Hei Gadis jangan Lari - Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
Melihat Nikita buru-buru ingin melepaskan bajunya, Saimon tertawa dalam hati, aku ini baru belajar beberapa posisi titik akupuntur kebetulan bisa mencobanya di tubuhmu, mata Saimon bergulir, berkata dengan bekerja sama.
"Saimon lepaskan baju, suntik, mau suntik."
Kerjasama Saimon, membuat Nikita senang sekali, dia mengira harus seperti kemarin begitu lama memancing Saimon baru bisa bekerja sama, tidak disangka dirinya begitu lancar.
Nikita segera mengulurkan tangannya melepaskan celana Saimon, dalam sekejap matanya terbelalak, berpikir dalam hati kakak adik keluarga Zhao ini benar-benar menjaga gunung harta, lihat skala ini sepertinya membesar lagi, kalau wanita di desa tau, pasti akan merobohkan rumahnya.
Nikita menggosok tangannya, lalu menggoda beberapa kali langsung membengkak, dia semangat sekali dalam sekejap langsung berbaring di atas tempat tidur, dengan buru-buru berkata.
"Sudah bengkak, cepat suntik bibi."
Saimon melihat Nikita berbaring di atas tempat tidur, semua karateristik wanita terpampang di hadapannya, hanya merasa seluruh tubuhnya panas sekali, ingin sekali menembus wanita ini dengan kejam, memikirkan rencananya sendiri, dia terkekeh dan tertawa bodoh.
"Suntik untuk meredakan bengkak, meredakan bengkak, hehe."
Dia berlutut di bawah tubuh Nikita, samar-samar mencium bau yang tersebar di tengah udara, mengerutkan keningnya, dalam hati berkata wanita ini sungguh...........liar sekali, membuat seluruh ruangan penuh dengan baunya.
Saimon memikirkan di dalam buku cerita bergambar titik akupuntur yang merangsang tubuh manusia, tertawa kekeh, saat Nikita penuh harapan menunggu suntik, malah menyadari bocah ini hanya melihat bagian bawahnya dengan bodoh, sama sekali tidak bergerak, dalam sekejap berkata dengan buru-buru.
"Saimon, untuk apa terbengong, apakah tidak tau harus melakukan apa? Lubang, lubang lho........"
Saimon memarahi dalam hati, memangnya aku tidak kenal, cih。
Nikita melihat dirinya sedang meneriaki Saimon pun tidak masuk-masuk, mengira dia sungguh sudah lupa bagaimana cara melakukannya lagi, langsung berdiri, ingin menarik Saimon masuk lubang, tapi tidak menyangka baru saja tubuhnya bangkit, Saimon tiba-tiba mendorong dirinya tertidur lagi, Nikita bertanya dengan sedikit penasaran.
"Aiyo, Saimon kamu hari ini kenapa? Hanya ingin melihat punya bibi, apakah tidak ingin menyuntik?"
Melihat Nikita yang menderita sekali, Saimon berkata dalam hati, aku sedang meneliti titik huinmu ada dimana, kamu berdiri tiba-tiba seperti ini, membuatku baru saja ada sedikit petunjuk langsung hilang lagi.
"Minum susu, minum susu, hehe, minum."
"Oh? Saimon hari ini ingin minum dulu baru suntik ya? Baik, baik, Saimon kalau suka minum, minum saja, bibi tidak buru-buru." Mendengar perkataa Saimon, Nikita berkata dengan senang.
Persetan, makan pantatmu, nafsu sekali! Kalau aku sudah mendapatkan titik akupunturnya, dengan jari tekan langsung membuatmu tidak bisa hidup juga tidak bisa mati!
Di dalam buku cerita bergambar mengatakan titik akupuntur huiyin ada di ren merdian diantara conception dan governor vessel, menekan titik akupuntur huiyin bisa membuat gairah seseorang meningkat, sedang satu-satunya kekurangan adalah, posisi titik akupuntur huiyin ada di pertengahan antara dua organ ekskresi tubuh, membuat Saimon sedikit jijik.
Saimon menghabiskan banyak waktu akhirnya menemukan titik akupuntur huiyin Nikitan di tempat yang lembut dan gemuk, dalam hatinya senang.
"Makan, makan, Saimon mau makan, pantat besar, pantat besar." Saimon mengatakan perkataan bodoh untuk menutupi tujuan sebenarnya.
Melihat Saimon sungguh ingin memakan dirinya, Nikita langsung semangat mengangkat tubuhnya ke atas, pandangan yang masuk ke dalam mata Saimon lebih jelas.
Melihat Nikita begitu bekerja sama, Saimon tertawa jahat dalam hati, hari ini akan membuatmu nikmat sampai ke langit!
Saimon seperti orang bodoh memajukan kepalanya ke depan, membuat Nikita salah paham dia mau makan, tapi jari telunjuk tangan kanannya sudah menekan titik akupuntur huiyin tanpa suara.
Nafas Saimon yang berat menyembur ke tubuh Nikita, membuat dia tidak bisa menahan tubuhnya untuk bergetar, kedua tangannya tidak bisa tertaha lalu menekan kepala Saimon, tapi menyadari kenapa kepala si bodoh ini berhenti 3 inchi di depan tubuhnya, tidak turun ke bawah, dia sedikit aneh, ingin berdiri melihat jelas apa yang dilakukan Saimon.
Tapi disaat ini, tiba-tiba merasa suatu tempat dari tubuhnya mengirimkan suhu panas, setelahnya merasakan hembusan udara mengalir dari bawah mulai naik ke atas kepala, perasaan itu seperti aliran listrik melewati tubuhnya, membuat dia langsung mengencangkan tubuhnya, tatapannya kabur, tangannya yang menekan kepala Saimon dalam sekejap berubah tidak bertenaga.
Saimon melihat sungguh ada hasil, dalam sekejap semangat sekali, kekuatan jarinya bertambah kuat, sedangkan gairah Nikira mulai melejit, tubuhnya mulai bergerak tak terkendali, menarik tenggorokannya untuk berteriak.
"Saimon, bibi mohon padamu, cepat suntik bibi. Bibi sudah mau mati."
Saimon melihat ekspresi Nikita yang sakit juga nikmat, hanya merasa sangat lega, bagaimana pun Nikita berteriak memohonnya, dia tidak akan memasuki tahap selanjutnya, sedangkan jari yang menekan titik akupuntur huiyin itu semakin kuat.
Tenggorokan serak Nikita itu sudah tidak bisa dibedakan dengan jelas apakah suara teriakan senang atau menderita, membuat dua kakak adik yang menjaga di luar ruangan sedikit heran.
"Kak, ada apa dengan Nikita hari ini? Suara teriakan ini enak atau menderita?" Fifi mendengar suara teriakan didalam, merasa seluruh tubuhnya menjadi panas.
"Aku juga tidak tau. Suara teriakan kemarin nyaring dan pelan, kali ini menangis dan tertawa, aku juga tidak tau." Monica mengerutkan keningnya.
"Kak, menurutmu apakah Nikita akan melakukan perbuatan jahat lainnya terhadap Saimon?" Tanya Fifi dengan sedikit khawatir.
"Bisa melakukan perbuatan jahat apa. Ada hal apa lagi yang lebih jahat dari menyuntik." Monica menghela nafas berat.
"Kalau tidak aku masuk lihat?" Tanya Fifi.
"Kalau kamu mau masuk, masuk saja, kalau hatimu sedih jangan salahkan aku." Monica menghela nafas berat berkata.
Memikirkan pria yang dia sukai sedang menyuntik wanita lain di hadapannya, hati Fifi menjadi sakit.
Seiring kekuatan jari Saimon, tubuh Nikita berubah semakin panas, sedangkan suara teriakannya juga menjadi lebih keras, Saimon mendengarnya hanya merasa sangat lega.
Melihat pemandangan di matanya, saat ini sudah seperti ladang bunga persik, Saimon mengerutkan keningnya dengan sedikit jijik, membuat tangannya lengket.
"Saimon, kumohon, cepat suntik saja bibi, tidak tau kenapa bibi hanya merasa sekujur tubuh bibi gatal sekali." Kali ini Nikita sungguh bingung, kehilangan akal sehat sepenuhnya.
"Jangan, juangan, Saimon suka mendengar bibi berteriak." Saimon tertawa senang dalam hati, perasaan balas dendam, membuatnya tidak bisa menahan ingin berlari keluar memberitahu Jacky, istrimu sudah kupermainkan!
"Saimon, anak pintar, kamu suntik bibi, bibi baru berteriak kuat, pasti kamu suka." Nikita menekan keimpulsifan dalam hatinya, pelan-pelan memancing Saimon.
"Kalau begitu bibi harus menepati perkataan, Saimon menyuntik, bibi harus berteriak kuat ya." Saimon mengangkat kepala melihat wajah Nikita yang kemerahan berkata dengan bodoh.
"Baik, baik, bibi pasti akan berteriak sampai Saimon puas, cepat, cepat beri bibi." Nikita berkata dengan buru-buru.
"Saimon menyuntik menyembuhkan penyakit, semakin bibi berteriak, Saimon semakin kuat." Saimon merasa waktunya sudah tepat, kalau menunda lagi, efek titik akupuntur memudar, wanita ini sepenuhnya sudah kehilangan akal, mungkin sekali bisa sadar akan sesuatu.
"Baik, baikk, kalau begitu Saimon cepat sedikit, kamu hampir membengkak, kalau tidak menyuntik lagi maka akan rusak............"
Novel Terkait
Yama's Wife
ClarkLove In Sunset
ElinaHalf a Heart
Romansa UniverseMenunggumu Kembali
NovanDemanding Husband
MarshallThe Sixth Sense
AlexanderMy Superhero
JessiHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)