Hei Gadis jangan Lari - Bab 153 Tanggung jawab
"Hehe, sudah terlambat Melisa." Saimon berkata, "Hehe, kita punya banyak waktu hari ini dan aku ingin memainkan gaya baru."
"Aduh, Saimon jangan bermain lagi, apakah kamu tidak lapar setelah main begitu lama? Aku akan pergi masak untukmu." Melisa berusaha mendorong Saimon dan dia merasa bagian yang tadi sudah lemas menjadi bersemangat lagi.
"Sebentar lagi baru makan, kita punya banyak waktu, Melisa tubuhmu bagus sekali...."
Saimon berkata lalu menggendong Melisa untuk bangun dan Saimon menelan ludahnya sewaktu melihat tubuh telanjang Melisa.
Badan menyusui Melisa sangat menggoda yang penuh pesona keibuan dan kakinya yang putih mulus membuat mata Saimon berbinar.
"Melisa, kakimu bagus sekali."
"Dasar, apa yang kamu lakukan, cepat turunkan aku, kakiku sudah lemas." Melisa lemas sehingga dia memegang leher Saimon dengan kedua tangannya supaya bisa berdiri stabil.
"Hehe, bagaimana bisa melepaskanmu, aku mau memakai kedua kaki mulusmu. Bagus sekali!"
Saimon melihat ke bawah setelah itu sambil mengangkat kaki kanan Melisa dan kaki kirinya di bawah sehingga pemandangan antara kedua kakinya terlihat lebih jelas lagi.
"Ah, Saimon, apa yang kamu lakukan, malu sekali."
Ketika melihat Saimon berdiri tegak dan bersiap masuk, Melisa masih tidak mengerti gaya baru yang dimaksud Saimon. Meskipun dia sudah menyerahkan seluruh tubuhnya untuk Saimon tapi gaya seperti ini membuatnya malu dan dia segera menutupnya dengan satu tangannya, wajahnya terasa merah.
"Saimon, jangan begitu, malu." Melisa terdengar memohon.
"Hehe, buat apa malu, begitu sangat menantang." Saimon terkikik.
"Ah..... Saimon, Ini, ini..... ah....."
Melisa belum selesai berkata tapi dia sudah merasa Saimon memenuhi bagiannya yang perih, dia segera memegang leher Saimon dengan kedua tangannya.
"Dasar, kamu menindasku lagi, ah, jangan, pelan sedikit, sakit....." Melisa menahan serangan Saimon dan berkata.
"Hehe, apakah Melisa merasa tidak nyaman?" Dia menggendong Melisa lalu Melisa menjepit pinggang Saimon dengan kedua kakinya.
"Kamu, kamu melakukan gaya melakukan apa." Suara Melisa terdengar oleh Saimon.
Saimon tertawa setelah mendengarnya, dia tidak menjawabnya sambil memegang bokong Melisa dengan kedua tangannya dan merasakan kelembutan badan Melisa yang tidak berhenti bergesekkan di depannya, Saimon merasa seluruh jiwanya terbang karena merasa sangat nyaman.
"Ah....."
Setelah Melisa menghadapi serangan pertama, teriakannya semakin kencang dan lupa diri.
Sewaktu Saimon meletakkan Melisa di tempat tidur, Melisa bahkan tidak punya tenaga untuk bernapas lagi, Saimon tertawa melihat wanita yang dia taklukkan, ternyata Melisa tidak setangguh Angel.
"Melisa, mengapa kamu begitu cepat menyerah." Saimon tertawa.
"Saimon kamu sangat mematikan sehingga wanita mendamba barangmu tapi setelah dipakai maka tidak ada yang bisa memuaskanmu, aku lelah sekali dan tidak bisa bangun lagi, kamu cari makan sendiri." Melisa mengeluh.
"Hehe, aku akan keluar mencari makan."
Saimon keluar setelah dia memakai baju, dia berkeliling di kota untuk beberapa saat dan sewaktu kembali dia melihat sekelilingnya.
Melisa tertidur bersama bayinya sewaktu dia kembali dari membeli makanan sehingga Saimon menyentuh wajahnya dan pada saat ini Melisa tiba-tiba berteriak.
"Ah, jangan, lepaskan anakkku, Jevon aku mohon...."
Teriakan Melisa langsung membangunkan bayinya lalu menangis sehingga Melisa segera bangun.
Saimon melihat mata Melisa masih takut karena mimpi, hatinya bergetar sambil memeluknya.
"Melisa, jangan takut, aku akan melindungi kalian kelak sehingga tidak ada yang akan merebut anakmu lagi."
"Saimon.....woowooo....."
Pada waktu malam tentu saja Saimon menginap di tempat Melisa dan dia pertama kali tidur seranjang dengan wanita selain itu di tengah mereka juga ada seorang anak kecil, Saimon tidak tidur nyenyak sepanjang malam.
Mereka bertiga tidur di ranjang yang sama maka Saimon harus bertanggung jawab dan punya kewajiban.
Saimon tidak pernah berpikir jika dirinya begitu cepat menjadi seorang ayah karena dia masih muda. Dia merasa dirinya harus dewasa maka harus segera mengurus pekerjaaan karena dia sudah menjadi seorang ayah.
Dia tidak ingin ketika anaknya besar nanti dan ke desa menemukan jika ayahnya adalah seorang bodoh maka dia harus mencari kesempatan untuk kembali normal masuk keluarga Zhao secara terang-terangan lalu menurunkan bajingan Jacky itu.
Suasana pagi di kota tidak ada suara binatang tapi banyak suara berisik para pedagang di luar yang membangunkan Saimon, dia melihat bayi itu tidur nyenyak sambil mengisap jempolnya dan Melisa sudah bangun sejak awal.
Saimon mendengar suara dari dapur dan tahu jika Melisa sedang menyiapkan sarapan sehingga dia merasa seperti berada di desa Zhao seperti suara bibi yang sedang menyiapkan sarapan.
Saimon berguman dalam hati, wanita ini bahkan tidak ada tenaga kemarin dan kembali normal setelah istirahat semalaman dan dia merasa pemulihan Melisa sangat cepat.
Dia berjalan pelan ke dapur karena ingin mengagetkan Melisa tapi begitu sampai di pintu dapur matanya melotot karena badannya bereaksi pada pagi hari, gila, bukankah Melisa membuatku mati karena dia memakai seperti itu di pagi hari?
Dia melihat Melisa memakai celana musim panas sambil membelakangi Saimon dan memotong sayur dan tentu saja mata Saimon melihat ke arah bokong berisi Melisa yang hampir merobek celananya dan di dalamnya terlihat pemandangan yang indah, gila dia bahkan tidak memakai lapisan terakhir.
Novel Terkait
Istri kontrakku
RasudinVillain's Giving Up
Axe AshciellySomeday Unexpected Love
AlexanderLelaki Greget
Rudy GoldAwesome Guy
RobinUnperfect Wedding
Agnes YuThick Wallet
TessaHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)