”

Kelihatannya, dia yang saat ini tidak memikirkan tentang Aaron, untuk hal ini Sergio merasa sangat puas.

“Baik, berangkat malam ini juga, kamu siapkan barang bawaan.”

“Iya!”

Jane berlari kecil keluar dari kamar.

Melihat dia keluar, Sergio menutup pintu dan menelepon ke asistennya, “Pesan penerbangan ke kota S besok, dan bantu aku lacak lokasi Aaron.”

“Mohon tunggu sebentar.”

Di balik telepon sana, asisten mulai melacak.

Sepengetahuan Sergio, setengah tahunan ini Aaron sering keluar masuk negara S, kelihatannya datang ke perusahaan Andrew, tapi apa yang dilakukannya, Sergio tidak tahu.

Tentu saja, dia juga tidak tertarik untuk mencari tahu.

Perlombaan sebelumnya, meskipun dia melakukan sedikit kecurangan, tapi Jane berada di sisinya, demikian sudah cukup bagi Sergio.

Sekitar beberapa menit kemudian, asisten di balik telepon tersebut berkata, “Berdasarkan catatan paspor Aaron, harusnya dia belum keluar sejak satu minggu yang lalu masuk negara S.”

“Baik.”

Sergio menutup telepon, hatinya baru lebih tenang.

Dia takut Jane bertemu dengan Aaron, yang dia takutkan bukanlah mereka akan melakukan sesuatu, mengatakan sesuatu, yang ia takutkan adalah mereka tidak melakukan apa pun, hanya satu tatapan mata saja, adalah sesuatu yang tidak bisa Sergio dapatkan seumur hidup ini.

——

Setelah keluar dari kamar Sergio, Jane berlari kecil ke kamarnya, lalu menabrak Claudio di tengah jalan.

“Maaf, Claudio .”

Jane berhenti dan meminta maaf.

Mata Claudio menatap ke bawah, dan berkata dengan meremehkan, “Sudah satu tahun juga tetap tidak diajar dengan baik, kamu memang cocok sekali dengan adikku.”

Dari perkataannya, jelas sekali ia memandang Sergio rendah.

“Kamu berbicara seperti ini, sudah membuktikan dirimu sendiri juga tidak sempurna.”

Ujar Jane secara langsung sambil menatapnya.

Dalam satu tahun ini, sebenarnya dia sudah terbiasa dengan kecuekan Claudio dan ayah Sergio, memang bagi dia ini semua tidak ada hubungan dengannya, tapi kalau memang Claudio sekarang mengatainya, tentu saja dia harus membalas.

Claudio sepertinya tidak menduga Jane akan membalasnya, dia menunjukkan ekspresi yang semakin meremehkan, “Orang miskin seperti kalian hanyalah pencuri, hanya mau mengambil hasil jerih payah orang tanpa melakukan apa-apa, dulu boleh, tapi sekarang tidak akan boleh.”

“Aku sama sekali tidak menginginkan milik kalian.”

Jane masih membalas, dia tahu dirinya akan berdiri lama di sini, ia tidak ingin dirinya diperlakukan begitu saja.

Kalau sudah satu kali berhasil dipijak oleh orang, maka kemungkinan besar selamanya tidak akan berani mengangkat kepala.

“Tidak ingin? Tapi Lio menginginkannya, apakah kamu ingin tahu bagaimana dia bisa punya kedudukan seperti hari ini? Apakah kamu ingin tahu bagaimana dia dulu menjalani hidup di sinI? Apakah kamu ingin tahu……”

“Tidak, aku tidak ingin tahu!”

Jane langsung menyela.

Karena yang dia lihat dari tatapan mata Claudio adalah meremehkan dari lubuk hati terdalam, selain meremehkan, juga ada benci.

“Dia mengunci kakak aku, membulinya, menyiksanya, memaksanya menandatangani pengalihan saham saat mentalnya sudah mulai tidak tahan, kemudian membunuhnya dengan sadis, Lio yang saat itu baru belasan tahun, dalam hatinya ditinggali oleh iblis.”

Jelas-jelas Jane bilang dirinya tidak ingin tahu, tapi Claudio tetap mengatakannya.

Usai berkata demikian, matanya yang menatap Jane semakin bersimpati.

“Aku tidak tertarik dengan ini semua.”

Jane menoleh dan ingin langsung pergi, dia tidak boleh terus mendengarkan Claudio membicarakan ini, serta dia merasa Sergio juga punya sisi baiknya, setidaknya asalkan dirinya menuruti Sergio, maka Sergio tidak akan menyakitinya……

Dan dia sudah tidak punya pilihan lain.

“Orang yang dalam dirinya ditinggali iblis, cepat atau lambat akan dikuasai oleh iblis.”

Meskipun Jane sudah pergi, Claudio masih tetap bicara.

Jane berlari kecil ke kamarnya sambil menutup telinga, lalu berkemas tanpa berani memikirkan apa pun.

Sebenarnya selain pernah menyuntiknya, Sergio tidak pernah melakukan apa pun ke dia, Jane merasa dia seharusnya percaya dengan sisi baik Sergio, dia pasti melakukan semua hal itu karena terpaksa.

Jane mengemas beberapa pakaian, lalu menaruhnya ke depan pintu dan memerintah ke pembantu, Jane pun kembali ke kamar Sergio untuk memberitahu dirinya sudah siap.

Pintu kamar Sergio tidak tertutup rapat, karena buru-buru, Jane langsung masuk tanpa mengetuk.

Di dalam kamar, Sergio tidak memakai baju, baru saja ia hendak mengambil kemeja di sofa.

Dan yang lebih mengerikan lagi adalah di tubuhnya penuh dengan bekas luka, diantaranya banyak sekali merupakan bekas cakaran.

Pantas saja Sergio selalu keluar dengan berpakaian rapi.

Pantas saja Sergio tidak pernah menyentuh Jane, ternyata……

“Maaf!”

Jane tertegun selama lima detik di sana, baru kemudian menutup pintu.

Jantungnya tidak berhenti berdebar, seolah sudah mau meloncat keluar dari tenggorokan.

Jane tidak pernah menyangka tubuh Sergio seperti itu, sebenarnya apa yang dia alami?!

“Masuk saja.”

Mendengar suara Sergio dari dalam sana, nada bicaranya tidak berubah, Jane masih tidak yakin apakah Sergio marah.

Didorongnya pintu masuk, Sergio sudah memakai kemejanyanya, bekas luka yang tidak enak dilihat pun sudah ditutup.

“Maaf, aku lupa mengetuk pintu.”

Meskipun ditutup oleh baju, Jane tetap masih bisa mengingat bekas luka tadi, dalam hatinya sakit sekali, bahkan agak tidak tega.

“Ini?”

Sambil berkata demikian, Sergio mulai membuka kancing bajunya, hanya membuka satu, bekasnya langsung tampak!

“Tidak masalah, siapa juga yang tidak punya sedikit rahasia, aku tahu kamu tidak ingin memperlihatkannya ke orang lain, aku anggap tidak pernah lihat dan tidak tahu saja.”

Jane mengenggam tangan Sergio.

Bicaranya sangat tenang, sambil menatap matanya, ekspresinya sama sekali tidak tampak takut.

“Tidak salah memang little Jane aku.”

Melihat Jane yang seperti ini, hatinya pun jadi tenang, ekspresi yang tadinya agak suram pun hilang.

“Oh iya, aku sudah selesai berkemas, siap berangkat kapan saja.”

Jane mengalihkan topik, pembicaraan tadi terlalu kelam, sama sekali tidak bisa dilanjutkan.

“Iya, ayo jalan.”

Sergio tidak perlu berkemas, semua barangnya lengkap di kota A.

Baru saja keduanya keluar, tampak Claudio berdiri di lorong, melihat Jane dan Sergio keluar bersama, tampak sekali mereka akan bepergian, Claudio pun bertanya, “Wah, mau kemana ini?”

Satu tahun ini Sergio tidak pernah membawa Jane keluar.”

“Tidak ada hubungannya dengan kamu.”

Usai menjawab begitu, Sergio langsung membawa Jane pergi.

“Aku juga tidak ingin peduli, hanya saja ayah menyuruh aku memberitahu kamu, harga saham di perusahaan kamu belakangan ini agak tidak normal, suruh kamu hati-hati.”

“Dia masih punya waktu untuk peduli sama aku?”

“Dia hanya peduli sama uang.”

Claudio langsung pergi setelah bicara begitu.

Untuk soal bisnis, Jane tidak pernah ikut campur, dia tidak banyak bertanya, Sergio juga tidak bercerita.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu