Hei Gadis jangan Lari - Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
Kata-kata Melisa membuat Saimon terkejut sambil memperhatikan wajah merah Melisa karena sepertinya Melisa tidak terlihat seperti wanita genit tapi mengapa dia juga merasa penasaran dengan barangnya.
Tapi, dia mengingat kata-kata Angel yang mengatakan barangnya adalah barang langka sehingga tidak ada wanita yang tidak membuka kakinya ketika melihatnya.
Melisa melihat Saimon melihat dirinya dengan bingung sehingga langsung menjadi malu, "Tuan penyelamat jangan salah paham, aku bukan wanita yang sembarangan, aku, aku hanya penasaran dengan ukurannya saja....." Tanpa sadar Melisa menggerakkan pahanya ketika dia berkata.
Melisa memakai baju hamil yang longgar sehingga terlihat jurang yang dalam di balik bajunya yang membuat Saimon merasa membara.
"Melisa, itu, mengapa kamu juga penasaran?" Saimon menatap jurang yang ada di dalam baju Melisa sambil menelan ludah.
Meskipun Melisa sedikit malu tapi dia sudah menjadi seorang ibu sehingga bukan masalah aneh jika dia membahas masalah ini dengan Saimon.
"Tuan penyelamat mungkin tidak tahu jika wanita selalu penasaran dengan barang milik pria sama seperti pria penasaran dengan milik wanita, apakah kamu tidak ingin melihat barang wanita ketika kamu melihatnya? Maka wanita juga ingin melihat barang pria itu karena itu adalah barang yang tidak kita miliki. Selain itu, aku adalah wanita yang sudah punya pria sehingga tahu kelebihan barang itu maka tentu saja akan penasaran....."
Saimon mengangguk setelah mendengar kata-kata Melisa, komentarnya sama seperti yang dikatakan Angel.
"Jika begitu, apakah kita bisa mengatakannya setelah masuk ke dalam rumah." Saimon merasa tidak nyaman sambil melihat ke arah pintu, dia takut jika para preman itu datang dan melihat dia memamerkan pusakanya.
"Ah, benar, benar, Tuan penyelamat masuklah."
Setelah itu Melisa membawa jalan di depan dan Saimon mengikutinya di belakang sambil menatap celana panjang Melisa yang longgar dan hatinya berpikir meskipun badan Melisa kecil tapi dada dan bokongnya sangat berisi, pantas saja anah buah Jevon terus memikirkannya.
Saimon langsung masuk ke rumah Melisa, untung saja ini rumah di kota sehingga sangat bersih yang lebih baik dari rumah Jacky. Di rumah itu ada aroma wangi susu dan Saimon tahu karena Melisa sedang menjaga anak.
Melisa sudah menyeduhkan teh untuknya sewaktu dia masih memperhatikan rumahnya dan ketika dia menunduk untuk memberikan teh kepadanya, pemandangan di dalam baju longgar terlihat sekali lagi yang membuat api Saimon membara.
"Tuan penyelamat, minum tehnya." Melisa sepertinya tahu jika dia melihatnya.
"Ah, baik, Melisa, jangan panggil aku tuan penyelamat lagi karena siapa pun akan memberikan bantuan sewaktu melihat kejadian itu. Namaku Saimon dan kamu bisa memanggil namaku saja." Saimon berkata sambil melambaikan tangannya.
"Ah, tuan..... saudara Saimon, kamu pandai bercanda, kamu lihat hari ini Jevon merebut anaknya dan apakah ada orang yang keluar memberikan pertolongan kita para preman itu mempermalukanku?" Melisa berkata.
Kata-kata Melisa membuat Saimon tidak bisa berbuat apa-apa.
"Haha, mungkin karena orang-orang Jevon terlalu banyak maka mereka tidak berani menyinggungnya." Saimon berkata.
Mata Melisa berputar ketika mendengar kata-kata Saimon, "Jika begitu mengapa kamu berani menyelamatkanku?"
"Aku tidak suka mereka menindas orang, selain itu Jevon bahkan mau menjual anaknya sendiri, bukankah itu perbuatan tidak terpuji? Jadi tentu saja aku akan mengurus masalah ini!"
Mata Saimon bersinar ketika mengatakan ini sehingga membuat hati Melisa bergetar, dia dipermalukan oleh Jevon tapi tidak ada orang di kota ini yang berani menolongnya tapi tidak diduga Saimon begitu berani sehingga dia seorang diri menantang orang sebanyak itu.
Wanita suka dengan pahlawan apalagi pahlawan langka seperti Saimon tapi Melisa tahu diri, orang yang menarik seperti Saimon pasti banyak disukai para wanita, wanita yang sudah punya anak tapi belum menikah dan ditinggalkan mana mungkin pantas untuknya.
Tapi jika Melisa tahu Saimon hanya seperti orang bodoh di keluarga Zhao, tidak tahu apa yang akan dia pikirkan.
Saimon tentu saja tidak tahu jika Melisa berpikir sembarang setelah mendengar kata-katanya, dia minum tehnya untuk menekan emosi yang disebabkan oleh Melisa , dia ingin segera pergi.
Tapi mana mungkin Melisa akan membiarkan dia duduk begitu saja.
"Saimon, apakah kamu bisa membiarkanmu melihat barangmu sekarang?"
"Bruk..... Saimon menyemburkan air dari mulutnya karena dia berpikir jika dia sudah melupakan masalah itu tapi ternyata dia masih mengingatnya, dia menelan ludahnya dan merasa seluruh badannya menggigil dan atsmofer di dalam ruangan penuh godaan.
"Ah, apakah kamu baik-baik saja Saimon, aku akan mengambilkan handuk untukmu."
Melisa segera pergi mengambil handuk lalu dia membungkuk untuk membantu menyeka air yang ada di leher Saimon dan Saimon bisa melihat seluruh pemandangan di dalam baju Melisa begitu dia menunduk selain itu gerakan Melisa membuat pemandangan putih di dalam bergoyang sehingga badannya langsung bereaksi keras.
Meskipun Melisa menyeka leher Saimon tapi tatapan matanya terus menuju ke bagian Saimon yang membuatnya penasaran.
"Ah, Saimon, kamu, kamu sudah bangun, besar sekali!"
Melisa berkata dengan kaget tapi Saimon tidak mengatakan apa-apa lalu dia mengangkat kepalanya dan melihat jika Saimon sedang melihat dadanya sehingga dia merasa senang karena ternyata tuan penyelamatnya juga menyukai dadanya yang besar, dia pikir Saimon akan merendahkannya karena dia pernah melahirkan anak tapi sepertinya itu hanya pikirannya saja.
Pahlawan menyelamat wanita maka wanita akan menggunakan badan untuk membalasnya sehingga pikiran seperti ini membuatnya merasa panas kemudian dia melihat bagian celana Saimon yang begitu tangguh dan dia diam-diam menarik bajunya longgarnya sehingga kerahnya menjadi lebih rendah lagi.
Dan segera gunung Melisa yang tinggi terlihat jelas.
Gruk, gruk......
Saimon menelan ludahnya yang membuat tenggorokan bergerak naik turun.
Melisa terlihat seolah-olah dirinya tidak tahu jika dirinya tereskpos, "Saimon, dagumu masih ada, aku bantu kamu lap." Setelah itu badannya mendekat sehingga pemandangan yang terekspos itu tepat berada di depan mulutnya.
Wangi sekali!
Sangat lembut! Sangat ingin memakannya.
Ketika napas Saimon yang panas mengenai dada Melisa, membuat Melisa merasa dirinya sudah lama tidak sosok pria sehingga tangannya secara alami memegang bagian Saimon yang besar itu.
"Saimon, kamu besar sekali."
Novel Terkait
Beautiful Love
Stefen LeeBlooming at that time
White RoseMr Huo’s Sweetpie
EllyaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiGet Back To You
LexyDon't say goodbye
Dessy PutriSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiMore Than Words
HannyHei Gadis jangan Lari×
- Bab 1 Bibi Monica
- Bab 2 Balas Dendam
- Bab 3 Untuk Pertama Kalinya Dalam Hidupnya
- Bab 4 Ditenggelamkan Ke Kolam
- Bab 5 Berhenti Di Sana
- Bab 6 Orang Bodoh
- Bab 7 Mencari tahu
- Bab 8 Ada yang janggal dari kematian ayah
- Bab 9 Kamu Tidak Gila
- Bab 10 Saimon Sudah Tumbuh Dewasa
- Bab 11 Transaksi
- Bab 12 Gadis Penyulam
- Bab 13 Berguna
- Bab 14 Keputusan Nikita
- Bab 15 Keputusan dari tiga wanita
- Bab 16 Terikat
- Bab 17 Amati dan pelajari
- Bab 18 Mandi
- Bab 19 Persekongkolan
- Bab 20 Berada di satu jalan
- Bab 21 Terungkap sepenuhnya
- Bab 22 Tidak takut sakit
- Bab 23 Suntik
- Bab 24 Jangan malu
- Bab 25 Tolong
- Bab 26 Menunjukkan
- Bab 27 Ada Aroma
- Bab 28 Tali
- Bab 29 Keterampilan Mencapai Titik Akupuntur
- Bab 30 Mengobati Penyakit Di Rumah
- Bab 31 Menunjukkan Kemampuan
- Bab 32 Jamban
- Bab 33 Saimon Sayang Bibi
- Bab 34 Diam-diam Menyakiti
- Bab 35 Membujuk Sumi
- Bab 36 Sekarang Giliranmu
- Bab 37 Bersemangat
- Bab 38 Cara Mengobati Penyakit
- Bab 39 Memeriksa Tubuh
- Bab 40 Jessline
- Bab 41 Kakak Bantu Obati Penyakit
- Bab 42 Jessline yang Berpengetahuan Luas
- Bab 43 Ikan Itu Benar Ampuh
- Bab 44 Obrolan Malam Adik dan Kakak Ipar
- Bab 45 Sesuatu yang Mencurigakan
- Bab 46 Mulus
- Bab 47 Saimon Bisa Mengobati
- Bab 48 Tidak Tahan Lagi
- Bab 49 Siapa Duluan Sama Saja, Kan?
- Bab 50 Ingin tapi Takut
- Bab 51 Masih Ingat Kakak?
- Bab 52 Barang Yang Bukan Milik Sendiri
- Bab 53 Tahan
- Bab 54 Dimana Terasa Nyaman?
- Bab 55 Gadis di Kota
- Bab 56 Lepaskan wanita itu
- Bab 57 Berani Atau Tidak Menyentuhnya
- Bab 58 Empat Ratus Ribu Untuk Sekali
- Bab 59 Para Wanita Yang Antusias
- Bab 60 Minum Tehnya Tuan penyelamat
- Bab 61 Membalas Dengan Tubuhnya
- Bab 62 Coba Saja Baru Tahu
- Bab 63 Jangan Lupa Datang Mencariku
- Bab 64 Kakak Duluan Jelajahi Jalan
- Bab 65 Bahagianya Monica
- Bab 66 Masih Ingin
- Bab 67 Interogasi
- Bab 68 Menyeka
- Bab 69 Istri Yang Sangat Sensasional
- Bab 70 Kamu lihatlah kakak perempuan disini
- Bab 71 Tergelincir sekali lagi dengan kuda liar yang tersisa dari Monica
- Bab 72 Aku Harus Memperlakukanmu Dengan Baik
- Bab 73 Menunggang Kuda
- Bab 74 Serangan Penggilingan
- Bab 75 Diolesi Obat
- Bab 76 Sialan, Benar-benar Pandai Memilih Waktu
- Bab 77 Perannya Telah Berubah
- Bab 78 Menyenangkan
- Bab 79 Turunkan Pisaunya
- Bab 80 Apakah Kamu Mengelabui Saimon Untuk Menyuntikmu?
- Bab 81 Kakak Iparku Baru saja pergi
- Bab 82 Bertindak secara realistis
- Bab 83 Air Gulanya enak
- Bab 86 Ragu-ragu
- Bab 85 Nikita Datang
- Bab 86 Buktikan Kamu Adalah Pria
- Bab 87 Pria Tak Berguna
- Bab 88 Cara Bagus
- Bab 89 Cara Ini Boleh Dijalankan
- Bab 90 Rencana Bibi dan Kakak Ipar
- Bab 91 Sikap Tak Biasa Jessline
- Bab 92 Sakitnya Terlalu Parah
- Bab 93 Permainan
- Bab 94 Berisik
- Bab 95 Mau atau Tidak
- Bab 96 Menjulang ke Atas
- Bab 97 Kakak, Apa yang Kamu Lakukan
- Bab 98 Bibi Datang Untuk Apa
- Bab 99 Tidak Boleh Pergi
- Bab 100 Kakak nakal ya
- Bab 101 kekuatan Batang
- Bab 102 Memakai Mulut
- Bab 103 Pingsan
- Bab 104 Angel Beraksi
- Bab 105 Jangan Beritahu Orang Lain
- Bab 106 Gilingan besar
- Bab 107 Memainkan Permainan
- Bab 108 Bibi Tidak Takut Kotor
- Bab 109 Permainan lain
- Bab 110 Aku Masakkan Ikan Untukmu
- Bab 110 Menjadi Milikmu
- Bab 112 Menikahi Wanita Seperti Apa
- Bab 113 Beredar
- Bab 114 Melahirkan Anaknya
- Bab 115 Cara Melahirkan Anak Laki-laki
- Bab 116 Keuntungan
- Bab 117 Aku Akan Menemanimu Bermain
- Bab 118 Semuanya Sudah Tahu
- Bab 119 Sumber Berita
- Bab 120 Kakak Orang Jahat
- Bab 121 Tidak ada habisnya
- Bab 122 Sudah direncanakan
- Bab 123 Apa-apaan ini
- Bab 124 Membandingkan
- Bab 125 Keributan dalam rumah
- Bab 126 Mana yang lebih besar
- Bab 127 Sapu Kasur
- Bab 128 Membangkitkan nafsu.
- Bab 129 Membuat tanda
- Bab 130 Melakukan beberapa kali lagi
- Bab 131 Membersihkan
- Bab 132 Kak, kamu bantulah aku mengawasi
- Bab 133 Pengajaran
- Bab 134 Bibi Jahat
- Bab 135 Ini Tidak Melelahkan
- Bab 136 Dari Depan
- Bab 137 Sangat Panas
- Bab 138 Dibuat Hingga Tidak Berguna
- Bab 139 Hanya Sementara
- Bab 140 Perdebatan Antara Dua Wanita
- Bab 141 Bantu Aku
- Bab 142 Bagaimana Bisa Sebesar Itu?
- Bab 143 Sudah Beberapa Tahun Tidak Pernah Merasa Hingga Ke Puncak
- Bab 144 Dibuat Rusak
- Bab 145 Jenderal Dan Kuda
- Bab 146 Menunggangi Kuda
- Bab 147 Aku adalah Milikmu
- Bab 148 Waktu Bercinta
- Bab 149 Kelemahlembutan
- Bab 150 Ayah dan Anak Makan dari Sumber yang Sama
- Bab 151 Takut?
- Bab 152 Keluarkan
- Bab 153 Tanggung jawab
- Bab 154 Jual Diri
- Bab 155 Mengapa Hari Ini Hebat Sekali
- Bab 156 Iblis
- Bab 157 Tidak Bisa Disingkirkan
- Bab 158 Sedikit Tidak Pantas
- Bab 159 Rasa Bersalah
- Bab 160 Memijat Kaki
- Bab 161 Mengasyikan
- Bab 162 Tunggu Sebentar
- Bab 163 Penyakit Ini Membutuhkan Suntikan
- Bab 164 Sudah Kenyang
- Bab 165 Tidak Bisa Bangun
- Bab 166 Curiga
- Bab 167 Saimon Tidak di Desa
- Bab 168 Sungguh Suka
- Bab 169 Apakah Ingin Lebih Nyaman?
- Bab 170 Lebih Hebat dari Yang Hebat
- Bab 171 Ruangan Kecil
- Bab 172 Siapa Lebih Nyaman
- Bab 173 Orang yang terpintar didunia adalah Janda
- Bab 174 Senjata Melisa
- Bab 175 Tidak bisa meninggalkanmu
- Bab 176 Sungguh membodohi orang
- Bab 177 Melakukan apapun yang disuruh
- Bab 178 Memeriksa Tubuh
- Bab 179 Barang bagus
- Bab 180 Pemula yang berpengalaman
- Bab 181 Membagi keuntungan
- Bab 182 Kabar baik
- Bab 183 Makan ikan
- Bab 184 Melayani
- Bab 185 Kebahagiaan seorang wanita
- Bab 186 Khawatir
- Bab 87 Ada Pencuri
- Bab 188 Benar-benar Sangat Menarik
- Bab 189 Bau Apa Ini
- Bab 190 Bau Amis
- Bab 191 Malam yang Panjang
- Bab 192 Rasa kekeluargaan
- Bab 193 Grand Opening
- Bab 194 Monica mau datang
- Bab 195 Profesional
- Bab 196 Tertangkap
- Bab 197 Dendam dengan siapa
- Bab 198 Konyol
- Bab 199 Membunuhmu
- Bab 200 Hukum
- Bab 201 Kabar Dari Desa
- Bab 202 Bukan Orang Bodoh
- Bab 203 Aku Ingin Menjadi Kepala Desa (End)