Back To You - Bab 158 Andrew dan wanita itu lagi......

Saat Jane sampai di rumah, William dan Anita ada di rumah.

“Bagaimana keadaan kakak Huo?”

Sekali dia masuk, yang pertama William cemaskan adalah Aaron.

Apalagi hari itu Aaron terluka parah.

“Sudah dioperasi, masih harus istirahat dua hari lagi.”

Perasaan Jane masih kesal karena soal dipindahin.

Meskipun sekarang ibunya sampai di usia terima gaji pensiun, tapi itu juga tidak banyak, William juga masih kuliah, uang kerja part time dan beasiswa yang dia dapat masih bisa menanggung biaya hidupnya sendiri, tapi biaya kuliah masih jadi salah satu tekanan batin juga.

Di saat ini, Jane sungguh merasa bersyukur Aaron ada kasih uang ke dia tahun lalu, kalau tidak mungkin untuk biaya makan keluarga saja sudah tidak ada.

“Kak, kamu nyalahin aku tidak, hari itu aku benar-benar tak punya cara lain lagi, jadi baru pakai komputer kamu kirim email ke dia.”

William juga bermaksud baik, Jane menepuk-nepuk pundaknya, “Tidak, mungkin kalau dia tidak datang, Tony benar-benar akan melakukan sesuatu yang lebih parah.”

“Itu......Kak, keluarga Huo tidak baik ya sama kamu? Kalau mereka tidak senang sama kamu, jangan bersama kakak Huo lagi, tunggu aku lulus, biar aku yang tanggung kamu sama ibu.”

Kata william sambil menepuk dada.

“Siapa yang bilang ke kamu? Ini urusan aku sama dia, kamu anak kecil jangan ikut campur.”

Jane pura-pura tertawa dan menggantung mantelnya, ingin menghindar.

Tidak peduli masalah pekerjaan atau masalah keluarga Huo, Jane selalu merasa itu adalah urusannya sendiri, harusnya dia sendiri yang menyelesaikan, bukannya malah membuat William dan Anita ikut tertekan.

“Kakak.” William menahan Jane, “Kamu ingat kakak kelas yang dulu aku bilang itu? Hari itu dia habis lihat foto kamu, bilang kalau Aaron itu kakak sepupunya, lalu bilang keluarga Huo tidak baik sama kamu.”

“Kakak kelas? Adik sepupu Aaron?”

Jane mengernyitkan dahi.

Dia teringat sebelumnya William sempat ungkit satu kakak kelas, dan hubungan keduanya lumayan baik, dan dari gelagat William kelihatan dia suka sama kakak kelas itu.

“Iya, namanya Putri, dia bilang dia pernah ketemu sama kamu.”

Mendengar nama ini Jane langsung teringat.

Saat nenek Huo keluar rumah sakit, dia pernah bertemu sama cewek rambut pendek itu, tidak seperti orang keluarga Huo yang lain, sikap Putri ke dia sangat baik.

“Oh dia toh......”

“Tuh kan, kakak masih ingat sama dia kan? Menurut kamu dia bagaimana? Karena motivasi dari kamu, aku sudah nyatain perasaan ke dia, dan dia bilang mau pertimbangkan dulu.”

Pas ngomong begitu muka William yang ganteng itu agak memerah, benar-benar seorang cowok yang lagi berbunga-bunga.

Tapi mendengar ini, Jane teringat Putri adalah adik sepupu Aaron, dia pun bertanya, “Keluarga mereka, kaya juga?”

Jane tidak terlalu tahu ada keluarga mana saja yang konglomerat di kota A.

Tapi kalau keluarga Putri juga kaya, takutnya kalaupun orang tuanya tidak seperti Stephy pun pasti tidak berbeda jauh.

Pasti akan mempersiapkan rencana sendiri untuk masa depan Putri.

Jane tidak mengerti, kota A begitu besar, begitu banyak cewek lain, kenapa William sukanya sama adik sepupu Aaron?

“Mungkin bukan? Aku juga tidak tahu jelas, dia tidak pernah ngungkit.”

“Ohya.”

Jane teringat, pas kuliah dulu Aaron juga tidak mengungkit soal keluarganya, dia yang waktu itu dengan polosnya mengira Aaron hanya orang biasa saja, tentunya orang biasa yang hebat.

Siapa yang mengira dia ternyata anak konglomerat, dan nantinya bakal jadi direktur.

“kak, atau tidak aku tanya dia, kalau keluarga dia juga yang kayak sekali, aku akan bilang ke dia kami lebih baik jadi teman saja.”

William tahu apa yang dikhawatirkan Jane.”

Jane tidak pernah mengatakan apa-apa di rumha, selalu menunjukkan muka baik-baik saja, tapi dia sedikit banyak ada mendengar sesuastu, termasuk soal Stephy memfitnah ibunya mau membohongi uang itu.

Jane berdiri agak lama di situ, dengan berat hati dia bilang sama William, “Mumpung masih berupa benih, lebih baik di musnahin saja.”

Dia sekarang sudah terjebak di dalam, dia tahu keluarga seperti mereka, ingin bergabung ke dalam keluar seperti ini sulit sekali.

Bisa dikatakan akan menjadi tekanan batin, dan pada ujungnya belum tentu berakhir dengan baik.

Apalagi dia yang seorang cewek, William itu cowok, belum tentu akan disemport kata-kata pedas.

"Iya, aku sudah mengerti kak."

William mengangguk dengan sangat berat hati.

"Maaf." Melihat William begitu, Jane juga sangat tidak tega, tapi dia tetap berkata, "kakak cuma tidak mau kamu mengalami apa yang pernah kakak alami."

"Iya, aku tahu kamu demi kebaikan aku."

Seusai ngomong begitu, William kembali ke kamarnya.

Dari belakang tampak kecewa dan sedih.

——

Keesokan harinya, Jane pergi beresin barang di B2C Company dulu, lalu sorenya pergi ke pabrik Southern.

Baru saja masuk ke kantor, Margery menyeledek, "Eh, iri banget kamu bisa ke pabrik Southern, dengar-dengar sana tidak banyak kerjaan, santai saja sepanjang hari."

"Kalau begitu aku bilang sama atasan, kamu gantiin aku?"

Jane langsung menyeletuk.

"Aku sih ingin gantian sama kamu." Margery duduk di kursinya sendiri, melihati Jane membereskan barangnya, tapi aku tahu diri, tidak bakal godain orang yang bukan satu kelas sama aku , tentu saja aku tidak akan ketemu masalah seperti ini."

Dari awal Margery sudah merasa tidak adil karena Aaron tertarik dengan Jane, kali ini Jane di pindahin, orang yang paling senang ya dia.

"Kak Jane, ka, kamu masih bakal balik lagi kan?"

Daisi datang dengan sedikit berlari, lalu membantu Jane beres-beres, dia tampak tidak rela.

Dia karyawan baru, di dalam kantor sini paling akrab sama Jane saja, dan sekarang dia akan pergi, tentu saja Daisy tidak rela.

"Siapa yang akan tahu."

Jane sebenarnya tidak tahu siapa yang memindahkan dia ke pabrik cabang, pasti bukan Aaron.

Jadi yang paling ada kemungkinan adalah Andrew.

Karena sebelumnya dia pernah dengar juga, pas Aaron di tangkap ke sel penjara, semua pekerjaan diserahkan ke asistennya, tapi setelah Andrew pulang, dia langsung mengambil alih urusan perusahaan.

Setelah Jane selesai membereskan barangnya, Daisy juga mengantar dia keluar.

Pas di dalam lift, Daisy merangkul lengan Jane, "Kak Jane, sebenarnya aku sungguh senang sama kamu, aku berharap banget kamu bakal balik lagi, tunggu agak lama nanti aku coba ungkit hal ini sama manager Xue, lihat bisa kasih kamu balik sini lagi apa tidak, seingat aku dia lumayan senang sama kamu."

"Terima kasih Daisy, aku terima niat baikmu." Karena tangannya penuh dengan bawaan, jadi dia hanya bisa tersenyum ke Daisy, "Sebenarnya ini bukan cuma masalah aku sendiri, alasan di baliknya terlalu rumit."

"Aku pasti bakal kangen banget sama kamu."

Setelah berpisah dengan Daisy di lantai bawah, Jane melihat ada satu mobil sedan hitam berhenti di depan.

Jane melihat yang duduk di tempat pengemudi adalah Andrew, dan di sampingnya ada seorang wanita cantik, dan mereka sekarang dekat sekali, kelihatan sangat mesra.......

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu