Pergilah Suamiku - Bab 53 Menunggunya Datang Memohon!

Tatapannya tertuju pada waktu di layar Dave, sudah jam 2 subuh.

Waktu dulu Reece hilang, dia menemukannya sekitar jam segini, dalam benak Elaine dipenuhi bayangan Reece yang meringkuk menangis hingga kehabisan suara didalam gang kecil sekitar TK.

Nafas Elaine seperti terputus ditengah, kedua matanya merah dipenuhi urat darah, tubuhnya bergetar dengan hebatnya.

Dia tidak tahu Reece sekarang sedang menangis di sudut mana, tubuhnya kaku bagai batu, suara tangisan Reece bagai bisikan iblis yang terus menggema di telinganya :”Mama…Mama…Aku takut….”

Hati Elaine seperti tercabik-cabik, bayangan kejadian setahun yang lalu terngiang kembali.

Setelah dia menemukan Reece yang salah mengenali papa.

Itu adalah pertama kalinya ia membicarakan tentang ‘papa’ dengan Reece.

Ia bertanya dengan suara serah dan lirih, “Mama, apa itu papa? Kenapa teman yang lainnya diantar kesekolah Reece oleh papa dan mamanya, tapi Reece hanya diantar mama?”

“Kenapa si gendut memanggil papa ada yang menjawab panggilannya, namun jika aku yang memanggil mereka tidak menjawab?”

Elaine mengerti penyebab hilangnya Reece dari pertanyaannya.

Dia menganggap papa orang lain sebagai papanya.

Mengikuti orang lain sampai keluar dari sekolah, berjalan sampai tempat yang asing untuknya, dia tidak tahu jalan pulang, menunggu di gang kecil dari terang sampai gelap, dari ada suara sampai kehabisan suara.

Kelopak mata Elaine menjadi perih, airmata perlahan menetes turun.

Reece yang berumur 2 tahun dibuat hilang olehnya, sekarang ia berumur 3 tahun dibuat hilang lagi olehnya!

Dia sangat membenci dirinya yang tidak berdaya ini, tidak bisa memberikannya sebuah keluarga yang lengkap, hingga sekarang, bahkan untuk memerankan peran sebagai seorang ibu saja ia gagal!

Setelah Elsa selesai berbicara, Dave mengarahkan tatapannya kearah Elaine.

Dia menarik nafas panjang hingga dua kali, bibirnya pucat hingga tidak terlihat warna darah, dahinya mengucur keringat dingin, seluruh tubuhnya seperti baru saja diangkat dari dalam air.

Seolah jatuh kedalam genggaman iblis, air matanya terus jatuh, kelopak matanya merah sampai hampir meneteskan darah.

Elaine yang sekarang tidak terlihat cantik sama sekali, malah terlihat seperti iblis!

Dave memijat alisnya, kamar yang ia pesan untuk Elaine adalah kamar pasien VVIP, AC dikamar sangat dingin, orang yang duduk disini masih bisa merasakan hawa dinginnya, melihat Elaine mengeluarkan begitu banyak keringat, pasti dia sangat terkejut.

Ia tidak sanggup menahan untuk tidak tertawa sinis, anak haramnya itu apakah segitu pentingnya?

Atau Elaine hanya berakting dihadapannya?

Begitu pikiran ini muncul langsung ditepis Dave, jika berakting, maka akting Elaine kali ini sudah terlalu over.

Melihat reaksi Elaine, ia sama sekali tidak merasa sedih ataupun sakit hati, malah lebih merasa kesal, ada emosi yang menggelitik didalam hatinya, seolah duka yang dirasakan Elaine meracuni tubuhnya.

Pria ini menyipitkan mata, Elaine sama sekali tidak pantas dikasihani, meskipun 3 tahun lalu dia mengusir Jenny dengan cara kotor, lalu berhasil menjadi istrinya sambil membawa anak haram, masalah kecil seperti pertengkaran kecil tidak akan membuat Elaine tumbang seperti ini!

Ini sungguh lelucon!

Dave menatap Elaine, namun detik berikutnya, Elaine menyibak selimut, tanpa ragu bahkan melihatpun tidak, ia langsung menarik infus yang berada ditangannya seolah tidak merasakan sakit sama sekali.

Gerakannya sangat kasar.

Darah mengaliri lengannya, menetes di lantai.

Kelopak mata Dave berkedut hebat, ia hanya bisa melihat Elaine memakai sendal dan berlari keluar ruang pasien. Dia tercengang, menunduk melihat telepon Elsa yang belum terpuptus, namun bayangan Elaine sudah tidak terlihat didalam ruang pasien, Dave berdiri tegak, reflek langsung mengejar Elaine.

“Presdir…”

Mendengar suara yang terdengar dari dalam telepon, alis Dave mengkerut dalam, “Ada apa mencari Elaine? Masih ada masalah apa?”

Elsa tidak menyangka ternyata ponselnya berada ditangan Dave sekarang, dia bertanya dengan hati-hati, “Presdir Bo, Direktur Qin terdengar sangat panik, perlukah anda mengabarinya kalau nona Reece sudah aman?”

Wajah Dave seketika menjadi sedingin es, suaranya juga sangat dingin, “Apakah aku perlu kamu ajari? Perlukah besok aku mengundangmu untuk menjadi presdir di perusahaan Bo? Hm?”

Tubuh Elsa bergetar dan terdiam.

Dave semakin marah, nada bicaranya terdengar sangat kuat, seolah sedang melampiaskan amarah, “Jika kamu begitu mengkhawatirkan Elaine, suka mengurusi masalahnya, bagaimana jika besok aku memindahkanmu ke divisi pemasaran, agar kalian bisa bersama setiap hari, bagaimana?”

Setelah Dave mengatakannya, dia tidak ingin lagi mendengarkan apa yang dikatakan Elsa, ia langsung mematikan telepon dan mengikuti Elaine yang berlari keluar tanpa arah.

Dia ingin tahu, masalah sudah menjadi seperti ini, apa rencana Elaine selanjutnya.

Elaine berjalan sampai di depan rumah sakit, cahaya lampu remang-remang, didalam keheningan malam musim panas ada perasaan kesepian yang menderanya, cahaya lampu menyinari lengannya, warna darah terlihat cukup menakutkan.

Dia sama sekali tidak bisa duduk diam menunggu, setiap kali langkahnya terhenti, suara tangisan Reece yang memanggilnya seolah menggema di telinganya.

Reece sangat penakut, setiap kali ia mengingat tentang kejadian satu tahun yang lalu, hatinya terasa sakit dan sangat ketakutan.

Di depan rumah sakit hanya ada satu taksi, rumah sakit ini bukan rumah sakit di pusat kota, tempatnya cukup terpencil, mengingat hal ini hatinya sangat perih.

Dia tahu alasannya, Dave selalu tidak ingin terlihat memiliki hubungan dengannya, semua orang di rumah sakit pusat kota mengenalnya, bagaimana mungkin ia membawanya kesana dan membuat semua orang menanyakannya?

Ia tidak ingin dirinya hidup enak, sama sekali tidak mungkin membocorkan sedikitpun pertolongannya, juga tidak akan memberikan kesempatan pada siapapun untuk memanfaatkan berita ini.

Elaine tanpa ragu berjalan menuju taksi.

Ketika Dave keluar dia melihatnya.

Alisnya mengangkat, apa yang ingin Elaine lakukan?

Mencari si anak haram?

Berencana naik taksi untuk mencarinya?

Bay Toon sangat luas, jika Elaine ingin mencarinya naik mobil, paling cepat juga 3 hari?

Meskipun karena panik sehingga kalap, tapi tidak seharusnya ia menggunakan cara sebodoh itu?

Terlebih, apakah Elaine punya uang untuk naik taksi?

Tatapan Dave semakin dalam, cahaya lampu yang terpancar keluar dari rumah sakit membuat warna rambutnya terlihat berbeda, bintang-bintang yang terpancar dari bola matanya terlihat bagai galaksi dimatanya, namun entah mengapa malah terlihat berbahaya.

Seolah merendahkan dan meremehkan.

Gerakannya terhenti, dia mengambil sebatang rokok dari dalam kantung jasnya, menahannya dibibir, jemarinya memainkan pemantik, tidak ada gerakan memantik api, ekor matanya terlihat sangat dingin bagai es.

Dalam telepon Elsa mengatakan kalau tas dan ponsel Elaine sudah dikirim ke kantor, dia akan menyadari kalau dia tidak mempunyai uang.

Dia menunggunya kembali memohon padanya!

ketika Elaine sudah hampir sampai didekat taksi, langkahnya langsung terhenti, dia memegang kantung di bajunya, didalamnya kosong.

Ponsel juga tas tidak ada padanya, tanpa uang, taksi tidak akan mau mengantarkannya.

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu