Hei Gadis jangan Lari - Bab 107 Memainkan Permainan

"Aduh, kamu si bodoh tahu dengan barang bagus juga, kamu masih ingat dengan gilingan besar kakak, haha, kakak akan membiarkan kamu memainkan gilingan besar hari ini. Sangat mengasyikkan."

Sumi menarik Saimon ke tempat tidur lalu dia segera membuka bajunya sehingga badannya yang putih langsung terlihat.

Sumi sudah berusia tiga puluh tahun dan waktu terbaik seorang wanita, masih sangat menarik, dadanya besar sehingga membuatnya terlihat menggoda yang membuat api Saimon lebih besar lagi dan reaksi tubuhnya semakin luar biasa.

"Ya ampun, mengapa semakin membesar, kehidupanku akan menjadi enak mulai sekarang. Benar apa yang dikatakan oleh Nikita, wanita tidak boleh membuat dirinya menderita, mengapa pria bisa sembarang bermain di luar tapi wanita memainkan lobak di rumah."

Sumi sudah menggoyangkan dada besarnya sambil berkata kepada Saimon.

"Saimon ayo, lihat dada besar kakak, apakah kamu menyukainya? Ayo serang dia."

Saimon sangat ingin menyerangnya dan dia berpikir jika dirinya hari ini memang sangat besar dan karena telah berpengalaman maka dia menemukan jika masuk dari belakang maka akan lebih dalam dari depan, dia takut tidak bisa menahan dirinya sehingga membuat Sumi pingsan maka dia berkata.

"Tidak, Saimon tidak mau memainkan gilingan besar, sakit."

"Kamu si bodoh, kamu masih mengatakan kakak membuatmu sakit, banyak omong kosong, cepat sedikit, lebih nyaman jika dari belakang."

"Aku tidak mau, Saimon mau menekan sarangnya."

"Menekan sarangnya?" Sumi merasa bingung, apa itu menekan sarang tapi setelah itu dia langsung mengerti, pasti itu kata-kata yang dikatakan Nikita sewaktu bermain dengannya.

Saimon melihat Sumi tidak tahu apa artinya menekan sarang maka dia segera membalik Sumi lalu menunjuk bagian tengah kaki Sumi, "Sarang, sarang."

"Kamu si bodoh, haha, apakah ini sarang?" Sumi langsung bersemangat sewaktu mendengar Saimon mengatakan areanya itu sebagai sarang, "Apakah Saimon ingin memainkan sarang kakak? Apakah kamu ingin memakannya?"

Sial, makan? Kamu bahkan memakai kata seperti ini.

"Tekan sarang, Saimon mau menekan sarangnya." Saimon berkata sambil menegakkan badannya.

Sumi langsung mengerti ketika melihat gerakan Saimon, dia merasa senang melihat palu besar Saimon, gila, palu menekan sarang benar-benar merupakan sebuah adegan yang bagus tapi saat ini tiba-tiba ingin bermain.

"Apakah Saimon mau menekan sarang kakak?"

"Ya. Saimon mau menekan sarang kakak supaya kakak berteriak, ya...... sama seperti Nikita yang berteriak sakit tapi dia tidak membiarkan Saimon bangun." Saimon berkata untuk menggodanya.

"Aduh, apakah Nikita secabul itu? Tapi, jika Saimon mau menekan sarang maka harus mendengarkan kata-kata kakak dan memainkan permainan dengan kakak." Sumi berkata.

Saimon berkata dalam hati, gila, bukankah orang ini sudah tidak sabaran lagi? Mengapa memainkan permainan lagi, area tengah kakinya sudah seperti sungai tapi dia bahkan masih punya maksud untuk bermain.

"Main permainan, main permaianan....." Meskipun Saimon sudah tidak sabar ingin menungganginya tapi dia juga penasaran permaianan apa yang mau dia mainkan, orang ini setiap hari berada di rumah mungkin saja dia meneliti tentang hubungan pria dan wanita, barang kali akan memainkan permainan menarik.

Saimon merasa dirinya meremehkan tingkat kecabulan Sumi, tapi setelah dia mendengar Sumi menjelaskan aturan mainnya maka dia tahu jika dia telah meremehkan orang ini.

"Saimon sini, pegang badanku lalu letakkan kakimu di pundakku lalu masukkan kepalamu ke dalam sarangku, kamu memakanku seperti ini kemudian aku juga memakanmu dari belakang, bagus tidak?" Sumi berkata sambil terkekeh.

Brengsek, Saimon menelan liurnya, bukankah maksudnya saling memakan, dia benar-benar bisa memikirkannya, memikirkan gaya itu, rasa itu pasti sangat nikmat tapi Saimon tidak mau makan.

"Ah, Saimon tidak mengerti. Saimon sakit karena bengkak, mau menekan sarang kakak."

"Kamu si bodoh tidak mengerti? Saling makan lebih nikmat dibanding menekan sarang, apakah Saimon tidak suka?"

Saimon mengumpat, aku bukan tidak suka bermain tapi aku tidak suka permainanmu, terlalu cabul.

"Saimon sangat menderita, mau menekan sarang bersama kakak."

Saimon sudah tidak tahan lagi maka dia tidak mau menundanya lagi, dia lalu menekan Sumi dan langsung menekannya.

"Aduh, kamu si bodoh, jangan langsung beraksi, ah..... sakit...... nyaman sekali, ah, kuat sedikit....."

Sumi yang tadinya mau memainkan permainan langsung terjerumus sewaktu Saimon masuk, dia merasa seluruh tubuhnya penuh aura binatang buas yang mengisi semua ruang kosongnya, dia segera menjadi kacau.

"Ah, Saimon, kamu besar sekali, aku suka sekali. Ah, palu besar, ah, kuat sedikit."

Teriakan Sumi lebih merangsang Saimon lagi, dia terus menyerang Sumi sehingga teriakan Sumi semakin kencang terdengar seperti hantu.

"Saimon kamu hebat sekali, kamu ingin membuatku mati, cepat, kuat sedikit....."

Saimon beraksi buas di badan Sumi, dia juga menggigit gunungnya tapi Sumi senang sekali.

Sewaktu Saimon bangun dari badan Sumo, Sumi sudah bernapas terengah-engah.

"Saimon si bodoh ini hebat sekali, kamu memberi kakak tiga kali, kakak sudah lama tidak senyaman ini, aku sangat suka palu besarmu, kenapa masih sebesar ini."

Setelah itu, Saimon tidak ingin berada di sini lagi, bagaimana jika selingkuhan Sumi datang, dia tertawa lalu keluar.

Begitu keluar dari rumah Sumi, Andy dan Merry menatap dengan tatapan kaget.

"Apakah Merry melihatnya?" Andy menelan air liunya.

"Iya, aku sudah melihat Saimon keluar dari rumah Sumi." Merry berkata dengan kaget.

"Sial, mengapa Sumi juga bermain dengan Saimon, meskipun bodoh dia juga mau karena ada barang besar? Merry, aku tidak bisa tahan lagi, mari kita bermain di rumah sekali lagi."

"Sial, apakah masih belum cukup, punyaku sangat kecil, tidak bisa bermain terus."

"Hehe, aku akan memainkannya dulu sebelum bermain, pasti tidak akan sakit, hehe....."

"Kamu cabul."

Tentu saja Saimon tidak tahu Andy terangsang melihatnya dan ingin bermain dengan Merry, dia berjalan keluar sambil berpura-pura bodoh tapi dia dipanggil begitu mau masuk ke rumah.

"Saimon, Saimon, cepat ke sini."

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu