His Second Chance - Bab 108 Kakak, Aku Salah

Stephanie Wei dalam hati terkejut, kemudian dia menggigit, melangkah, dan memukul ke arah kepala Jeremy Lin lagi, tadinya berpikir kali ini pasti bisa mengenai Jeremy Lin, tetapi dia sudah mengulurkan tangan sepenuhnya, masih saja berjarak sedikit.

Raut Wajah Stephanie Wei berubah besar, dia menunduk melihat kedua kaki Jeremy Lin, menyadar kalau tubuhnya tidak bergerak, ternyata sudah berpindah tempat.

"Ternyata merupakan orang yang melatih seni bela diri!"

Stephanie Wei mendengus, dan juga tidak menyimpan kemampuan sendiri lagi, dia menunjukkan seluruh keterampilan tinju yang dia pernah pelajari, menyerang dengan keras ke Jeremy Lin.

Tetapi sayangnya, tidak peduli bagaimana dia mengeluarkan tenaga, kaki dan tangannya tidak bisa menyentuh Jeremy Lin, setiap kali selalu hanya berbeda sedikit, bahkan tidak terkena baju Jeremy Lin.

"Jurus pakua?" Jeremy Lin melihat jurus yang dikeluarkan Stephanie pun tersenyum, "Sayangnya tidak dipelajari dengan baik."

"Omong kosong!" Stephanie Wei mengerutkan alis, dan secara tidak langsung kecepatannya bertambah banyak.

"Sudutnya terlalu rendah!"

"Kakinya dibuka terlalu kecil!"

"Langkah tidak kukuh!"

"Bokong.. Bokong kurang menggunakan tenaga!"

Jeremy Lin di jeda perkataannya sambil memukul bagian lengannya, kakinya, pinggang dan paha bagian dalam dan bokongnya.

"Dasar kamu preman sialan, aku akan melawan kamu!"

Stephanie Wei merasakan kesakitan yang panas di bagian bokongnya, dan meledak sepenuhnya, karena melihat dirinya tidak bisa menang dari Jeremy Lin, dia segera mengeluarkan pistol.

Tapi di saat dia mengambil pistol dan mengarahkannya ke Jeremy Lin, menyadari kalau Jeremy Lin hilang.

"Mengambil pistol dan asal mengarahkan ke orang itu tidak sopan lho."

Suara Jeremy Lin baru terdengar, detik selanjutnya pistol di tangan Stephanie Wei sudah hilang, kemudian dengan cepat Jeremy Lin duduk di atas meja, dan memainkan pistol dia dengan santai.

"Kembalikan pistol aku!"

Wajah Stephanie Wei menjadi pucat, dia sangat panik, harus diketahui kalau polisi menghilangkan pistol itu akan dihukum parah.

Baru saja berkata dia sudah maju, tapi bagaimanapun dia berusaha juga tidak bisa merebutnya.

"Boleh dikembalikan kepada kamu, tapi kamu harus minta maaf atas ketidaksopanan kamu tadi." Jeremy Lin sambil menghindar sambil berkata dan tertawa.

"Jangan harap!" Stephanie Wei menggigit gigi dengan keras dan berkata.

"Kalau begitu aku melempar pistolnya ke mobil sampah di belakang rumah, kalau kamu tidak takut bau, ya pelan-pelan mencari saja." Jeremy Lin tertawa dan berkata.

"Baik, aku minta maaf."

Stephanie Wei berpikir, merasa kalau membongkar sampah terlalu menjijikkan, hanya bisa dengan kesal berkata, "Maaf, sudah kan?"

"Tidak bisa, tidak ada ketulusan." Jeremy Lin menggelengkan kepala.

"Kalau begitu kamu mau bagaimana?" Stephanie Wei dengan dingin memelototi Jeremy Lin, ingin sekali menelan dia hidup-hidup, tapi si brengsek ini terlalu hebat, dia sama sekali tidak bisa melawannya.

"Kamu bilang Kakak aku salah, lalu aku akan mengembalikan pistolnya kepada kamu." Jeremy Lin melihat dia dan berkata dengan tersenyum.

"Kamu mimpi!" Wajah Stephanie Wei menjadi merah.

"Ya sudahlah kalau begitu, aku melemparkannya ke mobil sampah saja." Jeremy Lin menghela napas, sudah mau jalan ke luar.

"Kak....Kakak... Aku salah...."

Stephanie Wei dengan susah payah mengeluarkan beberapa kata itu, matanya sudah berkaca-kaca, sudah sangat kasihan, dia tumbuh begitu besar, sudah terbiasa sombong, pria di sisinya biasa hanya ada jatah untuk dipukul, siapa yang berani melakukan ini kepada dia?

"Baik baik, aku maafkan kamu, kasih, kasih."

Jeremy Lin melihat dia sudah membuat Stephanie Wei menangis, buru-buru mengembalikan pistol, tidak bisa, hati dia terlalu lembut, tidak pernah bisa melihat wanita menangis.

Stephanie Wei langsung mengambil pistol yang ada di tangan Jeremy Lin, dan sudah mau jalan ke luar, tapi tiba-tiba seperti teringat sesuatu, dia membalikkan tubuh melihat ke arah Jeremy Lin, menahan tangisan dengan dingin berkata, "Kamu sekarang pergi memeriksa Kakek Lei aku, kalau tidak, walaupun harus bertaruh nyawa aku juga akan membunuh kamu!"

"Iya, periksa, periksa." Jeremy Lin tertawa dan menggelengkan kepala, tak diduga ternyata dia merasa Stephanie Wei yang menahan tangisan dan pura-pura galak itu sedikit lucu.

Jeremy Lin setelah mengambil barang yang dibutuhkanya, keluar dari New LIfe Pharmacy bersama Stephanie Wei.

"Tuan He!" Justin Lei melihat Jeremy Lin keluar, sangat senang.

"Ayo jalan, Tuan Lei, aku pergi memeriksa kakek kamu." Nada bicara Jeremy Lin menjadi jauh lebih baik, Justin Lei bersujud tidak membuat dia merendahkannya, malah membuat dia menghormatinya, demi orang yang dipedulikan, bisa membuang gengsi sendiri, ini baru pria asli!"

"Terima kasih banyak Tuan He!" Justin Lei kesenangan, buru-buru bangun, tetapi karena bersujud terlalu lama, sendi menjadi kaku, dan langsung terjatuh.

Jeremy Lin menarik sikunya, Justin Lei hanya merasa ada arus yang hangat mengalir dan kedua kakinya pun menjadi tidak kaku, dia terkejut dan melihat Jeremy Lin dengan ekspresi terkejut.

Jeremy Lin menepuk pundak dia dengan tersenyum, menyuruh dia masuk ke dalam mobil.

Mereka bertiga sesampainya di ruang perawatan, melihat di ruangan itu bertambah seseorang yang memakai jas putih, rambutnya sudah menjadi putih, kelihatannya sudah tidak muda, sedang melakukan akupuntur untuk Tuan Lei.

"Kepala rumah sakit, ini adalah?" Justin Lei bertanya karena penasaran.

"Oh, Tuan muda Lei, ini adalah ahli pengobatan barat Tuan Xiao yang aku panggil dari Lingan, di Lingan bahkan di seluruh Jiangnan, dia hampir setara dengan Tuan Song." Kepala rumah sakit berkata dngan hormat, merasa sedikit bangga, karena Tuan Xiao datang karena dia.

"Tidak usah merepotkan dia, aku sudah mengundang Dokter Jenius He."

Justin Lei dengan sopan berkata, sudah tidak ada ketajaman dalam perkataannya, Jeremy Lin memperlakukan dia dengan tidak membuka pintu selama tiga hari, benar-benar membuat dia mengerti banyak.

Tuan Xiao sekali mendengar ada orang yang memanggil dirinya Dokter Jenius, tidak tahan dan mengejeknya, "Aku beritahu kamu, penyakit kakek kamu ini tidak bisa diselamatkan."

"Tuan, semua hal jangan dikatakan begitu pasti." Jeremy Lin tersenyum dan berkata.

"Anak muda, kamu lebih baik melihat kondisi Tuan besar ini baru berkata lagi." Tuan Xiao dengan dingin melirik Jeremy Lin, karena baru datang dari Lingan, dia tidak mengenal Jeremy Lin.

Kemudian dia melambaikan tangan ke perawat di samping, berkata, "Beri dia lihat hasil rontgen dada dan X-ray tadi."

Perawat buru-buru memberikan hasilnya kepada Jeremy Lin, Justin Lei dan Stephanie Wei, lalu mulai menjelaskannya, "Tekstur paru menebal, pleura kiri menebal dan melekat, costophrenic angle kiri juga menjadi tumpul, dan terdapat cairan bergerak di dalamnya, aktivitas diafragma kiri terbatas, paru-paru kiri atas sudah tuberkulosis paru, lobus paru terus menyusut, dan fibrosis paru semakin intensif."

"Fibrosis paru?

Justin Lei mendengar itu pun tatapannya menjadi gelap, tubuhnya sedikit goyang, hampir saja pingsan.

Mengenai kata ini dia sudah tidak asing, karena ayah dari salah satu teman bertarungnya terkena penyakit ini.

Penyakit ini memang sudah tidak bisa diselamatkan, kemungkinan kematian lebih besar dari tumor biasanya, berdasarkan para pasien sebelumnya waktu bertahan tidak kurang dari 3 tahun.

Dengan kondisi kakeknya seperti ini, walaupun sadar juga takutnya hanya bisa hidup beberapa bulan.

Jeremy lin melihat hasil X-ray itu agak lama, diam tidak bersuara, fibrosis paru ini tidak disebutkan oleh Tuan Song, kelihatannya fibrosis paru ini baru muncul tidak lama.

Tidak menyangka penyakit ini jauh lebih rumit dari yang dia kira.

"Anak muda, apakah kamu sekarang masih berani dengan sombong mengatakan kamu bisa mengobatinya?"

Tuan Xiao sangat pas terhadap ekspresi Jeremy Lin yang kesulitan itu, melihatnya dengan sedikit penghinaan.

Dia sudah banyak melihat anak muda yang hanya belajar sedikit sudah berani beromong kosong.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu