Back To You - Bab 153 Darah mewarnai setengah bahunya

Tony memakai mantel berwarna hitam hari ini, Jane mengenali mantel itu, karena itu dibeli ketika Tony menikah.

Hanya saja sekarang tampak tua dan kucek, sekali lihat bisa langsung tahu sudah lama tidak disetrika, bahkan mungkin cuci pun tidak pernah.

“Selesain secara pribadi?” Tony mengamati sekeliling rumah baru ini, “Pintar ya kamu sekarang Jane, ikut Aaron, bisa beli rumah sebesar ini, bagaimana? Dia sekarang lagi bermasalah, kamu berencana ganti cowok lagi?”

Tony tidak tahu kalau Aaron sudah keluar dari penjara.

Dia memang tahu Aaron masuk penjara, dan juga dengar dari Jackson kalau Jane beli satu rumah di komplek ini, jadi dia baru mengincar ke sini.

Kemarin kebetulan dia melihat Anita pulang dan membuntuti dari belakang, barulah dia bisa tahu alamat detailnya rumah Jane.

“Kakak aku mau bagaimana itu tidak ada hubungannya dengan kamu! Keluar kamu!”

Sambil berkata demikian William berniat maju menonjoknya.

Tapi Anita segera menarik dia dari belakang, “Jangan wil, ini urusan kakak kamu, kamu suruh kakakmu keluar.”

Sebenarnya Anita tidak tega anak cowoknya terluka, melihat pisau di tangan Tony, dia khawatir pisau itu akan melukai William.

"Ibu, mana mungkin kakak aku bisa melawan dia? Kalau misalnya dia......"

"Kalian masuk ke dalam! Ini urusan aku berdua dengan Tony."

Melihat Tony seperti sekarang ini, Jane bensr-benar merasa Tony sudah tidak takut apa pun lagi.

Anita juga menarik William masuk ke kamar Jane.

"Ibu!"

"William!"

Terjadi perbedaan pendapat antara William dan Anita.

William hanya ingin maju meninju Tony dan mengusir kan, meskipun harus terluka juga tidak apa-apa, tapi Anita malah merasa setidaknya mereka dulu pernah jadi suami istri, bakal bagaimana lagi coba?

"Masuk ke dalam!"

Jane mendorong William dan Anita masuk ke dalam, ditambah lagi Anita juga sambil menarik William, pas mereka sudah masuk ke dalam, Jane langsung mengunci pintu dari luar, lalu menyimpan kunci itu ke sakunya.

Dengan begini William dan Anita tidak akan bisa keluar, tapi Tony juga untuk sementara tidak akan bisa masuk.

William yang di dalam rumah karena tidak punya handphone jadi tidak bisa lapor polisi, tapi dia menyadari laptop Jane yang ada di atas meja, dari alamat email yang belakangan ini dihubungi dia menemukan email Aaron, segera dia mengirim email memberitahu Aaron masalah di sini, dan memberitahunya alamat rumah mereka.

Sebenarnya William juga tidak yakin Aaron sudah dibebaskan apa belum, tapi lebih mencoba daripada tidak.

——

Sedangkan saat ini di luar pintu sama, Jane sendiri menghalangi pintu kamar dan tidak mau pergi, apalagi lihat dari kejadian tadi sepertinya gampang sekali buat Tony membuka kunci pintu ini.

"Jane, kamu masih tahu kalau ini urusan kita berdua? Dasar pembawa sial, aku rasa orang yang nikah sama kamu pasti tidak akan berujung baik!"

Tony sekarang sudah tidak punya apa-apa, menurut dia ini dimulai sejak dia bercerai dengan Jane.

"Tony, jelas-jelas semua ini kamu yang cari masalah sendiri, yang waktu itu selingkuh itu kamu, datang mencari aku di rumah Aaron dan mempersulit aku juga kamu, semuanya itu adalah perbuatanmu, kenapa salahin aku?"

"Tidak nyalahin kamu? Coba kamu kasih tahu aku, sekali cerai sama aku kamu langsung bersama Aaron , bukankah dari awal kalian sudah bersama? Kalau bukan karena kamu bersama dia, emangnya aku bakal melakukan ini semua? Aku tahu aku diselingkuhi, dan masih harus bersabar?"

Sampai saat ini, Tony masih menyalahkan segalanya ke jane.

Sebenarnya sebelumnya justru karena dia tidak bisa menahan emosi kalau "barang" yang dia sudah tidak mau diambil sama orang tanpa memberitahu dia dulu, dan orang yang mengambil itu lebih baik dalam berbagai hal dibandingkan dia.

“Dulu aku sudah bilang, aku dan Aaron itu ketemu setelah cerai, terserah kamu mau percaya apa tidak.”

Perkataan ini sudah dia katakan berkali kali, tapi Tony tetap tidak percaya.

Sambil berkata demikian, Jane meraba handphone di sakunya dan ingin memencet 110 lapor polisi.

“Hantu yang bakal percaya sama omongan kamu! Berdasarkan apa Aaron tertarik sama barang bekas seperti kamu? Kalau bukan kamu menggoda dia, berdasarkan apa dia mau sama kamu?”

Pas ngomong begitu Tony melihat Jane menatapnya dengan gugup dan tangannya ada di dalam saku, seperti lagi bergerak……

“Sudah aku bilang terserah kamu mau per……”

“Ngapain tangan kamu?”

Belum selesai perkataan Jane, Tony sudah maju mendekati dia dan mecengkram tangannya, memaksa dia untuk mengeluarkan tangannya, handphonenya pun ikut jatuh keluar dan tampak tampilan angka 11 yang baru dipencet.

“Kamu mau lapor polisi? Sialan kamu!”

“Praakkkkk!”

Tony menekan Jane ke pintu dan mendaratkan satu tamparan.

Karena takut masuk penjara lagi, tenaga Tony jadi kuat sekali, satu tamparan itu langsung meninggalkan bekas lima jari di wajah Jane, seketika membengkak.

“Kakak!”

William yang di dalam kamar tidak hentinya memukul-mukul pintu dan mendobrak.

“Jane, kamu tanya dia mau apa, kalau punya kita langsung kasih dia saja.”

Sekejap Anita agak menyesal tadi hanya melindungi William dan sekarang membuat Jane berada di posisi yang membahayakan.

“Aku mau apa? Mau uang! Kalau tidak kasih aku ratusan Won, jangan harapa aku pergi!”

Dari dulu Tony tahu keluarga Jane sangat miskin sekali.

Jangankan beli rumah, sewa rumah saja uangnya tidak cukup, tapi sekarang malah sudah bisa beli rumah, pasti Aaron kasih dia banyak uang, dia mau mengambil bagian dari uang itu.

“Uang aku kasih.”

“Dimana? Ambil!”

“Di sana.”

Jane menunjuk tasnya.

Tony mengambil tas itu dari sofa dan dilemparnya ke depan Jane, “Uang, kartu ATM, kasih semua, kalau kamu berani sembarangan, langsung kuhabisi kamu, lalu masuk ke dalam bunuh adik dan ibumu! Asal kamu tahu saja aku sekarang tidak takut apa pun, lagian selain nyawa aku sama sekali tidak punya apa-apa sekarang.

DIa ngomong begitu dengan wajah mendendam.

Karena berita Tiara selingkuh sudah tersebar di seluruh komplek, pekerjaannya sudah hilang, sekarang dia sungguh tidak memiliki apa pun.

“Kasih kamu, semuanya kasih kamu, cepat pergi kamu!”

Jane melempar semua uang dan kartu ATM di tasnya.

“Kode!”

“1 enam kali.”

Tony pergi setelah mengayun-ngayunkan pisau di depan Jane, tapi kemudian dia teringat sesuatu, lalu membalikkan badan bertanya, “Dalam sini ada berapa? Jangan-jangan Cuma ada satu dua Won biar aku pergi?”

Sebenarnya sudah tertebak oleh Tony, di dalam situ memang hanya dua Won lebih, itu adalah kartu ATM Jane sendiri, awalnya ada sedikit tabungan, tapi karena beli perlengkapan rumah dan lainnya, jadi berkurang banyak.

Ditanya begitu sama Tony, Jane jadi agak panik, dia tidak pandai berbohong, “Kamu pegang dulu, gaji aku setiap bulan akan dikirim ke situ, walaupun sekarang baru 2 Won lebih, tapi gaji bulan depan kalau masuk juga jadi milik kamu!”

Dia pikirnya sementara begini dulu, tapi Tony juga tidak bodoh, dia langsung mendekat ke hadapan Jane dan menempelkan pisau ke badannya sebagai ancaman.

“Kamu anggap aku bodoh? Sekali kamu blokir ATM kamu, bakal masih ada gaji bulan depan?” Sambil berkata demikian Tony menyayatkan pisau itu di bahu Jane, lalu berkata dengan sengit, “Bilang, dimana uang yang Aaron kasih?”

Karena sayatan tadi benar-benar mengenai bahunya, dengan cepat darah sudah mengalir dari T-shirt yang tipis itu, mewarnai setengah bahu baju itu.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu