Back To You - Bab 18 Pertemuan di dalam Lift

Jane tertegun melihat hal yang ada di hadapannya, lama setelah itu, ia tetap tidak bergerak sedikitpun.

Aaron menunggu, tadinya ia mau memburu-buru Jane, baru saja dibuka mulutnya, ia pun merasa ada setetes cairan menetes ke atas kemaluannya.

Cairan itu lebih panas lagi dari pada tubuhnya.

Jantungnya merasa berdebar-debar.

Aaron mencubit dagu Jane, membuatnya mendongakan kepalanya, "Kalau kau tidak punya kemampuan untuk melakukannya, jangan begitu terpaksa seperti ini.”

Pada saat berbicara, pandangan mata Aaron bertemu dengan air mata Jane, di dalam matanya yang indah itu terdapat air matanya yang berkaca-kaca, gigi Jane dengan kencang menggigit bibirnya, seolah ia sedang menahan air matanya, tetapi tetap saja ada setetes yang mengalir, mengalir di atas wajahnya.

Tetesan air mata ini, membuat Aaron entah mengapa membuatnya merasa gelisah.

"Maaf, aku, ini aku…...”

"Sudah cukup! Aaron tiba-tiba bangkit berdiri, Jane masih belum bersiap-siap, Jane terantuk , hampir saja membuatnya terjatuh, aku masih belum seburuk itu hingga harus memaksa seorang wanita.”

Saat berbicara, sambil mengangkat benda yang ada di depan tubuhnya, ia berjalan menuju ke kamar mandi.

Sampai saat pria itu menutup pintunya, membuka shower, kemudian terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, Jane baru tersadar, Aaron tidak memaksa dirinya.

Hingga saat Aaron keluar dari kamar mandi, Jane sudah berbaring tidur di atas sofa.

Aaron berdiri di hadapan wanita itu, matanya lurus memandangi Jane, Jane tertidur begitu pulasnya, akan tetapi, wajah yang begitu menawan itu, tidak terdapat perubahan pada kelima panca indranya, tapi wajahnya berubah jauh lebih kurus.

Semakin menatapnya, rasa nafsu yang baru saja disiram dengan air dingin, entah mengapa ada sedikit bergejolak .

——

Hari kedua.

Saat pagi hari, sinar matahari baru masuk, Jane sudah terbangun.

Dengan sedikit kabur ia melihat-lihat kondisi di sekitarnya, ia ingat dengan jelas, kemarin jelas-jelas dirinya tertidur di atas sofa, tapi sekarang malahan berada di atas tempat tidur?

Setelah Jane selesai membersihkan badannya, saat ia berjalan ke ruang tamu, barulah ia terkejut.

Aaron yang berperawakan tinggi itu, sedang berbaring di atas sofa ukuran dua orang, kakinya terangkat keluar dari sofa, ia sedang tertidur dengan pulasnya.

Jane pergi ke dapur, ia mengambil mie, telur ayam, tomat dan seledri, dengan sendirinya ia membuat sarapan untuk dua orang, ketika Aaron terbangun, setelah membersihkan tubuhnya, Jane kemudian menghidangkan mie itu ke atas meja makan.

"Kau yang membuatnya?”

Aaron melihat dua mangkuk mie tomat telur yang masih panas di atas meja, bertanya kepada Jane.

"Ya, entah cocok atau tidak dengan seleramu.”

Jane berdiri di pintu dapur, dengan sungkan ia berbicara kepada Aaron.

Aaron menundukan kepalanya, melihat ke sedikit seledri di atasnya yang menghias mie itu, raut wajahnya seketika berubah tidak begitu baik, "Aku tidak suka seledri.”

“Hah? Bukankah kau dulu….” baru berbicara setengah, Jane merasa ia mau menutup mulutnya, "Aku bantu untuk mengeluarkannya.”

Kalau sekarang ia membahas tentang masa kuliah lagi, sama saja mencari masalah untuk dirinya sendiri.

Saat Jane membawa mie itu ke dapur, ia pun mendengar suara Aaron dari balik tubuhnya, "Aku dari semula tidak suka makan seledri.”

Aaron dulu tidak pernah bilang, dulu itu karena Jane yang suka makan.

Tapi sekarang hubungan mereka dengan dulu sudah tidak sama, jadi sudah tidak perlu menutupinya lagi.

Jane dengan sungguh-sungguh mengeluarkan seledri itu, baru memberikannya kepada Aaron.

"Untuk selanjutnya apa lagi yang tidak suka kau makan, beritahu semuanya kepadaku, aku akan mengingatnya."

“Aku menikahimu karena mau menyenangkan nenek, bukannya mau membuatmu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kau jangan salah paham.”

Baru saja Jane berkata-kata, langsung dihentikan oleh pria itu.

Jane mau tidak mau menutup mulutnya, melihat pria itu makan sesuap mie, membuat Jane tetap tidak tahan untuk bertanya, "Enak tidak?"

Aaron mendongakkan kepalanya, melihat wajah wanita di depannya, dengan membawa sedikit harapan, "Lumayan."

Sesungguhnya, Aaron tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi, terakhir kali sarapan pagi mungkin saat kuliah, waktu itu dirinya dan Jane belum berpisah.

Setelah makan, Aaron mengenakan kaosnya, melihat Jane masih berkeliaran di dalam kamar, sama sekali tidak ada maksud untuk pergi kerja, baru ia bertanya, "Kau tidak pergi kerja?"

"Ah, sebentar lagi aku pergi."

Jane tidak enak hati bilang dirinya sudah tidak kerja lagi, ia khawatir Aaron akan mengira setelah ia memiliki uang, lalu dirinya tidak berpikir untuk berusaha lagi."

"Oh"

Aaron tidak melanjutkan pertanyaan lagi, ia membalikan badan, lalu keluar.

Jane berdiri di atas balkon, melihat mobil mewah di lantai bawah pergi, hatinya baru mulai tenang.

Kemarin malam, hanya kebetulan bertemu, tetapi selalu saja ada saat dimana dirinya tak dapat bersembunyi darinya.

"Kurasa aku akan terus merasa kesepian, kesepian seperti ini seumur hidup ini.”

Sesudah Jane mencuci mangkuk, saat membersihkan rumahnya, telepon genggamnya berdering.

Novita meneleponnya.

"Jane, ada kejadian apa, aku baru saja gila-gilaan bekerja seharian, kau sekarang malah mengundurkan diri.

Baru mengangkat telepon, saat itu langsung terdengar suara Novita yang dengan meledak-ledak dan begitu gegabah bertanya kepada Jane.

"Duh, panjang ceritanya.”

Jane kemudian kurang lebih menceritakan kejadian aneh yang terjadi di hari itu kepada Novita, intinya ia tidak bisa bertahan di perusahaan itu lagi.

"Kalau begitu kau memang lebih baik jangan bertahan lagi, kalau kau benar-benar tidak menemukan pekerjaan, kau bisa datang ke perusahaanku, gajinya mungkin tidak tinggi, tapi kau juga tidak perlu sampai menerima penindasan.”

Novita juga memiliki perusahaan kecil, dulu ia pernah membahasnya dengan Jane.

"Tidak usah, aku kemarin mengirim banyak riwayat diri, seharusnya aku bisa menemukannya."

Jane berterima kasih sambil menolak niatan baik Novita, walaupun Jane memerlukan pekerjaan, tapi ia juga tidak ingin merepotkan Novita.

Keduanya sekalian sambil sedikit berbasa-basi.

Telepon baru saja dimatikan, muncul lagi nomor tidak dikenal meneleponnya.

"Halo."

Karena belakangan Jane mengirim terlalu banyak riwayat hidup, setiap nomor yang tidak dikenal, semuanya mungkin adalah panggilan untuk wawancara, jadi Jane berbicara dengan nada yang sangat sopan.

"Halo, permisi apakah benar kau adalah Nona Jane? Saya dari Perusahaan Paper ice.

Ternyata benar saja, itu adalah panggilan untuk wawancara!

Jane dengan teliti menentukan tempat dan waktu untuk wawancara dengan perwakilan perusahaan itu.

Hari rabu depan pagi-pagi.

——

Sampai hari rabu, Jane memakai pakaian kerja lama nya, pakaian ini dibelinya saat ia lulus dari perguruan tinggi, dibanding dulu ia lingkar bagian atasnya menjadi lebih besar, jadi terlihat lebih sexy saat mengenakannya, terutama di bagian kerah kemejanya, ada kaitan yang terbuka dan tertutup.

Ia mengenakan stoking, sepatu hak berwarna hitam, membuatnya lebih terkesan memiliki rasa seorang wanita dewasa.

Jane naik kereta bawah tanah, sampai tiba di satu stasiun di dekat perusahaan tempat wawancara ia pun turun dari kereta, kemudian ia berjalan lagi sepuluh menit, baru ia sampai di gedung perkantoran itu.

Dia masuk ke dalam lift terlebih dahulu, menekan tombol lantai yang dituju, saat pintu masuk mau tertutup.....

"Tunggu!"

Dari tempat yang jauh ada seorang wanita yang juga memakai baju kerja sepertinya berlari mendekat.

Rambut yang bergelombang besar, bibir merah, aroma parfum yang menyengat harum tercium, Jane hanya melihat sekilas, dan ia langsung mengenali wanita itu.

Yang kulihat malam itu di parkiran mobil, wanita yang hubungannya dekat dengan Aaron.

Wanita itu naik ke lift, melihat sekilas tombol lantai yang sudah ditekan, ia pun tidak menekan tombolnya lagi.

"Permisi, kau ke lantai berapa."

Jane berniat baik bertanya, dia berharap wanita ini hanya lupa menekan tombol lantai yang ditujunya.

Malam itu walaupun Jane melihat wajah wanita itu, tapi wanita itu tidak melihat wajah Jane.

"Lantai 7, sudah ditekan"

Wanita itu menjawab, saat berbicara ia tidak melihat Jane.

Hanya saja, kebetulan sekali mereka menuju lantai yang sama.

Lantai tujuh hanya ada satu perusahaan, jangan-jangan…..

"Apakah kau datang untuk wawancara?"

Di dalam lift, tak disangka malah wanita itu yang mengajak Jane berbicara duluan.

"Benar."

Jane menjawab.

Saat ini, lift sudah tiba di lantai yang dituju.

"Hah, perusahaan begitu kurang banyak orang ya, semoga kau beruntung."

Wanita itu menyisir-nyisir rambut panjangnya, meninggalkan perkataan ini dan senyuman yang menyindir, lalu ia keluar dari lift duluan, Jane kemudian mengikuti di belakangnya.

Dua orang satu di depan satu di belakang, memasuki satu perusahaan yang sama.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu