Back To You - Bab 255 Tidak bisa membawanya pergi

Keesokan paginya, Jane tidur dengan nyenyak sekali.

Ia membuka mata, dan menatap Aaron yang tidur di sampingnya, merasa puas sekali.

Hari-hari dimana ia bisa melihat Aaron ketika bangun tidur, benar-benar jauh sekali darinya.

Sekali Jane bergerak, Aaron pun terbangun, ditatapnya wanita di depannya ini dan berkata dengan berseri-seri, “Selamat pagi.”

“Selamat pagi.”

Jane mendekatkan diri dan mengecup kening Aaron.

Melihat mata panda Aaron dan wajah yang tampak lesu, ia pun bertanya, “Kamu tidak tidur nyenyak? Apakah semalam aku berisik sehingga kamu tidak bisa tidur?”

“Tidak, kamu terlalu lama tidak di samping aku, jadi aku tidak rela mau tidur.”

Kebohongan manis dari Aaron berhasil menutupi kejadian semalam.

“Harus istirahat yang cukup.”

Sepertinya Jane tidur nyenyak, sehingga cara berpikirnya pun jadi baik.

Bahkan seolah merasa dua hari kemudian Aaron pasti akan menang dari Sergio, kemudian membawanya pergi.

“Hm.”

Aaron mengangguk, lalu menarik Jane ke dalam pelukannya.

Meskipun di dadanya masih sedikit terasa sakit, tapi tidak ia katakan.

Keduanya baring bersama sampai jam sepuluh, pembantu datang mengetuk dan berbicara di balik pintu, “Nona Chu, tuan muda menyuruh anda ke kamarnya.”

Mendengar perkataan pembantu, tangan Jane tersentak.

Dia takut sekali, baru ia ingat ketenangannya satu malam ini, ia dapatkan dengan mengorbankan dirinya disuntik.

“Aku antar kamu ke sana.”

Aaron bangkit berdiri dan mengganti pakaian.

Setelah Jane juga sudah mengganti pakaian, keduanya pergi ke kamar Sergio bersama.

Awalnya Jane ingin mengetuk pintu, namun Aaron malah langsung membuka pintu dan menarik Jane masuk.

“Direktur Huo, apakah ini karena semalam kamu terlalu bergairah, jadi hari ini tampak letih sekali?”

Sergio melihat Aaron jelas-jelas tampak lesu, sudah hampir tidak bisa berdiri stabil, tapi masih memaksakan diri untuk mengantar Jane datang, maka ia sengaja berbicara seperti itu.

“Heh.” Aaron tidak menjawabnya, dan hanya mengatakan, “Aku harap dua hari kemudian, wanitaku tidak ada luka apa pun.”

Saat berbicara demikian, tatapan matanya Sergio sangat tajam.

“Sampai ketemu dua hari kemudian.”

Sergio juga tidak banyak berbicara, hanya menarik Jane ke dekatnya.

——

Dua hari bagaikan dua tahun Jane jalani, setiap hari dia khawatir Sergio mengungkit soal menyuntik dengan dirinya, tapi Sergio malah tidak mengungkitnya sama sekali.

Sampai dua hari kemudian Sergio membawanya ke lapangan tembak di pinggiran kota.

Perlombaan mereka sangat sederhana, hanya melihat siapa yang mendapat poin tertinggi.

Dalam tiga babak.

Di bangku penonton hanya ada dia sendiri, dari jauh tampak Aaron dan Sergio sedang merundingkan sesuatu.

Sepasang matanya terus menatap Aaron, dia berjalan ke mana maka matanya mengikuti ke mana.

Tidak lama kemudian perlombaan dimulai.

Aaron pertama, dan Sergio kedua.

Setelah babak pertama selesai, poin Aaron dan Sergio pun keluar, kebetulan sekali keduanya mendapat poin yang sama.

Usai istirahat sebentar, babak kedua dimulai.

Di babak kedua, meskipun poin di setiap sesinya berbeda, tapi jika dijumlahkan tetap sama.

Kebetulan seperti ini tidak pernah ditemui oleh siapa pun.

Setelah babak kedua berakhir, Sergio menyuruh orang memanggil Jane.

Jane berdiri di antara mereka berdua, dan Sergio tiba-tiba berkata, “Direktur Huo, bagaimana kalau kita main yang seru saja.”

“Apa?”

Tanya Aaron.

Sergio memerintah untuk mendekatkan papan sasaran, lalu menarik Jane berdiri di depannya, setelah mengatur tingginya, papan tersebut tepat di dekat leher Jane.

“Berdiri yang benar.”

Perintah Sergio ke Jane.

“Apa yang ingin kamu lakukan?”

Jane agak kebingungan, tapi dia sepertinya bisa menebak apa yang mau dilakukan Sergio, singkatnya yaitu ingin dia menjadi papan sasaran .

“Direktur Huo, jarak yang dekat sekali, lingkaran kesepuluh gampang sekali bukan, lingkaran kesembilan juga tidak apa-apa, tapi kalau lingkarann kedelapan……”

Sambil berkata demikian, Sergio menatap ke arah Jane, Jane berdiri tepat di depan papan sasaran , kalau lingkaran kesembilan sampai sepuluh dia masih tidak apa-apa, tapi kalau sampai lingkaran kedelapan, Jane pasti akan mati atau terluka, kecuali menembak ke arah kiri sedikit.

Terutama sebelah kanan adalah leher Jane, kalau kena leher, Jane pasti mati.

“Aku tidak setuju!”

Bagaimana mungkin Aaron setuju mempertaruhkan nyawa Jane.

“Direktur Huo, kalau kamu tidak setuju, mungkin aku tidak perlu berbicara lebih detail lagi.”

Sambil berkata demikian, mata Sergio menatap Aaron, mengisyaratkan apa yang ingin ia katakan.

Sebenarnya Aaron juga tahu, yang bisa ia katakan dan ancam ke Aaron, yaitu memberitahu Jane dirinya menggantikan Jane disuntik malam itu.

“Perlombaan antar pria, untuk apa kamu melibatkan wanita?”

Tapi, Aaron tetap tidak setuju.

“Direktur Huo, dari dulu seperti ini, bukan kamu akan semakin fokus kalau ada dia?” Tanya Sergio, kemudian ia berdiri tegak dan berkata, “Aku mulai dulu.”

Melihat Sergio mengangkat pistol dan membidikkan arahnya, Jane kaget bukan main.

Kalau melenceng sedikit dan mengenai leher, dia pasti akan mati.

“Jangan bergerak sembarangan, kalau tidak nyawamu akan hilang.”

Ujar Sergio.

Dengan pistolnya ia memfokuskan arah ke Jane, belum membidik.

“Kalau seperti ini dia pasti akan menghindar!”

Aaron sungguh marah sampai tidak mampu berkata-kata, sekarang dia semakin merasa Sergio adalah orang gila, dia malah bercanda dengan nyawa Jane.

“Kalau begitu ikat saja dia, tutup matanya dan taahn kepalanya.”

Ini pertama kali Sergio menggunakan manusia sebagai sasarannya, setelah Aaron berkata demikian, dia merasa benar juga.

Setelah semuanya sudah dipersiapkan, Sergio baru membalikkan badan, lalu berkata kepada Aaron, “Setelah waktunya mulai, lebih baik jangan mengganggu aku, kalau tidak, orang yang mati bukan aku.”

Usai itu, didorongnya Aaron.

Mata Jane ditutup, dia menyadari tidak bisa melihat malah dirinya semakin takut, tapi satu badannya diikat tanpa bisa bergerak sedikit pun.

“Dorrr!”

“Dorrr!”

“Dorrr!”

Tiga tembakan.

Meskipun Jane merasa takut, tapi setelah tiga tembakan ini, tubuhnya tidak merasa ada yang sakit atau menderita, mungkin tidak ada peluru yang mengenainya.

Jane pun menghembuskan nafas lega.

Setelah Sergio selesai, selanjutnya adalah Aaron, Jane percaya seratus persen terhadap Aaron.

Dia percaya Aaron pasti tidak akan melukainya.

Jadi dia santai sekali.

Tidak lama kemudian, ia mendengar suara Aaron dari tidak jauh, “Jangan takut.”

Jane tidak berbicara, hanya menyunggingkan bibir menunjukkan senyuman lebar, termasuk bentuk keyakinannya terhadap Aaron.

“Dorrr!”

“Dorrr!”

Dua tembakan kemudian, Jane semakin lega, bahkan dia merasa setelah satu tembakan lagi, dirinya sudah bisa membuka tutupan matanya dan pulang bersama Aaron.

“Dorrr!”

Bunyi tembakan ketiga.

0,1 detik setelah suara tembakan, Jane merasa bahunya mati rasa, kemudian rasa sakit yang mengalir ke tubuhnya.

“Jane!”

Terdengar suara Aaron.

Serta suara kegaduhan di sekitar.

Jane tahu, tembakan Aaron meleset, apakah berarti Aaron kalah?

Apakah Aaron akan dibunuh oleh Sergio?

Mengingat ini semua, Jane tidak bisa bergerak karena diikat, saat ini kekhawatiran melebihi rasa sakit di badannya.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu