His Second Chance - Bab 64 Kamu Sudah Sadar
Sekarang, ia sedang terbaring di atas ranjang yang baru sekali ia tiduri. Di kursi sebelah ranjang ada istrinya sedang duduk dan tertidur dengan tangan di dagu karena terlalu kelelahan.
Marcella Jiang telah menolak wawancara dari reporter, lalu memeriksa Jeremy Lin. Ia terkejut karena menemukan Jeremy Lin ternyata tidak terluka sama sekali. Alasan kenapa ia pingsan adalah karena kelelahan fisik.
Melihat tidak ada kendala apa-apa, ia langsung membawa Jeremy Lin pulang. Sebelum pulang, ia memohon kepada reporter perempuan agar tidak lupa melindungi privasi mereka.
Melihat rupa Marcella Jiang yang tertidur itu, Jeremy Lin pun tersneyum. Bulu mata Marcella Jiang sangat panjang, bibirnya sedikit terangkat, sangat lucu bak anak kecil yang sedang tertidur.
Dalam hati Jeremy Lin pun tersibak rasa kelembutan. Ia tiba-tiba menginginkan seorang anak perempuan yang persis seperti Marcella Jiang.
“Kamu sudah sadar!”
Begitu kepala Marcella Jiang lepas dari tangan yang menahannya, ia segera terbangun. Melihat Jeremy Lin yang menatapnya tak berkedip itu, ia pun gembira.
“Anak perempuan itu tidak apa-apa, kan?” Tanya Jeremy Lin.
“Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja. Saat ini, ia juga sudah sadar. Keluarga anak itu sedang mencarimu.” Kata Marcella Jiang. “Tetapi, aku telah menolak pihak stasiun televisi dan meminta semoga mereka tidak membeberkan informasi tentang keberadaan kita.”
“Pintar.” Jeremy Lin tersenyum. Saat ia ingin bangkit berdiri, alhasil ia merasa seluruh tubuhnya seperti hancur berantakan. Ia merasa kesakitan dan sangat pegal.
Jeremy Lin membuang napas diam-diam. Tubuh Lucky He benar-benar terlalu biasa.
Sebenarnya, di bawah pengaruh reiki emerald yang ada dalam tubuhnya, fisik Lucky He juga sangat meningkat. Jika diganti dengan fisik manusia biasa lainnya, sepertinya sudah pasti akan lelah hingga lumpuh.
“Bagaimana kamu bisa menemukan anak perempuan dengan api sebesar itu, lalu bagaimana juga kamu bisa keluar?” Marcella Jiang menatapnya dengan wajah penuh rasa penasaran. Sorot matanya bahkan tampak secercah kekaguman.
“Oh, sebenarnya dari luar terlihat api begitu besar, tetapi di dalam setengahnya tidak terbakar karena ada banyak pipa air yang rusak sehingga air menggenang di mana-mana dan tidak membuat api merambat.”
Mata Jeremy Lin tidak berkedip. Apa yang diucapkannya hanyalah omong kosong.
Sebenarnya, apa yang dikatakannya berbalik dengan kenyataan aslinya. Api yang ada di dalam sangat besar dan sudah menjadi lautan api. Saat ia berlari menuju lantai 18, hawa panas yang hebat hampir membuatnya terlempar, tetapi tiba-tiba ia merasakan tubuhnya mulai mendingin. Tubuhnya memancarkan sinar emerald secara sembunyi-sembunyi.
Jeremy Lin tahu, pasti leluhurnya sedang melindungi dirinya. Setelah itu, ia berhasil naik ke atas dan menyelamatkan anak perempuan itu.
Untungnya, sebelum ledakan di lantai 20, anak perempuan itu telah berlari ke dalam lorong, hanya saja ia pingsan karena terlalu panas. Jika tidak, Jeremy Lin juga tidak bisa menyelamatkannya.
Melihat Jeremy Lin tidak bisa bangun sendiri, Marcella Jiang segera memapahnya, lalu meletakkan bantal di belakang punggungnya dan memberinya segelas air.
Jeremy Lin saat ini baru menyadari bahwa tubuhnya ternyata hanya mengenakan jubah mandi. Selain itu, bagian bawahnya juga terasa sejuk seakan tidak mengenakan apa-apa. Air yang ditelannya pun menyembur keluar. Ia lalu menatap Marcella Jiang dengan ekspresi terkejut dan bertanya: “Kamu melepaskan pakaianku?”
Wajah Marcella Jiang memerah. Ia menundukkan kepala tidak berani menatap mata Jeremy Lin, lalu berkata dengan nada rendah: “Ayah, ibu…ayah dan ibu…menyuruhku harus memandikan…memandikan tubuhmu…”
Jeremy Lin terperanjat hingga mulutnya menganga. Kalau begitu, bukankah ia telah melihatku telanjang?
Marcella Jiang seperti bisa membaca isi pikiran Jeremy Lin. Ia semakin menundukkan kepala, lalu berkata pelan: “Aku…aku memandikanmu sambil menutup mata……”
Menutup mata? Kalau begitu pasti sudah meraba, kan?
Mulut Jeremy Lin terbuka lebih lebar.
Namun demikian, ia mengalihkan pikirannya. Lagipula, yang dipegang bukanlah miliknya, melainkan milik Lucky He. Seketika ia langsung lega. Bagian vital Lucky He dipegang oleh istrinya, tentu saja sangat wajar.
Kejadian Jeremy Lin yang menyelamatkan anak perempuan itu pun sudah masuk di berita pada hari kedua. Berbagai stasiun televisi besar menyiarkan kejadian heroik yang dilakukan Jeremy Lin. Untung saja, tidak ada orang yang membongkar identitasnya. Kejadian pada saat itu, wajahnya juga tertutupi oleh abu dari api sehingga jika disiarkan pun, tidak ada orang yang bisa mengenalinya. Selain itu, adegan yang berhubungan dengan Marcella Jiang tidak disiarkan sama sekali.
“Ckckck, pemuda ini benar-benar hebat. Pahlawan kecil.”
Lionel Jiang dan Leticia Li makan sarapan sambil memuji Jeremy Lin yang ada di siaran televisi.
Mereka tidak tahu bahwa pahlawan tanpa nama ini adalah menantu mereka sendiri.
Takut mereka khawatir, juga takut mereka memarahi dirinya, sehingga pada saat Marcella Jiang pulang, ia tidak berani memberitahukan kejadian itu kepada mereka.
Mengenai abu yang ada di tubuh Jeremy Lin, ia berbohong dengan berkata pada saat ledakan itu terjadi, Jeremy Lin berdiri terlalu dekat sehingga hangus terkena api.
Marcella Jiang tidak berkata apa-apa, otomatis Jeremy Lin juga tidak ada keharusan untuk memberitahu mereka. Ia menyantap buburnya dengan lahap. Ia benar-benar sudah kelaparan.
“Lucky, kamu juga jangan hanya makan saja. Banyak-banyaklah belajar dari orang lain. Kapan kamu akan mengubah nyali kecilmu itu?”
Leticia Li melirik Jeremy Lin dengan sedikit rasa putus asa. Meski kemampuan menantunya sekarang dalam mencari uang tidaklah jelek, tetapi nyalinya terlalu kecil dan selalu membuat orang merasa bahwa ia tak berguna.
“Iya.”Kata Jeremy Lin sambil menganggukkan kepala, lalu melahap cakuenya.
“Ibu, cepatlah makan.” Marcella Jiang bergegas mengambilkan ibunya telur dadar sambil melihat Jeremy Lin dengan sedikit rasa bersalah.
Setelah makan sarapan, Jeremy Lin pun teringat hal yang dijelaskan oleh Tuan Song. Ia pun menelepon Monica Xue dan bertanya apakah ia sekarang ada waktu untuk ditemuinya.
Begitu mendengar suara Jeremy Lin, Monica Xue segera menyetujuinya dan berkata bahwa dirinya saat ini sedang berada di kantor. Ia lalu menyuruh Jeremy Lin langsung datang ke tempatnya.
Jeremy Lin pun naik taksi dan pergi ke gedung yang disebutkan Monica Xue.
Ini adalah gedung bisnis yang terkenal di Kota Qinghai. Gedung ini hanya berjarak 200-300 meter dari pinggir laut. Tingginya mencapai 40 lantai lebih. Sedangkan kantor Monica Xue mencakup seluruh lantai hingga lantai 38. Hal ini cukup menjelaskan kehebatan perempuan ini.
Saat Jeremy Lin pergi ke sana, Monica Xue sedang menonton berita. Saluran televisi yang ada di depan ruang kerjanya itu sedang menyiarkan berita mengenai Jeremy Lin yang kemarin menerobos masuk ke gedung yang terbakar untuk menyelamatkan anak perempuan.
Hal ini adalah kebiasaannya selama bertahun-tahun. Setiap pagi, siang, dan malam ia harus menyempatkan diri untuk menonton berita. Dari situ ia memahami waktu, kebijakan, dan kondisi ekonomi agar bisa disesuaikan dengan perkembangan perusahaan.
Namun, begitu membuka televisi, berita mengenai orang yang menolong anak perempuan ini langsung menarik perhatiannya.
“Mon......”
Jeremy Lin diantar masuk oleh sekretaris. Baru saja ia akan membuka pintu, Monica Xue langsung membuat gerakan yang mengisyaratkan Jeremy Lin untuk diam, lalu menyuruhnya duduk di sofa pelanggan, sedangkan dirinya tetap fokus menyaksikan berita.
“Akhirnya, mari kita kembali memberikan penghormatan sekali lagi kepada pahlawan tanpa nama ini!”
Setelah berita selesai disiarkan, barulah senyum cerah tersungging di wajah Monica Xue. Ia berkata: “Ini adalah satu-satunya pria jantan yang kutemui selama bertahun-tahun ini.”
Jeremy Lin tersenyum geli mendengar perkataan Monica Xue, lalu bertanya: “Kenapa? Memangnya Nona Xue merasa pria-pria yang ditemui beberapa tahun ini semuanya palsu?”
“Benar, semuanya pria bohongan, semuanya sampah palsu, benar-benar lebih lemah dibanding perempuan.” Monica Xue menggodanya dengan menjawab satu kalimat, lalu menundukkan kepala dan menulis sesuatu dengan cepat.
Jeremy Lin tertawa tak berdaya, lalu bertanya penasaran: “Kalau begitu, apa pendapat Nona Xue tentang diriku?”
Monica Xue melihatnya sebentar, lalu tersenyum tanpa berkata apa-apa.
Di dalam hatinya, Jeremy Lin juga tidak sebagus itu. Meski saat kakeknya memuji-muji dirinya saat telepon kemarin malam, tetapi ia juga orang biasa pada umumnya.
Kemarin lusa Jeremy Lin baru saja membantu dirinya, sekarang ini bukankah ia hanya tak bersabar untuk datang dan meminta imbalan.
“Tuan He, ini adalah uang 2 juta RMB (sekitar 4 miliar rupiah). Terima kasih atas bantuanmu kemarin.” Monica Xue tersenyum, lalu menyerahkan cek kepada Jeremy Lin.
Novel Terkait
You're My Savior
Shella NaviInnocent Kid
FellaBeautiful Love
Stefen LeeMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaBehind The Lie
Fiona LeeAku bukan menantu sampah
Stiw boyHis Second Chance×
- Bab 1 Menyaksikan Diri Sendiri Dikremasi
- Bab 2 Beri Aku Tiga Hari
- Bab 3 Surat Hutang
- Bab 4 Ada Aku, Putrimu Akan Selamat
- Bab 5 Gadis Kecil dengan Penyakit Aneh (1)
- Bab 6 Gadis Kecil dengan Penyakit Aneh (2)
- Bab 7 Kesalahpahaman
- Bab 8 Penyelamatan
- Bab 9 Dokter Jenius
- Bab 10 Cepat Berikan Cucu Untukku
- Bab 11 Kumpul Keluarga
- Bab 12 Penghinaan di Pesta Keluarga
- Bab 13 Kamu Bisa Menyembuhkannya?
- Bab 14 Bayaran Tinggi
- Bab 15 Ini Mudah
- Bab 16 Kuas Cinnabar
- Bab 17 Pernyataan Cinta (1)
- Bab 18 Pernyataan Cinta (2)
- Bab 19 Bisa Mendapatkan Mobil Ini, Hebat
- Bab 20 Ayah Mertua Tertipu
- Bab 21 Sepakat
- Bab 22 Melihat Hal yang Berbeda
- Bab 23 Pemilik Toko yang Iri
- Bab 24 Jangan Takut
- Bab 25 Penyelamatan yang Belum Pernah Ada Sebelumnya (1)
- Bab 26: Penyelamatan yang Belum Pernah Ada Sebelumnya (2)
- Bab 27 Terlalu Memuji
- Bab 28 Pertandingan Mengobati
- Bab 29 Melawan Master (1)
- Bab 30 Melawan Master (2)
- Bab 31 Kenapa Minum Begitu Banyak
- Bab 32 Malam Ini Aku Ingin Tidur di Ranjang
- Bab 33 Hanya Beruntung Saja
- Bab 34 Melihat Feng Shui
- Bab 35 Menghancurkan Kejahatan
- Bab 36 Apakah Suamimu Ingin Datang?
- Bab 37 Wanita yang Saling Membandingkan
- Bab 38 Mungkinkah Pencurian?
- Bab 39 Membalas Kejahatan dengan Kebaikan.(1)
- Bab 40 Membalas Kejahatan dengan Kebaikan (2)
- Bab 41 Kamu Adalah Keberuntungan Kami
- Bab 42 Bunga Tanpa Nama
- Bab 43 Apakah Kamu Menyukai Bunga Pemberianku
- Bab 44 Mengembalikan Semua yang Telah Hilang
- Bab 45 Kontes di Acara Lelang (1)
- Bab 46 Kontes di Acara Lelang (2)
- Bab 47 Keterampilan yang Mengejutkan Semua Orang (1)
- Bab 48 Keterampilan yang Mengejutkan Semua Orang (2)
- Bab 49 Keterampilan yang Mengejutkan Semua Orang (3)
- Bab 50 Kejutan Besar Menanti
- Bab 51 Sebuah Pertunjukan Bagus
- Bab 52 Kunjungan Kekasih Masa Kecil (1)
- Bab 53 Kunjungan Kekasih Masa Kecil (2)
- Bab 54 Kunjungan Tamu
- Bab 55 Rekrutmen Kerja yang Datang Terus Menerus (1)
- Bab 56 Rekrutmen Kerja yang Datang Terus Menerus (2)
- Bab 57 Pasien Khusus
- Bab 58 Cucu Perempuan Tuan Song
- Bab 59 Kamu Berbicara Omong Kosong!
- Bab 60 Junjungan Para Dokter
- Bab 61 Kebakaran
- Bab 62 Jika Aku Pergi dan Tidak Kembali
- Bab 63 Pahlawan Tanpa Nama
- Bab 64 Kamu Sudah Sadar
- Bab 65 Penyakit Gila yang Menular
- Bab 66 Datang untuk Meminta Maaf
- Bab 67 Penyakit Monica Xue
- Bab 68 Pria Gemuk yang Mendambakan Marcella Jiang
- Bab 69 Apakah Kamu Sudah Gila?
- Bab 70 Minum Seribu Gelas Tidak Akan Mabuk
- Bab 71 Aku itu Suamimu
- Bab 72 Dia Pacarku
- Bab 73 Apa yang Sebenarnya Kamu Tertawakan
- Bab 74 Bukankah Semuanya Mempunyai Hak untuk Bersulang
- Bab 75 Apakah Kamu Mau Pergi ke Rumahku untuk Minum Kopi
- Bab 76 Plotnya Tidak Benar
- Bab 77 Pulang
- Bab 78 Sombong dan Merajalela
- Bab 79 Perselisihan Pengobatan China dan Pengobatan Barat (1)
- Bab 80 Perselisihan Pengobatan China dan Pengobatan Barat (2)
- Bab 81 Apakah Begitu Ajaibnya?
- Bab 82 Tolong Berikan Aku Satu Senyuman
- Bab 83 Pertemuan Kedua Wanita (1)
- Bab 84 Pertemuan Kedua Wanita (2)
- Bab 85 Ulang Tahun Pernikahan yang Spesial (1)
- Bab 86 Ulang Tahun Pernikahan yang Spesial (2)
- Bab 87 Suasana yang Tidak Bisa Dipahami (1)
- Bab 88 Suasana yang Tidak Bisa Dipahami (2)
- Bab 89 Raja Ginseng Berumur Ribuan Tahun (1)
- Bab 90 Raja Ginseng Berumur Ribuan Tahun (2)
- Bab 91 Beres
- Bab 92 Kehilangan Kesempatan
- Bab 93 Membuat Kamu Bahagia (1)
- Bab 94 Membuat Kamu Bahagia (2)
- Bab 95 Kesalahan Medis (1)
- Bab 96 Kesalahan Medis (2)
- Bab 97 Memaksa Membeli dan Menjual
- Bab 98 Membuka Klinik Pengobatan China
- Bab 99 Cibiran Saat Acara Pembukaan Bisnis
- Bab 100 Tamu Tak Diundang (1)
- Bab 101 Tamu Tak Diundang (2)
- Bab 102 Kamu Keluar Bersamaku!
- Bab 103 Siapa Kamu Sebenarnya
- Bab 104 Sikap Memohon Bantuan pada Orang Lain
- Bab 105 Jangan Gegabah
- Bab 106 Menyembah Tuan Tiga Kali
- Bab 107 Aku Bukan Sengaja Melakukannya
- Bab 108 Kakak, Aku Salah
- Bab 109 Perkataan Kamu Benar
- Bab 110 Tuan Sangat Berbakat, Mohon Terima Penghormatan Aku
- Bab 111 Pertemuan Dua Musuh
- Bab 112 Tidak, Suamiku Akan Mengantarku
- Bab 113 Apa yang Kamu Lakukan!
- Bab 114 Tidak Berperasaan
- Bab 115 Diam
- Bab 116 Sudah Memulihkannya?
- Bab 117 Dari Mana Kamu Mempelajari Keterampilan Medis Ini?
- Bab 118 Mendapatkan Reputasi dengan Cara yang Tidak Benar
- Bab 119 Aku Tahu Salah, Tolong Maafkan Aku
- Bab 120 Bertaruh?
- Bab 121 Mencari Mati
- Bab 122 Aku Mohon Tangkap Saja Aku
- Bab 123 Penyakit Kulit
- Bab 124 Obat Lumpur Ajaib
- Bab 125 Mid-autumn Festival Dua Keluarga (1)
- Bab 126 Mid-autumn Festival Dua Keluarga (2)
- Bab 127 Lukisan yang Asli dan Palsu
- Bab 128 Undangan Tiba-tiba
- Bab 129 Lima Toksin Teknik Pengobatan Api (1)
- Bab 130 Lima Toksin Teknik Pengobatan Api (2)
- Bab 131 Memperdebatkan Kondisi Jasmani
- Bab 132 Mohon Kalian Beri Jalan
- Bab 133 Pengobatan (1)
- Bab 133 Pengobatan (2)
- Bab 134 Tentara Sejati (1)
- Bab 134 Tentara Sejati (2)
- Bab 135 Hanyalah Manusia Biasa (1)
- Bab 135 Hanyalah Manusia Biasa (2)
- Bab 136 Jamur Kayu Hutan Yang Berumur Ratusan Tahun (1)
- Bab 136 Jamur Kayu Hutan Yang Berumur Ratusan Tahun (2)
- Bab 137 Berendam Dalam Air Obat
- Bab 137 Berendam Dalam Air Obat (2)
- Bab 138 Kepala Biro Yang Menangkap Kerabat Sendiri (1)
- Bab 138 Kepala Biro Yang Menangkap Kerabat Sendiri (2)
- Bab 139 Seminar (1)
- Bab 139 Seminar (2)
- Bab 140 Rencana Operasi Yang Terpaksa (1)
- Bab 140 Rencana Operasi Yang Terpaksa (2)
- Bab 141 Tidak Usah Memecatku, Aku Akan Mengundurkan Diri (1)
- Bab 141 Tidak Usah Memecatku, Aku Akan Mengundurkan Diri (2)
- Bab 142 Selama Aku Masih Bernapas, Aku Akan Memastikan Tuan Dalam Keadaan Aman (1)
- Bab 142 Selama Aku Masih Bernapas, Aku Akan Memastikan Tuan Dalam Keadaan Aman (2)
- Bab 143 Pesaing (1)
- Bab 143 Pesaing (2)
- Bab 144 Teknik Sembilan Jarum Huiyang (1)
- Bab 144 Teknik Sembilan Jarum Huiyang (2)
- Bab 145 Berhutang Permintaan Maaf Kepada Dokter Pengobatan Tradisional (1)
- Bab 145 Berhutang Permintaan Maaf Kepada Dokter Pengobatan Tradisional (2)
- Bab 146 Teknik Akupuntur Dingin (1)
- Bab 146 Teknik Akupuntur Dingin (2)
- Bab 147 Melakukan Pengajaran (1)
- Bab 147 Melakukan Pengajaran (2)
- Bab 148 Tamu Luar Negeri Yang Berkunjung (1)
- Bab 148 Tamu Luar Negeri Yang Berkunjung (2)
- Bab 149 Pergeseran Tulang Yang Serius (1)
- Bab 149 Pergeseran Tulang Yang Serius (2)
- Bab 150 Pelajaran Pertama (1)
- Bab 150 Pelajaran Pertama (2)
- Bab 151 Metode Diagnosis Mengamati (1)
- Bab 151 Metode Diagnosis Mengamati (2)
- Bab 152 Mencabut Gigi Dengan Metode Aneh (1)
- Bab 152 Mencabut Gigi Dengan Metode Aneh (2)
- Bab 153 Tidak Boleh Menyinggungnya (1)
- Bab 153 Tidak Boleh Menyinggungnya (2)
- Bab 154 Pengobatan Hipnosis Tiga Belas (1)
- Bab 154 Pengobatan Hipnosis Tiga Belas (2)
- Bab 155 Pengobatan Hipnosis (1)
- Bab 155 Pengobatan Hipnosis (2)
- Bab 156 Resep Obatnya Membunuh Orang (!)
- Bab 156 Resep Obatnya Membunuh Orang (2)
- Bab 157 Pengalaman Hidup Lucky He (1)
- Bab 157 Pengalaman Hidup Lucky He (2)
- Bab 158 Kamu Harus Menciumku Dengan Inisiatif Sendiri (1)
- Bab 158 Kamu Harus Menciumku Dengan Inisiatif Sendiri (2)
- Bab 159 Tidak Bisa Tidur Tanpamu (1)
- Bab 159 Tidak Bisa Tidur Tanpamu (2)
- Bab 160 Membela Kebenaran Bisa Kehilangan Nyawa (1)
- Bab 160 Membela Kebenaran Bisa Kehilangan Nyawa (2)
- Bab 161 Perdebatan Tiga Wanita (1)
- Bab 161 Perdebatan Tiga Wanita (2)
- Bab 162 Penyelamat Yang Datang Dari Jauh (1)
- Bab 162 Penyelamat Yang Datang Dari Jauh (2)
- Bab 163 Kemampuan Bertarung Yang Menakutkan (1)
- Bab 163 Kemampuan Bertarung Yang Menakutkan (2)
- Bab 164 Sikap Kerja Yang Bermasalah (1)
- Bab 164 Sikap Kerja Yang Bermasalah (2)