Hei Gadis jangan Lari - Bab 75 Diolesi Obat
Saimon tidak akan berhenti, dia akan pergi setelah selesai bersenang-senang, dia takut dia akan ingin melakukannya lagi jika tetap tinggal di sini lebih lama, pantat besar ini sangat nyaman untuk diajak bermain, Saimon merasa kelak dia harus sering datang ke rumah Sumi untuk bertamu.
Sumi sudah dibuat lemas oleh Saimon, melihat Saimon mengabaikannya dan langsung pergi, dia merasa sangat tidak berdaya, dia sekarang tidak memiliki kekuatan untuk bangun dari tempat tidur.
Saimon menyelinap keluar dari rumah Sumi dan kembali ke belakang rumah Merry, mendengar suara Merry dan Andy sedang bicara datang dari dalam, Saimon tahu bahwa mereka telah selesai melakukannya, dia meregangkan kakinya dan menendang dinding, kemudian terdengar suara orang mengenakan pakaian.
Lalu dia melihat Andy menyelinap keluar dengan memanjat dinding rumah Merry.
"Apa yang kamu lakukan di rumah janda?!"
Saimon langsung merangkul pundak Andy dari belakang, itu membuat Andy terkejut hingga seluruh tubuhnya bergidik, dia menoleh, setelah melihat itu adalah Saimon, dia menyeka keringat dingin di dahinya.
"Brengsek! Saimon, apakah kamu tidak tahu orang juga bisa mati karena terkejut, kamu hampir membuatku impoten karena terkejut!"
"Kak Andy apakah sekarang masih impoten? Aku telah lama mendengar dari belakang rumah janda Merry, apakah penyakitmu yang tidak bisa seks sudah sembuh?" Saimon menyeringai.
"Hehe, tidak bisa dibandingkan dengan kamu, tetapi itu masih bisa dianggap normal, semuanya berkat arahanmu, jika tidak aku tidak tahu kapan penyakitku ini akan sembuh." Meskipun Andy berkata dengan rendah hati, namun ekspresi bangga diwajahnya terlihat sangat jelas.
Saimon juga tidak mengatainya, dia tidak bertele-tele lagi, dia menarik Andy ke area tersembunyi, dan memberi tahu Andy tentang percakapannya dengan Angel.
Melihat Saimon terlihat licik, Andy langsung tanpa sadar menjepit kakinya, dia tahu perasaan impoten, penderitaan itu tidak dapat ditanggung oleh pria normal, jika dia menotok Jacky, si bajingan yang hasratnya begitu kuat itu, dan membuatnya impoten, Jacky ini pasti akan merasa sangat menderita.
"Saimon, apakah kamu sudah yakin?"
"Ya. Meskipun tidak dapat langsung membunuh Jacky, tetapi dia tidak akan lolos dari hukuman yang akan aku berikan!" Ujar Saimon dengan ekspresi licik.
Andy menelan air ludahnya, Jacky ini benar-benar akan tamat, dia merasa bersimpati pada Jacky di dalam hatinya, dan pada saat yang sama dia diam-diam bersumpah di dalam hatinya bahwa kelak ia tidak akan pernah menjadi musuh Saimon, dia terlalu ... kejam!
"Saimon, kamu ingin aku bagaimana bekerja sama denganmu?" Tanya Andy.
"Jangan khawatir, kak Andy, meskipun kamu dan Jacky juga memiliki dendam, tetapi dendam itu tidak jauh lebih dalam dari dendamku, aku tidak akan membiarkanmu untuk menotok titik akupunktur, kamu hanya perlu bantu aku untuk menangkapnya!" Ujar Saimon.
"Oke!" Andy langsung setuju.
"Baiklah kalau begitu, begitu langit gelap, kita akan berjaga di luar rumah Jacky, jika dia keluar, kita harus langsung menangkapnya dan menyelesaikannya dalam satu gerakan!"
Mereka berdua adalah master, mereka menangkapnya dari belakang, dan otomatis bisa menangkap Jacky dalam satu gerakan, setelah Saimon menotok beberapa bagian yang berkaitan dengan fungsi seks pria Jacky dengan cepat, mereka baru benar-benar melepaskannya.
Memasukkan kepalanya ke karung, memukulnya dengan tongkat, dan menotoknya, itu tidak perlu menggunakan beberapa menit, setelah Jacky benar-benar dilepaskan lagi, membuka matanya dan melihat sekitarannya gelap, dia hanya akan merasa tertegun, dia tidak akan merasa adanya ketidaknyamanan fisik sedikitpun.
Dan dua yang sudah berhasil, satunya kembali ke rumah Merry, dan satunya lagi langsung pergi ke rumah bibinya.
Memikirkan hari ini dia baru melakukan hal itu dengan Monica, Saimon merasa senang, dia tersenyum menyeringai, sekarang Jacky tidak lagi berguna, dan dia telah menemukan cara untuk menghasilkan uang, Saimon hanya merasa bahwa kehidupan yang bahagia telah semakin dekat.
"Bibi, Saimon sudah kembali." Sebelum masuk ke rumah, Saimon berteriak dengan gembira dan tidak sabar.
Namun, begitu masuk ke rumah, dia melihat pintu depan tertutup, kemudian Saimon mendengar ada suara gemerisik datang dari rumah, Saimon memutar matanya dan berkata dalam hati, mungkin kedua bibinya memiliki rencana lagi.
Memikirkan jika dia bisa makan Fifi lagi setelah makan Monica, hehe, hidupnya akan lengkap.
Semakin dia memikirkannya, semakin dia pikir hal itu mungkin. Hari ini Bibi Monica telah menyerahkan tubuhnya untuk dirinya, dengan adanya kakak yang memimpin, ketakutan di dalam hati adik pasti telah berkurang banyak, dan dia juga diberikan manfaat dari melakukan itu oleh Angel, jika Fifi menginginkannya itu juga bisa dimaklumi.
Saimon merasa sangat bahagia, bisa menyatu dengan orang yang dicintainya, itu adalah impian banyak pria, tidak disangka, hari ini kedua bibinya akan menjadi miliknya.
Memikirkan bahwa dia juga telah melakukan hubungan dengan Sumi dan Angel lagi di sore hari, Saimon merasa dirinya sangat kotor, dia berbalik dan berencana mandi di kolam ikan, tetapi begitu dia berbalik, dia mendengar jeritan di dalam rumah.
"Ah ... Fifi, pelan sedikit, ah ... geli ... sakit."
Suara Monica membuat Saimon merasa bingung seketika, dia berjingkat-jingkat berjalan ke jendela, kemudian adegan di dalam membuatnya mimisan, itu lebih mengasyikkan daripada menyuruhnya dan Fifi langsung berhubungan.
Dia melihat Fifi memegang botol obat berwarna coklat di satu tangan, dan memegang bola kapas di tangan lainnya, dia sedang membantu Monica mengolesi obat ada bagian bawahnya dengan saksama.
"Kakak, Saimon ini terlalu tidak memikirkan orang lain, lihat kamu sudah bengkak seperti ini, kencing pun sudah menjadi masalah, jika bukan karena Angel memberikan obat ini, mungkin ini akan bengkak selama beberapa hari." Fifi berkata dengan tidak puas.
"Aku tidak menyalahkan Saimon, itu semua karena aku rakus, dia seorang yang idiot, bagaimana dia bisa mengendalikan kekuatannya. Lagipula, ini akan baik-baik saja setelah dua hari, mana perlu repot-repot diolesi dengan obat. Ah ... sakit, pelan sedikit, geli." Monica membela Saimon.
"Kakak, kamu bela saja dia. Kamu tidak memikirkan diri sendiri, kamu sudah jongkok di jamban begitu lama hari ini, bukankan itu karena bengkaknya ... itu bengkak hingga sudah tidak bisa buang air kecil lagi." Fifi berkata dengan wajah memerah.
Memikirkan sore ini, ketika kakaknya berjongkok di jamban selama lebih dari setengah jam dan tidak bisa buang air kecil, Fifi merasa lucu.
"Apa yang kamu katakan ini. Fifi, aku beri tahu padamu kamu tidak boleh mengatakan ini kepada siapapun, jika tidak aku akan kehilangan martabatku." Ujar Monica, dia melebarkan selangkangannya lagi, dan membuat Saimon, yang mengintip di luar jendela menelan air liur.
Kenapa bagian intim Bibi Monica bisa bengkak seperti itu, itu ... seperti roti putih besar, tetapi itu terlihat sangat menarik.
"Hehe, tidak akan, aku tidak akan mengatakannya kepada siapapun, kakak, aku ingin bertanya padamu, apakah melakukan itu begitu menyenangkan? Kamu sudah bengkak seperti ini, dan kamu masih menginginkannya." Fifi terus mengolesi obat di area bengkak Monica.
"Ya. Kakak tidak punya pengalaman, barang Saimon terlalu besar, jadi akhirnya aku dibuat menjadi bagitu bengkak, nanti juga akan memiliki pengalaman, dan itu adalah waktu untuk menikmati kebahagiaan." Monica berbicara sambil tersenyum.
"Kakak ..." Wajah Fifi memerah, apa yang dikatakan kakaknya terlalu eksplisit, dulu, kakaknya lebih pemalu daripada dia, apakah karena dia memiliki hubungan nyata antara pria dan wanita dengan Saimon sehingga dia menajadi begitu terbuka hari ini?
"Eh … Fifi, kamu tidak menyalahkan kakak karena memiliki pemikiran ini pada Saimon bukan?" Monica bertanya dengan sedikit cemas.
Sejak melakukan hal itu dengan Saimon, Monica selalu tenggelam dalam perasaan itu, terutama mati rasa dan rasa sakit yang dirasakan di bagian bawahnya sewaktu-waktu, itu lebih mengingatkannya pada bagaimana perasaan Saimon melakukan itu padanya, itu membuatnya mengabaikan perasaan adiknya, yang sebagai istrinya yang sesungguhnya.
Setelah Monica bertanya, Saimon juga tidak menatap pandangan indah di bagian bawah Monica, dia juga mulai mendengarkannya dengan saksama, jika Fifi merasa tidak senang, maka kelak dia tidak akan begitu bahagia lagi.
Novel Terkait
My Goddes
Riski saputroUnperfect Wedding
Agnes YuDon't say goodbye
Dessy PutriThe Sixth Sense
AlexanderUnplanned Marriage
MargeryPrecious Moment
Louise LeeMy Greget Husband
Dio ZhengHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)