Hei Gadis jangan Lari - Bab 18 Mandi
Dampak dari serangan Saimon sangatlah tragis. Nikita merasa tubuhnya hampir hancur. Dia didalam hati memarahi Saimon sebagai orang bodoh yang tidak tahu menghargai kenikmatan, dan malah menggunakan energi penuh. Di sisi lain, dia teringat akan rasa gembira yang luar biasa tadi dan semuanya sepadan.
"Saimon, lihat apa yang kukatakan benar, bukan? apakah penyakitmu sudah sembuh? Apakah bengkaknya sudah hilang?"
Saimon diam-diam memaki di dalam hati, jika bengkak sialan ini tidak hilang, aku benar-benar akan membabi buta. Ia tertawa sinis.
“Aku sudah sembuh, hehe, hehe.”
"Benar sekali, sudah sembuh. Jika Saimon sakit lagi, ingat cari aku ya, aku akan menyembuhkanmu lagi."
Kata-kata Nikita membuat Saimon diam-diam kesal, orang sialan itu menganggapku sebagai alat pelampiasan, dan aku tidak tahu bagaimana cara wanita ini menghasut bibi. Sepertinya dia akan datang kapan pun dia ingin datang.
Ketika dia sedang memikirkannya, Nikita sudah membersihkan luka di tubuhnya, dan mulutnya masih mengomel, "Jika aku melakukan ini denganmu, aku tidak akan pernah bisa hidup tanpamu bodoh, jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan Jacky membunuhmu. "
Sial. Mendengarkan kata-kata Nikita, hati Saimon merasa bahagia, bukankah ini hal yang baik? Jika ada Nikita yang menghalangi Jacky, maka Saimon tidak perlu susah-susah menghalanginya lagi dan ini akan meringankan bebannya.
“Hehe, suntik, suntik,” jawab Saimon dengan bodoh.
"Hei, orang bodoh ini tahu yang mana yang baik ya, kamu sudah kecanduan." Nikita berhenti berbicara, dan memanggil kakak adik itu, " adik-adikku apakah sudah tahu bagaimana caranya?"
Setelah Nikita berbicara, Monica dan Fifi masuk dengan wajah memerah, dan Saimon yang berpura-pura bodoh, setelah melihat kedua bibinya ia menjadi benar-benar bodoh. Apa yang terjadi?
Kedua bibinya diam-diam mengawasi dia dan Nikita melakukan itu?
"Baiklah, Saimon kuserahkan pada kalian berdua, jangan biarkan aku merusaknya, aku akan pergi sekarang. Ups, bocah konyol ini begitu kuat, dia hampir membunuh wanita tua sepertiku."
Ketika Saimonmelamun, Nikita sudah berpakaian dan dengan tertatih-tatih keluar dari ruang kamar, tersisa kakak beradik yang menatap Saimon dengan mata yang membara.
Saimon melihat wajah merah dan mata yang membara dari kakak beradik ini, dan tanpa sadar mengambil selimutnya untuk menutupi tubuh telanjangnya, mengontrol perasaan kaget di hatinya, dan berkata dengan ekspresi gila.
"Bibi, berobat, Saimon berobat."
Melihat Saimonyang terlihat gila saat ini, dan tidak seperti saat dia menggila bersama Nikita, Monica sedikit kecewa di hatinya. Dia benar-benar berharap Saimon dapat tetap dalam keadaan seperti tadi, setidaknya tidak sebodoh dia yang sekarang.
"Fifi, kamu coba saja."
"Kakak, ini, ini, menjijikkan, Saimon baru saja bersama Nikita melakukan itu, aku merasa sedikit tidak nyaman."
Fifi sedikit tidak mau, ia selalu merasa kesayangannya diambil oleh Nikita.
Monica lebih mengerti daripada Fifi, ia tahu bahwa Fifi cemburu. Ketika Saimon normal, dia tahu bahwa adiknya tertarik pada Saimon , dia juga ingin menjodohkan mereka berdua, tetapi sudah terlambat, banyak sekali perubahan yang terjadi dalam keluarga mereka.
"Fifi, ayo berpikir positif. Sekarang bagi kita menjaga keselamatan Saimon adalah hal yang terpenting. Kamu tidak melihat Nikita merasakan senang, dan dia berkata akan menghentikan Jacky menyakiti Saimon? Itu sepadan."
"Tapi kakak, aku ... um ..." Fifi dengan sedih bersandar di bahu Monica.
Dan Saimon yang diabaikan oleh mereka berdua,ia duduk di tempat tidur, otaknya merasa semakin bingung. Apa yang dilakukan kedua bibi ini?
Teringat bahwa dia masih telanjang saat ini, tangan Saimon diam-diam mengambil celana dalamnya, tetapi begitu dia mengulurkan tangannya, Fifi tiba-tiba menoleh dan memandangnya dengan mata yang penuh air mata.
"Heh, kamu bodoh, bibi ingin memberimu kamu tidak mau, tapi kamu malah mendengarkan kata-kata Nikita!"
setelah Fifi berbicara, ia menarik selimut dari tubuh Saimon . Saimon kaget dan mengecilkan matanya, meringkukan tubuh, menyembunyikan bagian-bagian penting dari tubuhnya, dan memandangi Fifi dengan waspada.
"Kamu bodoh! Kamu berani bersembunyi? Kamu telah membiarkan Nikita memakanmu, dan kamu tidak mau bersama bibimu?!"
Fifi berbicara dan dia tiba-tiba kehilangan kendali. Dia mengulurkan tangannya dan memukul Saimon . Melihat Fifi yang tiba-tiba marah, Saimon tertegun, tetapi dia tahu mengapa Fifi bisa marah.
Dia bodoh sekali tidak melakukan itu dengannya, tapi malah melakukan itu dengan musuhnya Nikita, Bagaimana dia bisa tidak marah.
Monica tiba-tiba memeluk Fifi, "Fifi, tenanglah. Saimon itu bodoh, apa yang dia tahu. Nikita berbohong padanya, bisakah dia tidak dibodohi?"
Fifi akhirnya tenang, "Kakak, bawa turun Saimon."
Mendengar kata-kata Fifi, Monica mengira dia akan melakukan itu dengan Saimon saat itu juga, dan mengingatkannya, "Fifi, kamu lebih baik naik ke ranjang saja. Bagaimana jika Saimon melarikan diri?"
"Kakak, apa yang kamu bicarakan? aku ingin memandikannya. Baunya sudah seperti wanita kotor Nikita. Aku jijik!" Fifi mengertakkan gigi dan melototi Saimon , dan membuat Saimon gemetar.
Saimon tahu bahwa dia telah menghancurkan hati bibinya, jadi dia tidak berani berpura-pura menjadi gila dan berulah, dia turun dari tempat tidur dengan patuh.
Saat ini, Fifi yang baru saja selesai menangis, matanya masih berair, dan wajah kecilnya memerah. Saimon melihat dan tanpa sadar ia berkata, "Bibi, kamu sangat cantik."
“ah......”
Fifi tidak menyangka bahwa Saimon yang bodoh akan mengatakan hal-hal seperti itu saat ini, wajahnya memerah, dia mencubit pantatnya, dan tersenyum, "bodoh, kamu sudah bodoh masih tahu cara menipu bibimu."
“Fifi, kamu mandikan Saimon saja, aku akan keluar agar kalian lebih leluasa, jangan sampai ada orang lain.” Monica berkata sambil keluar, dan segera membawakan baskom berisi air hangat.
Ketika Saimon melihat Fifi yang benar-benar ingin memandikannya, jantungnya berdetak kencang, dan rasa membabi buta bersama Nikita tadi mulai datang kembali.
"Dasar bodoh, benar yang dikatakan oleh Nikita, kamu sudah kecanduan, Bibi tidak melakukan apa pun padamu, Bendamu membesar," kata Fifi dengan kesal, ia mengulurkan tangan dan memukul barang Saimon. Setelah beberapa saat, darah buas Saimon semakin mendidih, dan berkata dalam hati. Bibi, jangan bermain lagi, jika tidak aku tidak bisa menahan diri untuk memilikimu.
"Kenapa masih berdiri? Ayo jongkok. Ada air ditubuhmu, Ini benar-benar lengket dan menjijikan!" Fifi berkata dan menariknya ke bawah.
“Sakit, sakit, Saimon sakit.” Saimon benar-benar takut Fifi marah dan mematahkannya.
"Sakit? Kamu bodoh begini masih tahu itu menyakitkan? Kamu orang bodoh membuatku marah, aku benar-benar ingin memotongnya! Agar wanita jalang itu tidak bisa mencari kesempatan lagi!"
Fifi mengertakkan gigi sambil menyebut nama Nikita.
"Bibi cantik, Nikita jelek, hehe."
"Bibi cantik, aku memohon padamu agar baik padaku tapi kamu tidak baik padaku, Nikita jelek dan suka menganggumu, kamu malah patuh dan terbaring diatas tubuhnya. Heng! bodoh!"
Seperti yang dikatakan Fifi. tangannya mengambil air dari baskom dan dengan tangan kecilnya yang lembut ia berhati-hati membantu Saimon membersihkan diri. membuat hati Saimon tenang dan menarik nafas dengan lembut.
Novel Terkait
Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraAfter The End
Selena BeePernikahan Tak Sempurna
Azalea_Siswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiIstri Yang Sombong
JessicaHarmless Lie
BaigeThe Sixth Sense
AlexanderHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)