Hei Gadis jangan Lari - Bab 121 Tidak ada habisnya
"Dasar kamu, apa kamu akan membuat kakakmu kesal?"
Sumi berbicara, dan setelah itu ia duduk di atas tubuh Saimon, kemudian Sumi bagaikan pintu air bendungan, sekali pintu air dibuka, Saimon merasa seperti tenggelam di kolam yang dalam.
Tubuh Sumi terus bergerak maju mundur. Bokongnya membuat Saimon merasa nyaman dan menghela nafas. Melihat sepasang gunung besar Sumi yang terus bergoyang ke kiri dan kanan. Saimon tidak bisa menahan diri, ia membuka mulutnya dan menggigitnya.
“Ah, Saimon, kamu benar-benar mengerti kakak, ayo cepat dorong dengan kuat, cepat.” Nafas Sumi semakin tidak teratur, “Apakah saimon suka memakan kakak?”
"Suka, Saimon suka makan kakak, karena harum dan lembut." Saimon mendesah dalam hatinya. Astaga, gunung besar di Sumi benar-benar nyaman dan lembut sekali, aku ingin menelannya.
"Baguslah kalau kamu suka. Saimon memakan bagian tubuh atas kakak, dan bagian tubuh bawah kakak juga memakan Saimon. Hehe... bagus sekali, kita saling menguntungkan."
Mendengar kata-kata Sumi, merasakan bokong besar Sumi terus mendorong pahanya, Saimon mengutuk dalam hatinya, sialan! bokong Sumi benar-benar terbaik, kemampuan menahannya sangat kuat, setengah hari sudah berlalu dan dia masih kuat.
Seiring berjalannya waktu, Sumi merasa tubuhnya seperti hampir tenggelam dan nafasnya menjadi semakin cepat.
"Saimon, ayo cepat, cepat, kakak sudah tidak bertenaga lagi."
Sumi berkata, dan dia berbaring di tempat tidur, menarik lengan Saimon dan menariknya ke atas tubuhnya.
Astaga, aku pikir bokong Sumi bisa bertahan di babak pertama, ternyata tidak lebih baik dari Angel, aku masih lebih baik.
Saimon juga tersulut oleh godaan itu, dan tidak berlama-lama lagi ia mendorong ke dalam. Kekuatan Saimon sangat berbeda dengan Sumi saat ia bergerak di atasnya.
"Ah, Saimon sakit, ah, pelan sedikit ..."
Pelan sedikit? Sial, omong kosong kamu, aku tidak akan memaafkanmu.
"ah......"
Sumi memeluk Saimon dengan erat dan berteriak. Dia menyesalinya, ia terlalu berekspektasi tinggi dengan kemampuannya untuk menahan, dan ternyata Saimon jauh lebih ganas dari yang dia kira.
Sumi mengigit gigi dan akhirnya tiba, tubuhnya menggigil terus menerus dan butuh waktu lama untuk ia mengatur nafas.
"Saimon, bangunlah, kakak sudah sampai."
Tapi bagaimana mungkin Saimon melepas begitu cepat sebelum dia sampai? Selain itu, dia harus menghukum Sumi, Angel juga belum datang, jadi rencananya belum dimulai, mana bisa berakhir seperti ini.
"Tidak, bengkak Saimon belum hilang, jadi aku tidak bisa bangun."
"Aduh, Saimon, tubuh kakak hampir hancur karena mu dan aku tidak tahan lagi. Kamu bangun dan kakak akan menggunakan mulut dan memakannya untukmu, boleh?"
Mata Saimon berputar. Dia berpikir bahwa mulut kecil Sumi terlihat sangat menggoda, biarkan dia memakannya, mungkin akan lebih nyaman ataupun kebalikannya.
“Ah.....”
"Apakah mulut kakak nyaman? "
"Pasti itu, mulut kakak sangatlah nyaman, apalagi lidah kakak sangat fleksibel, bisa membuat Saimon nyaman setengah mati."
Astagal, mulut pembawa masalahmu dan menyebarkan masalahku, sekarang kamu harus menggunakan mulutmu untuk menyelesaikannya untukku, aneh jika aku tidak merobeknya.
"Tapi aku merasa sangat nyaman sekarang. Kakakku jangan bergerak, Saimon yang melakukannya sendiri, Saimon benar-benar ingin."
"Aduh, kamu jangan bergerak lagi, jika kamu bergerak lagi, kakak akan mati."
Sumi tidak menyangka bahwa setelah dia berkata seperti itu, Saimon masih tidak ingin pindah, membuatnya cemas setengah mati. "Saimon, dengarkan kakak, kamu ... ah ..."
Bagaimana bisa Saimon mendengarkannya bertele-tele, ia dengan kekuatan penuh mendorongnya, Sumi putus asa, kemudian ekspresi nyaman muncul di wajahnya, ia menekan kepala Saimon ke gunungnya.
"Dasar kamu, kamu benar-benar berhutang padamu, bunuh saja aku. Ah ... Jangan Saimon, ah ..."
Setelah setengah hari, Sumi merasa bahwa dia telah pergi ke surga, dia tidak tahu di mana dia berada, dia hanya tahu bahwa seekor binatang buas terus berlari ke arahnya, dan tubuhnya berada di bawah kekuasaan Saimon. Tiba-tiba, dorongan yang lebih kejam dimulai, saraf-saraf Sumi melawan, tetapi dia merasa sangat puas di hatinya.
“ah......”
Serangan mematikan Saimon, membuat Sumi menjerit lagi dan dia merasa seluruh tubuhnya benar-benar terpisah.
"Kakak, aku ingin makan bokong besarmu ..."
Sumi berpikir bahwa Saimon akhirnya sampai dan tidak lagi menginginkannya. Tetapi, setelah itu dia mendengar kata-kata yang membuatnya takut, dia menggerutu dan menelan air liur, memperhatikan tatapan bodoh Saimon dan dengan suara serak berkata.
Jangan Saimon, kakak sudah tidak kuat lagi."
"Tidak, tidak, Saimon masih mau. Saimon suka bokong besar kakak."
Sumi benar-benar putus asa setelah mendengarkan kata-kata Saimon. Sialan jika ia membiarkan Saimon menyerang lagi, dia pasti tidak akan bisa beristirahat selama tiga sampai lima hari.
“Saimon yang baik, bukannya kamu suka makan gunungnya kakak? Ayo makan, ini juga besar, sudah besar lembut lagi, enak sekali.” Sumi mundur dan menahan gunungnya sambil mengguncang-guncangnya.
"Tidak, tidak, Saimon mau bokong besar."
"Saimon, berhentilah membuat masalah. Sini, kakak akan membiarkan mu menghisapnya lagi."
Sial, mengira aku orang bodoh, dua gunung itu apakah lebih menyenangkan dari bokong. Selain itu, amarahku belum turun, bagaimana aku bisa melepaskanmu begitu saja.
"Aku tidak mau!"
Saimon berkata dengan tegas,
Ia segera membalik tubuh Sumi.
"Aduh, kamu, kamu akan membunuhku, itu membuat orang mencintai dan membencimu, cepat ya."
Saimon tersenyum dalam hati, sekarang kamu tahu bahwa aku luar biasa. Sialan, lihat apakah kamu masih berani berbicara sembarangan lagi.
Sumi tidak akan merasakan kenyamanan yang lebih kali ini, dia hanya merasa dibawah telah diolesi cabai, itu panas dan menyakitkan. Yang lebih buruk adalah tidak tahu apa yang terjadi pada orang bodoh ini hari ini, ia benar-benar suka metode memukul bokong.
"Aduh, Saimon jangan pukul lagi, bokong kakak sudah memerah."
"Tidak, Saimon suka mendengarkan suara ini, hehe... bagus dan jelas."
"Dasar bodoh, masih mendengarkan suaranya? Bolehkah kakak mengambilkanmu baskom itu untuk kamu pukul."
"Huh,
Kakak kamu jahat, kamu menipu Saimon agar memukul baskom, Saimon suka memukul daging besar kakak. " Saimon meluruskan pinggangnya, dan dia berbisik di dalam hatinya, bokong besar Sumi yang seperti batu penggiling ini yang membuatnya nyaman. Benar-benar mengasyikkan!
"Ah ... pelan sedikit, kamu ingin membuat kakak senang, ah... ini sangat nyaman, ah... tidak, itu menyakitkan ..."
Sumi sudah bicara tidak jelas dan tidak tahu apa yang diinginkannya.
"Dasar bodoh, pelan sedikit, lain kali kakak tidak akan berani menggodamu lagi, ini tidak ada habisnya, ah... lagi ..."
Saat ini tubuh Sumi melemah, jika bukan karena Saimon menarik bokongnya, mungkin dia sudah berbaring telentang di tempat tidur.
Akhirnya dia merasa bahwa frekuensi tubuh Saimon telah meningkat, Dia menarik napas panjang, menggigit gigi dan berpikir bahwa akhirnya akan berakhir. Tetapi saat ini, teriakan seorang wanita tiba-tiba terdengar di halaman rumah.
"Adik, apakah kamu di rumah?"
Mendengarkan suara di luar, Saimon sangat gembira, Angel akhirnya datang dan ia menjadi lebih bersemangat.
Novel Terkait
CEO Daddy
TantoCinta Tapi Diam-Diam
RossieAkibat Pernikahan Dini
CintiaCinta Yang Dalam
Kim YongyiInventing A Millionaire
EdisonHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)