Hei Gadis jangan Lari - Bab 168 Sungguh Suka
Angel tidak menyembunyikan masalah Nikita menggoda Saimon, semakin baik jika seluruh desa tahu hal ini, dengan begitu masih bisa mempercepat membuat Jacky jatuh, jadi kenapa tidak lakukan?
Dan dilihat dari reaksi Sumi, tampaknya dia juga tahu masalah Nikita dengan Saimon.
"Itu, Monica, aku masih ada kerjaan di ladang, nanti aku cari kamu lagi. Haha..." Sumi diserang kembali oleh Angel, jadi pastinya dia tidak berani tetap di sini lagi.
Monica bukan orang bodoh, mendengar Angel langsung di depan Sumi mengatakan masalah Saimon dengan Nikita, bahkan dia sedikit terkejut ketika melihat reaksi Sumi, setelah Sumi pergi, Monica bertanya dengan ragu.
"Kak, si Sumi..."
"Huh, Sumi itu biasanya kelihatan baik, tapi dia juga tidak tahan ketika melihat barang besar dari Saimon, pastinya dia sudah menipu Saimon untuk menyuntiknya." Angel berkata dengan yakin.
"Ah... si Sumi wanita jalang ini, kenapa dia menipu Saimon? Saimon sudah begitu bodoh, dia masih tega..."
"Betul, wanita ini terlalu berengs*k, dia lebih menjijikkan dari Nikita!"
Mendengar omelan dari dua kakak beradik, Angel mencemberutkan mulutnya, dalam hati berpikir jika kalian tahu Saimon sedang pura-pura gila dan bodoh, maka kalian tidak akan berpikir seperti ini. Angel berpikir semua wanita yang "menindas" Saimon, apakah ada yang tidak punya ciri khas? Jika bukan bokong besar, maka penampilan bagus, si Saimon ini adalah pemilih, wanita yang jelek dan tidak sesuai seleranya, meskipun sudah buka celana dan bugil di depannya juga tidak akan diserangnya.
Setelah Angel menasihati dua kakak beradik dan membahas masalah model baju, dia langsung pulang.
Setelah kembali ke rumah, otaknya berputar dengan cepat, lalu dalam hati berpikir harus ke kota melihat wanita seperti apa yang digoda si berengs*k itu, memikirkan selera si Saimon itu, Angel menjadi tidak tenang, tiba-tiba merasa sedikit kewaspadaan karena wanita di kota pasti lebih cantik dari wanita di desa.
Dia sudah memutuskan dalam hati, di hari kedua ketika Andy datang, dia juga sudah selesai mempersiapkan semuanya, dia berpakaian sangat rapi. Andy melihat dia berpakaian berwarna, dia berkata dengan sedikit bingung.
"Kak, apa yang kamu lakukan? Kenapa pakai baju baru di hari biasa, apa kamu tidak takut kotor?"
"Apakah harus tahun baru baru memakainya? Hari ini tidak tangkap ikan, aku mau ikut kamu ke kota melihat toko itu."
"Hah? Tidak tangkap ikan? Kita ke kota lihat toko, sekalian jual ikan, bukankah..."
"Aku bilang tidak tangkap!"
Andy merasa aneh melihat Angel marah, dia menggaruk kepalanya melihat Angel yang berjalan di depan dengan rasa bingung. Hari ini suasana hati Kakak sepertinya tidak terlalu bagus.
Karena hari ini mau melihat toko yang diberikan Rendra, jadi setelah Saimon bangun dan selesai makan dengan Melisa, pukul 10 lewat sudah pergi ke rumah Rendra.
"Paman Rendra, Paman Rendra, aku Saimon." Saimon berteriak di depan pintu.
"Jangan jerit lagi, apa yang kamu panggil. Dia sudah keluar di pagi hari, dasar berengs*k, cepat masuk." mendengar jeritan Saimon, Lena keluar dari ruangan dengan semangat.
Saimon melihat Lena yang ekspresinya senang, dia berpikir si Rendra keluar sepagi ini, dalam hati berpikir kenapa si tua Rendra bisa membiarkan istrinya di rumah dengan tenang? Apa tidak takut dia selingkuh? Melihat tatapan mata Lena yang bersinar, Saimon menjadi tidak senang. Jika tahu begitu maka dia datang lebih awal dan menahan Rendra di pintu, dengan begitu masih bisa kabur dari Lena.
"Hah? Paman Rendra tidak ada di rumah? Kalau begitu... aku sore baru datang lagi." Saimon mengatakan sambil berlagak tidak melihat wajah Lena yang tersipu, jadi dia pergi begitu saja.
"Berhenti, dasar berengs*k! Kembali. Kenapa? Kamu tidak mau bermain di kesempatan baik seperti ini? Atau kamu tidak suka aku lagi?"
Lena berkata dengan emosi sambil melangkah kecil menahan Saimon, lalu sekaligus menutup pintu halaman dan menarik Saimon ke dalam ruangan.
Saimon menjadi sangat tegang, dalam hati berpikir setiap kali mau melakukan masalah serius, selalu ada wanita yang ganggu.
"Kak Lena, kapan Paman Rendra kembali?"
"Dasar berengs*k, kamu datang juga tidak tanya tentang aku, malah menanyakan si tua itu, bukankah hanya sebuah toko saja? Apakah masih lebih tertarik dibanding melakukan hal itu?"
"Hehe, Kak Lena... toko... toko ini adalah hidupku ke depannya, hehe, aku tidak berani..." Saimon berkata dengan sungkan, memang begitu, dia tidak hanya berhubungan dengannya, bahkan memperalat dia mendapatkan tokonya. Kini sedikit malu jika mengatakan toko lebih penting dari orang.
Namun, untungnya Lena tidak mempermasalahkan ini, dia juga tidak berkata terlalu banyak ketika melihat Saimon berbicara dengan tidak jelas, dia hanya tertawa dan masuk ke topik pembicaraan, "Hehe, Saimon, semalam aku memikirkan sesuatu yang enak dimainkan, apa kamu mau mencoba?"
Lena mengatakan sambil mengulurkan tangan menggambar sebuah lingkaran di dada Saimon, rasa menyenangkan dari ujung jari membuat Saimon bergetar, dalam hati berkata wanita ini apakah setiap hari tidak ada kerjaan, jadi memikirkan masalah pria dan wanita saja?
Yang dipikirkan Saimon tidak salah, keluarga dan usaha Rendra besar, jadi tidak mungkin memerlukan seorang Lena untuk bekerja, maka itu Rendra sangat sayang istrinya, jadi membiarkan dia bersantai di rumah.
Sifat wanita ini sangat garang, kemampuan pria Rendra sudah melemah karena tua, Lena menahan beberapa tahun ini, kini dengan susah payah mendapatkan Saimon, bahkan begitu dekat dengannya, pastinya dia sepanjang hari memikirkan bagaimana untuk melayani Saimon dan menyenangkan dirinya.
"Kak Lena, ada apa yang spesial dalam hal ini?" Saimon berkata dengan menghina mengikuti ucapannya.
"Dasar berengs*k, kamu hanya khawatirkan masalah tokomu saja, bukankah hanya sebuah toko? Setelah kita selesai berhubungan, aku bawa kamu pergi. Sebelum Rendra pergi, dia sudah serahkan urusan kepadaku, bagaimana jika aku janji berikan kamu sebuah toko yang cocok?"
"Benarkah?"
"Apa mungkin tidak? Kamu adalah kesayanganku, aku bahkan berharap kamu tinggal di kota, kemudian hidup di tempatku. Hehe..."
Lena mengatakan sambil menyentuh celana Saimon sebentar, kemudian berlagak malu berkata, "Apakah sekarang Saimon ada waktu bermain bersamaku? Semalam aku memikirkan sepanjang malam, ketika aku memejamkan mata langsung terlihat wajahmu, ini membuatku sangat menderita."
Dasar berengs*k, si Lena ini benar-benar sangat haus, bukankah semalam baru berhubungan dengannya, bahkan bermain dengan sangat seru, malam hari dia malah masih memikirkannya. Saimon merasa wanita ini lebih haus dibanding Nikita, tapi karena bisa bergantung pada hal ini dan menggunakan Lena untuk mendapatkan Rendra, maka Saimon juga tidak masalah untuk lanjut melayani Lena, lagipula Lena juga lumayan kasihan, dia menikah kepada Rendra di masa yang paling indah, tetapi malah tidak pernah senang saat berhubungan di tempat tidur.
"Hehe, karena Kakak Lena sudah mengatakan seperti ini, apa aku bisa pergi begitu saja? Apakah Kakak Lena tidak melihat celanaku juga sudah menjadi besar?"
"Astaga, benar. Kalau begitu aku akan melihat apakah kesayangan ini sudah sesak." melihat Saimon santai, Lena langsung berkata dengan senang.
Dia berkata sambil melepaskan celana Saimon, kemudian sebuah barang besar berwarna merah muncul di udara, mata Lena langsung mengeluarkan api. Dia terdiam, kemudian berkata dengan suara menelan ludah.
"Saimon, kamu benar-benar monster. Aku setiap kali lemah ketika melihatnya, aku sangat menyukainya."
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangInventing A Millionaire
EdisonTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensHarmless Lie
BaigeHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)