Back To You - Bab 156 Orang miskin seperti kalian selalu pakai perasaan

Aaron melihat wajah Christy yang masih ada bekas air mata, dia langsung menarik tangannya dari Christy.

Melihat Aaron begitu, Christy juga pura-pura tidak peduli, “Kak Aaron, kamu lapar? Aku sudah suruh buatin bubur, kamu makan sedikit ya?”

“Mana Jane?”

Aaron tahu Jane juga terluka, tapi tidak tahu parah atau tidak, karena sebelumnya hanya melihat bahu Jane berdarah banyak.

“Kak Aaron......” Mendengar Aaron mengungkit dia, ekspresi Christy langsung kecewa, “Kamu saja sudah begini, apa tidak bisa perhatiin dirimu sendiri saja, kenapa masih harus perhatiin dia?”

“Mana dia?”

“Dia Cuma luka sedikit saja di luar, sedangkan kamu sampai luka di ginjal dan jantung loh, sampai operasi 6 jam lagi.” Christy sangat tidak senang, lalu dengan sengaja dia berkata lagi, “Aku menemani kamu semalaman sampai tidak berani memejamkan mata itu bukan demi kamu sekali bangun langsung perhatiin dia.”

Sebenarnya semalam dia tidur nyenyak, malah Jane yang tidak tidur semalaman.

Jadi Christy yakin sekarang Jane pasti masih belum bangun.

Namun Jane yang baru tidur sebentar, mendapat telepon dari William, bilang kalau urusan di kantor polisi sudah selesai, tapi pagi in polisi datang lagi dan berharap Jane bisa ikut ke kantor untuk buat catatan juga.

Jane tadinya tidur dengan tidak nyenyak, tapi mau tak mau harus bangun.

Awalnya ingin langsung ke kantor polisi, tapi Jane juga khawatir dengan Aaron, tidak tahu dia sudah bangun apa belum.

Setelah berpikir sejenak, akhirnya Jane tidak bisa menahan untuk tidak ke kamar Aaron dulu.

“Selamat pagi.”

Belum sampai di depan pintu, dia sudah bertemu dengan Andrew di depan lorong.

“Selamat pagi Om Huo.”

Karena Andrew kemarin datang bersama dengan Stephy, ditambah lagi pakaian jasnya dan pembawaannya yang berwibawa, Jane baru mengambil kesimpulan ini pasti ayah Aaron.

Sebelumnya Aaron kena masalah yang begitu besar, wajar saja kalau sampai ayahnya pulang.

“Aku pernah selidik, ayah kamu meninggal kecelakaan 6 tahun yang lalu, ibumu juga sudah tidak bekerja, ada satu adik cowok yang lagi kuliah, pengeluaran di keluarga pasti mengandalkan uang ganti rugi untuk ayahmu kan.”

Andrew langsung menjelaskan keadaaan keluarga Jane dengan jelas tanpa basa basi.

“Iya.”

Jane menjawab dan sudah bisa menebak apa yang mau dikatakan Andrew.

“Keluarga kamu baru beli rumah di belakangan ini, dan uang itu dari anakku, sebelumnya kalian menikah karena tanggal lahir kalian cocok seperti yang ayah saya pesankan, kalian menikah satu tahun, dan kasih kamu 500 Won.”

“Iya.”

Terhadap Andrew yang menyelidiki semua keadaan dia dengan jelas, Jane pun tidak bisa membantah, hanya bisa mengakui saja.

“Aku harap kamu mengerti, dengan nilai harga dirimu yang seperti ini, anak aku kasih kamu 500 Won, semuanya karena kenangan masa lalu, harusnya kamu sendiri tahu jelas kamu pantas apa tidak untuk harga ini, tapi soal yang sebelumnya aku tidak ungkit lagi.

Kalau memang Andrew bisa menyelidiki Jane dengan jelas, maka dia pasti tahu hal kecil antara Aaron dan Jane ketika kuliah.

“......”

“Orang miskin seperti kalian selalu suka memakai perasaan, tapi kami pembisnis, yang dilihat hanya keuntungan, kalau kamu masih ada harapan yang tidak akan menjadi kenyataan terhadap keluarga Huo, ataupun status nyonya Huo ini, silakan tarik kembali, kalau tidak maka aku akan minta kembali apa yang kamu dapatkan sebelumnya.” Selesai berkata demikian, melihat Jane masih terdiam, dia berkata lagi, “Yang mau aku katakan Cuma ini saja.”

Bisa dikatakan meski tujuan Andrew dan Stephy sama, tapi cara mereka berbeda sama sekali.

Dia mengatakan semuanya dengan langsung, tanpa berkelok-kelok.

“Aku tahu, aku tidak pantas untuk keluarga Huo kalian, aku masuk lihat Aaron sebentar saja lalu aku akan pergi.”

Jane terdiam di tempat.

Kalau sebelumnya Aaron tidak ikut campur, mungkin dia masih merasa dirinya masih ada sedikit kesempatan.

Tapi Andrew saja sudah ngomong demikian, apalagi yang bisa dia katakan?

“Oke.”

Andrew juga tidak banyak panjang lebar, dia sudah mengatakan apa yang mau ia sampaikan.

Kemudian dia pun membalikkan badan pergi.

——

Jane sampai di kamar Aaron, belum sempat masuk dia mendengar suara Christy.

“Kak Aaron, aku kupas apel buat kamu ya, kamu makan kan?”

Tapi dia juga tidak peduli terlalu banyak, lagian kali ini William yang menghubungi Aaron, soal Aaron terluka tetap tidak bisa lepas dari mereka keluarga Chu.

Jane masuk ke dalam ruangan, pas kebetulan Aaron melihat dia.

“Ka, kamu sudah bangun.”

Jane berdiri di depan pintu.

“Nona Chu, kenapa kamu.......”

“Chritsy kamu keluar dulu.”

Belum selesai Christy ngomong, sudah dipotong oleh Aaron.

Dia tidak menduga, langsung dia terdiam dan menatap Aaron dengan tidak rela.

Apalagi yang temani dia semalaman itu Jane, kalau Jane ngomong, bukannya kebohongan dia akan terbongkar?

“Kak Aaron......”

“Keluar.”

Pas Christy hendak membantah lagi, Aaron menatap dia dengan pandangan memperingati.

Akhirnya dia lebih baik keluar dengan tanpa berdaya.

Hanya saja pas melewati Jane, Christy memberikan pandangan menusuk ke Jane.

Sampai Christy keluar, Jane baru berkata, “Maaf, semua gara-gara keluarga kami, kamu jadi terluka.”

“Lebih baik dia melukai aku daripada melukai kamu.” Aaron melambaikan tangan dan berkata, “Sini.”

Melihat Aaron menyuruhnya mendekat, dia membeku sejenak, dia ingin sekali mendekat, tapi perkataan Andrew sebelumnya masih terngiang di kepalanya.

Melihat Jane masih diam di tempat, Aaron berkata lagi, “Aku sekarang tidak bisa bergerak, kalau tidak aku yang akan ke sana.”

“Aku yang ke sana.”

Sekali mendengar ini, Jane langsung mendekat ke tepi ranjang Aaron dalam beberapa langkah, melihat balutan luka di pinggang Aaron hatinya jadi sakit.

Dia menunjuk luka Aaron dan bertanya, “Pasti sakit banget ya, maaf.”

Melihat luka dia Jane langsung meminta maaf, karena selain minta maaf, dia tidak tahu apa lagi yang bisa dia lakukan.

“Sudah tidak sakit.”

“Baguslah kalau begitu.”

Aaron mengulurkan tangannya membuka leher baju Jane dan melihat balutan di bahunya, “Lukanya parah?”

Jane tidak menyangka Aaron menyuruhnya mendekat untuk melihat luka dia, segera dia menggeleng, “Tidak sakit, aku Cuma luka luar saja.”

“Baguslah kalau begitu.”

Aaron mengulangi perkataan Jane.

Jarak keduanya dekat sekali, saat Jane mengangkat kepala dilihatnya pandangan Aaron yang penuh kasih sayang.

Seketika wajahnya langsung memerah.

“Semalam kamu yang temani aku di luar ruang operasi, iya kan?”

Aaron tahu, Jane pasti akan menemani dia, dan terhadap perkataan Christy sebelumnya dia Cuma setengah percaya setengah tidak.

“Iya, aku selalu temani kamu infus di ruang pasien, lalu......lalu aku ngantuk dan gantian ibumu dengan yang lain......”

Jane juga tidak enak bilang Christy dan Stephy yang mengusir dia.

Melihat wanita ini berusaha tidak merusak hubungannya dengan Stephy, Aaron mengusap wajah mungil wanita di depannya dan berkata dengan penuh perasaan, “Istriku sayang, aku kangen.”

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu