Hei Gadis jangan Lari - Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
"Buang air kecil?" Gumam Fifi yang hendak berbaring kembali ke ranjang, namun tiba-tiba dia mengangkat kepala dan berkata dengan heran, "Jadi kenapa kamu berjalan hingga pintu ruangan dalam, bukankah pispot sudah lewat?"
"Ah? su.. sudah lewat, ka.. kalau begitu aku kembali."
"......"
Fifi menatap wajah Monica yang terlihat panik, kemudian melihat jalur yang dia tuju, Fifi langsung mengerti apa yang dipikirkannya, hatinya merasa senang, dia tersenyum dan berkata.
"Kakak, apakah kamu ingin pergi mencari Saimon?"
"Ah, ba.. bagaimana mungkin, kakak tidak berpikiran seperti itu, malam-malam begini pergi ke ruangan dalam untuk apa, aku mau buang air kecil, buang air kecil....." Kata Monika dengan panik, kemudian dia melepaskan celana tidurnya dan berjongkok diatas pispot.
Dalam hati, Fifi merasa senanag melihat sikap kakaknya yang berusaha menutupi hal ini, pada saat yang bersamaan juga mengerti alasan kakak pergi ke kamar Saimon secara diam-diam, dengan sedikit sedih dia berkata.
"Kakak, cepat berdiri, jangan berpura-pura lagi." Sambil mengatakannya, Fifi bangkit dari ranjang.
"Ah, ti.. tidak berpura-pura kok, aku memang mau buang air kecil....." Melihat Fifi turun dari ranjang dan pergi menyalakan lampu, Fifi segera menimbun cairan dalam tubuhnya dengan sekuat tenaga, namun semakin dia panik, semakin tidak bisa keluar.
Ketika dia sedang berusaha sekuat tenaga, Fifi sudah berjalan sampai di hadapannya, dan tangannya menangkap kedua kaki Monica.
"Fifi, apa yang kamu lakukan, kotor sekali." Kata Monica, dia segera bangkit berdiri dengan terburu-buru, hendak mengenakan celana tidurnya.
Namun untuk menghilangkan semua kekhawatiran Monica, bagaimana mungkin Fifi membiarkan Monica memakai celana untuk menghilangkan bukti. Satu tangan Fifi mencengkram celana Monica, satu tangan lagi digoyangkan dihadapan Monica.
“Kakak, apa ini yang lengket-lengket di tangan? Jangan beritahu aku bahwa ini adalah urin, ini sangat lengket, lagi pula, hehe... kakak, kamu mau pergi ke ruangan dalam untuk mencari Saimon kan?"
Melihat cairan lengket yang berkilau di tangan Fifi, Monica merasa sangat malu, dengan lemas dia berdalih
"Fifi, jangan sembarangan bicara, bagaimana mungkin aku pergi mencari Saimon, aku...."
"Kakak, kamu jangan membohongiku lagi, aku tidak peduli, sebenarnya aku sudah mengatakan bahwa kita akan bersama dengan Saimon untuk selamanya. Lagi pula, kamu sudah sangat basah, untuk apa masih berhati-hati denganku." Kata Fifi dengan tenang.
Mendengarkan perkataan adik, hati Monica tergoyang, dengan sedikit kesulitan dia berkata, "Adik, tubuhku ini rasanya seperti terbakar, sangat tidak nyaman, bayang-bayang Saimon muncul dalam kepala ketika memejamkan mata, tubuh... juga terasa sangat tidak nyaman, hanya berpikir untuk mencari Saimon, meskipun hanya memeluknya dan tidak melakukan apa-apa, aku juga rela."
Setelah mengatakannya dalam satu tarikan nafas, Monica hanya merasa lega, bagaikan semua belenggu moral telah hilang, dia hanya berharap adik tidak menyalahkan keserakahannya.
"Aku tahu bahwa tidak seharusnya aku memiliki niat lain terhadap Saimon, tapi kakak tidak dapat menahannya, tubuh ini memiliki kehendak lain.
Fifi melangkah maju dan memeluk Monica, "Apa yang kakak katakan, kamu ingin bersama dengan Saimon, ini adalah keberuntungannya, jika penyakitnya sudah sembuh, dia pasti akan merasa sangat senang setelah mengetahui bahwa bibi Monicanya telah menjadi wanitanya. Lagi pula, Saimon ini memang sangat menyukaimu, jangan karena menghiraukanku jadi mennghabiskan waktumu...."
"Adik benar-benar tidak keberatan?"
"Haiya, kakakku, sudah berapa kali kukatakan, Saimon adalah milik kita berdua, aku tidak akan memonopolinya. Lagi pula kamu sudah seperti ini, masih saja bertele-tele, hehe, kak, apakah rasanya sungguh sangat enak, kamu ini masih bengkak, tapi sudah mau ya? Hihihi....."
"Dasar kamu, tidak boleh menertawakan kakak, ah..."
Sebelum Monica selesai berbicara, Fifi sudah mendorongnya masuk ke ruang dalam, "Kakak masuklah, malam ini kamu tidur bersama dengan Saimon saja."
Fifi mengatakannya sambil menutup pintu dengan keras, tidak lama kemudian membuka sedikit celah secara diam-diam, dia harus melihat dengan baik suntikan Saimon dan kakak.
Monica didorong ke ruang dalam secara paksa oleh Fifi, berpikir bahwa karena adik tidak keberatan, dirinya tidak perlu merasa malu lagi, meliat Saimon yang memejamkan mata di atas ranjang, dalam hati Monica berpikir ketika anak ini sedang tertidur, masih sama tampannya dengan dulu, kemudian Monica meraba dan masuk kedalam selimut Saimon.
Saimon telah mendengar apa yang terjadi diluar tadi, melihat bahwa akhirnya bibi Monica telah melepaskan kekhawatiran dan masuk kedalam selimutnya, dari dalam hati, Saimon merasa senang, berusaha untuk menahan dorongan untuk menekan bibi Monica dibawah tubuhnya dan menunggu bibi Monica untuk mengambil inisiatif.
Setelah masuk kedalam selimut Saimon, Monica langsung meletakkan kepalanya di dada Saimon, seiring dengan mendengar suara detak jantung Saimon, dia merasa semakin gugup, satu tangannya menuju ke bawah secara perlahan, dan tiba-tiba Monica membelalakkan matanya.
Ternyata si bodoh ini tidur tanpa memakai celana, dan hal yang membuat dia lebih senang adalah di tengah malam seperti ini, ternyata si bodoh ini sudah membengkak hingga sebesar ini.
Tangan Monica mengelus tubuh Saimon bagian bawah dengan perlahan, wajahnya semakin memerah, dia merasa sepasang kakiknya semakin lengket, tidak bisa menahan diri untuk merapatkan kedua kakinya, dan tangan lainnya langsung masuk kedalam baju tidurnya, mulutnya memanggil nama Saimon, tidak berhenti untuk mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Saimon.
Tangan kecil Monica meraba tubuh bagian bawah Saimon tanpa henti, membuat Saimon merasa sulit menahan diri, benda yang sudah membengkak itu semakin membesar, dalam hati dia berkata sudah begini kenapa bibi Monica masih
Bukan hanya Saimon saja yang tidak sabar,
Fifi yang mengintip dari balik pintu juga merasa sangat tidak sabar, Saimon segera "terbangun", kemudian bertanya dengan kaget.
"Bibi, kenapa kamu ada diatas ranjang Saimon?"
"Ah, Saimon kamu sudah bangun ya, bolehkah bibi tidur bersama dengan Saimon?"
"Baik, baik, Saimon suka tidur dengan bibi Monica, tubuh bibi sangat wangi, sangat enak dicum." Saimon yang sedang berbaring telentang membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Monica, melihat wajah Monica yang cantik dan kulitnya yang putih, kemudian tangan Saimon masuk kedalam baju tidur Monica.
"Bibi, tubuh bibi sangat wangi, sangat licin, Saimon ingin makan susu bibi....."
Monica sedang berpikir bagaimana caranya untuk membimbing Saimon, saat mendengar perkataan Saimon, Monica merassa sangat senang, dia segera melepaskan baju tidurnya dan menampakkan sepasang gunung yang besar.
"Saimon makanlah, makan bibi dengan baik-baik."
"Makan bibi, Saimon ingin makan bibi." Saimon meletakkan kepalanya diantara kedua gunung Monica, hanya merasa sangat wangi, sangat lembut.
Dan Monica merasakan Saimon yang sedang meremas gunungnya dan meraba tubuhnya tanpa henti, mengakibatkan tubuhnya yang sudah memiliki reaksi itu menjadi semakin tidak sabar, dia bagaikan merasa ada arus listrik yang tak terhitung jumlahnya mengalir ditubuhnya, selangkangannya terasa seperti ada api, sangat panas, hanya merasakan tempat yang tadinya lengket, sekarang semakin basah, tidak bisa bisa menahan diri untuk menggerakkan tubuhnya.
Tentu saja Saimon telah merasakan reaksi tubuh Monica, dan dari dalam hati dia merasa senang, Saimon mengangkat kepala dari gunung Monica, kemudian berkata dengan bodoh.
"Bibi, bagian bawah Saimon bengkak lagi, Saimon ingin menyuntik bibi, Saimon ingin menghilangkan bengkak."
Novel Terkait
Gaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesThe Sixth Sense
AlexanderMr Huo’s Sweetpie
EllyaBeautiful Lady
ElsaCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoThe Great Guy
Vivi HuangHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)